اِنْ هٰذَآ اِلَّا قَوْلُ الْبَشَرِۗ ( المدثر: ٢٥ )
'In Hādhā 'Illā Qawlu Al-Bashari. (al-Muddathir 74:25)
Artinya:
Ini hanyalah perkataan manusia.” (QS. [74] Al-Muddassir : 25)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Ini hanyalah perkataan manusia bukan firman Allah.”
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Ayat ini menegaskan bahwa al-Walid lalu mengatakan bahwa Al-Qur'an ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu). Menurut dugaannya, Al-Qur'an adalah suatu ucapan yang disalin Muhammad dari orang lain yang lebih dahulu daripadanya, diterima dari orang yang bercerita kepadanya.
Al-Walid juga mengatakan bahwa Al-Qur'an ini tidak lain hanyalah perkataan manusia. Maksudnya selain menuduh Al-Qur'an sebagai sihir yang bisa dipelajari, juga perkataan manusia biasa dan Muhammad mencurinya dari ucapan-ucapan orang lain. Secara ringkas, ia mengatakan bahwa Al-Qur'an bukan kalamullah seperti yang didakwahkan oleh Muhammad.
Andaikata tuduhan al-Walid itu benar, bahwa Al-Qur'an itu perkataan manusia biasa, tentu orang lain selain Muhammad saw sanggup pula menyusun seperti itu atau membuat tantangan yang lebih bagus lagi. Padahal di kalangan bangsa Arab banyak sekali terdapat tokoh-tokoh sastrawan yang lidahnya fasih bersyair dan berpidato. Di antara mereka, juga ada yang mendalam penguasaannya tentang berbagai macam ilmu pengetahuan. Namun demikian, tidak ada seorang pun yang sanggup menandingi ucapan yang keluar dari mulut Muhammad itu.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
ini tidak lain hanyalah perkataan manusia. (Al-Muddatstsir: 25)
Yakni bukan kalam Allah. Dan orang yang berkata demikian seperti yang disebutkan dalam konteks ayat adalah Al-Walid ibnul Mugirah Al-Makhzumi, salah seorang pemimpin dari Quraisy, la'natullah. Dan tersebutlah di antara berita mengenai dirinya tentang hal ini diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, bahwa Al-Walid menemui Abu Bakar ibnu Abu Quhafah, lalu bertanya kepadanya tentang Al-Qur'an. Setelah mendapat jawaban dari Abu Bakar, lalu ia keluar dan menemui orang-orang Quraisy, dan berkatalah ia kepada mereka, "Sungguh menakjubkan dengan apa yang diucapkan oleh Ibnu Abu Kabsyah. Demi Allah, apa yang dikatakannya bukanlah syair, bukan sihir, bukan pula kerasukan penyakit gila, tetapi sesungguhnya ucapannya itu benar-benar Kalamullah.”
Ketika segolongan orang-orang Quraisy mendengar ucapan Al-Walid ibnul Mugirah itu, maka mereka menebar hasutan dan mengatakan kepada orang-orang Quraisy, "Demi Allah, jika Al-Walid masuk agama baru, benar-benar orang-orang Quraisy pun akan mengikuti jejaknya." Ketika berita itu terdengar oleh Abu Jahal ibnu Hisyam, maka ia berkata, "Akulah yang akan menanganinya sebagai ganti kalian," lalu ia pergi dan masuk ke dalam rumah Al-Walid ibnul Mugirah. Dan berkatalah ia kepada Al-Walid, 'Tidakkah engkau perhatikan kaummu, sesungguhnya mereka telah mengumpulkan dana untuk diberikan kepadamu?" Al-Walid ibnul Mugirah balik bertanya, "Bukankah aku ini orang yang terkaya di antara mereka dan juga paling banyak memiliki anak?"
