dan demi malam apabila telah sunyi, (QS. [93] Ad-Duha : 2)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Dan demi malam apabila telah sunyi dan gelap. Ketika matahari bergeser ke tempat lain, belahan bumi yang ditinggalkannya beranjak tenang dan gelap, menjadi waktu yang tepat untuk istirahat.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Dalam ayat-ayat ini, Allah bersumpah dengan dua macam tanda-tanda kebesaran-Nya, yaitu dhuha (waktu matahari naik sepenggalah) bersama cahayanya dan malam beserta kegelapan dan kesunyiannya, bahwa Dia tidak meninggalkan Rasul-Nya, Muhammad, dan tidak pula memarahinya, sebagaimana orang-orang mengatakannya atau perasaan Rasulullah sendiri.
3 Tafsir Ibnu Katsir
dan demi malam apabila telah sunyi. (Adh-Dhuha: 2)
Yakni bila telah tenang dan gelap gulita. Demikianlah menurut Mujahid, Qatadah, Ad-Dahhak, Ibnu Zaid, dan lain-lainnya. Hal ini menunjukkan akan kekuasaan Tuhan Yang Maha Pencipta, dan merupakan bukti yang jelas lagi gamblang. Makna ini sama dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang benderang. (Al-Lail: 1-2)
Juga sama dengan firman Allah Swt.:
Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Al-An'am: 96)
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan demi malam apabila telah sunyi) telah tenang, atau telah menutupi dengan kegelapannya.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Demi malam ketika telah sunyi dan kegelapannya mulai menyelimutinya.