Firman Allah Swt.:
dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. (An-Nazi'at: 29)
Yaitu Dia menjadikan malam harinya gelap dan siang harinya terang. Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna agtasya lailaha artinya menjadikan malamnya gelap gulita. Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, dan Jamaah yang cukup banyak jumlahnya.
dan menjadikan siangnya terang benderang. (An-Nazi'at: 29)
Artinya, menjadikannya terang. Selanjutnya disebutkan:
Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. (An-Nazi'at: 30)
yang hal ini diperjelas oleh firman berikutnya:
Ia memancarkan darinya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. (An-Nazi'at: 31).
Dalam tafsir surat Ha Mim Sajdah telah diterangkan bahwa bumi diciptakan sebelum penciptaan langit, tetapi bumi baru dihamparkan sesudah langit diciptakan. Dengan kata lain, Allah Swt. baru mengeluarkan semua yang terkandung di dalam bumi dengan kekuasaan-Nya ke Alam wujud (setelah langit diciptakan). Demikianlah makna ucapan Ibnu Abbas dan yang lainnya yang bukan hanya seorang, kemudian dipilih oleh Ibnu Jarir.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayakku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja'far Ar-Ruqqi, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah (yakni Ibnu Umar), dari Zaid ibnu Abu Anisah, dari Al-Minhal ibnu Amr dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna dahhaha, bahwa makna yang dimaksud ialah mengeluarkan mata airnya dan tetumbuhannya serta membelahjalan-jalan sungai-sungainya dan menjadikan padanya gunung-gunung, padang pasir, jalan-jalan, dan dataran-dataran tingginya. Yang demikian itulah yang dimaksud oleh firman-Nya: Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. (An-Nazi'at: 30). Hal ini telah dijelaskan keterangannya sebelumnya.