Abu Jahal mengatakan kepadanya, "Mereka membicarakan bahwa engkau masuk ke dalam rumah Ibnu Abu Quhafah hanyalah untuk mendapatkan makan darinya." Al-Walid bertanya, "Apakah betul mereka (kaumku) menggunjing aku demikian? Demi Allah, sekarang aku tidak akan mendekati Abu Quhafah lagi, juga Umar dan Ibnu Abu Kabsyah, dan tiadalah apa yang dikatakannya melainkan sihir yang dipelajari." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. (Al-Muddatstsir: 11) Sampai dengan firman-Nya: Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. (Al-Muddatstsir: 28)
Qatadah mengatakan bahwa mereka mengira Al-Walid ibnul Mugirah mengatakan, "Demi Allah, sesungguhnya aku perhatikan apa yang dikatakan oleh lelaki ini, ternyata perkataannya itu bukanlah syair, dan sesungguhnya perkataannya itu benar-benar sangat manis dan benar-benar sangat indah. Dan sesungguhnya kata-katanya itu benar-benar tinggi dan tiada yang lebih tinggi daripadanya, dan aku tidak meragukan lagi bahwa kata-katanya itu mempunyai pengaruh yang sangat memukau bagaikan pengaruh sihir." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: maka celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan. (Al-Muddatstsir: 19) Hingga firman-Nya: sesudah itu dia bermasam muka dan merengut. (Al-Muddatstsir: 22) Yakni mengernyitkan keningnya dan mukanya berubah menjadi merengut.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnuSaur, dari Ma'mar, dari Abbad ibnu Mansur, dari Ikrimah, bahwa Al-Walid ibnul Mugirah datang kepada Nabi Saw. Maka beliau membacakan kepadanya Al-Qur'an, kemudian seakan-akan Al-Walid menjadi lunak hatinya kepada Nabi Saw. Ketika hal tersebut terdengar oleh Abu Jahal, maka Abu Jahal ibnu Hisyam datang menemuinya dan berkata, "Hai Paman, sesungguhnya kaummu telah menghimpun dana untukmu." Al-Walid balik bertanya, "Mengapa?" Abu Jahal menjawab, "Mereka akan memberikannya kepadamu, karena sesungguhnya engkau telah datang kepada Muhammad berbeda dengan sikapmu yang sebelumnya." Al-Walid berkata, "Orang-orang Quraisy telah mengetahui bahwa diriku adalah orang yang paling banyak hartanya." Abu Jahal berkata, "Kalau begitu, berikanlah tanggapanmu tentang dia, agar kaummu mengetahui bahwa engkau mengingkari apa yang dikatakannya (Muhammad), dan bahwa engkau benci kepadanya."
Al-Walid bertanya, "Lalu apakah yang harus kukatakan? Demi Allah, tiada seorang pun dari kalian yang lebih mengetahui daripada aku tentang syair, dan tiada pula yang lebih mengetahui tentang puisi dan sajak selain dariku, dan tiada pula yang lebih mengetahui tentang syair jin selain dariku. Demi Allah, apa yang dikatakan Muhammad itu tidak mirip dengan sesuatu pun dari itu. Demi Allah, sesungguhnya dalam ucapan yang dikatakannya benar-benar terkandung keindahan yang tiada taranya. Dan sesungguhnya ucapannya itu benar-benar dapat menghancurkan (mengalahkan) semua yang ada di bawahnya, dan sesungguhnya ia benar-benar tinggi dan tiada yang lebih tinggi daripada dia." Abu Jahal berkata, "Demi Allah, kalau begitu kaummu tidak akan senang sebelum engkau mengatakan sesuatu yang tidak enak terhadapnya." Al-Walid menjawab, "Kalau begitu, biarkanlah aku berpikir terlebih dahulu."
Setelah ia berpikir, lalu berkata, "Sesungguhnya Al-Qur'an yang dikatakannya itu tiada lain merupakan sihir yang dipelajari dari orang lain." Maka turunlah firman Allah Swt.: Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. (Al-Muddatstsir: 11) Sampai dengan firman-Nya: Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga). (Al-Muddatstsir: 30)
Muhammad ibnu Ishaq dan yang lain yang bukan hanya seorang telah meriwayatkan hal yang semisal. As-Saddi mengira bahwa mereka (orang-orang Quraisy) ketika berkumpul di Darun Nudwah, mereka telah sepakat untuk menyatukan pendapat mereka tentang Nabi Muhammad dengan pendapat yang mendiskreditkannya, sebelum datang kepada mereka delegasi orang-orang Arab untuk menunaikan ibadah haji. Tujuannya ialah agar mereka terhalang dan tidak mengikutinya serta tidak tertarik kepadanya. Maka sebagian dari mereka ada yang mengatakannya seorang penyair, sebagian yang lain mengatakannya seorang tukang sihir, dan yang lainnya lagi mengatakan tukang tenung, sedangkan yang lainnya lagi mengatakannya orang gila. Hal ini diceritakan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya yang mengatakan:
Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat perbandingan-perbandingan tentang kamu, lalu sesallah mereka, mereka tidak sanggup (mendapatkan) jalan (untuk menentang kerasulanmu). (Al-Furqan: 9) dan (Al-Isra: 48)
Dengan adanya semua itu Al-Walid berpikir untuk mengada-adakan pendapat dari dirinya sendiri tentang Nabi Saw., dan dia terus berpikir dan berpikir, sesudah itu dia bermasam muka dan merengut, lalu menentukan sikap dan berkata, "Al-Qur'an ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari dari orang-orang dahulu, ini tidak lain hanyalah perkataan manusia."
4 Tafsir Al-Jalalain
("Tiada lain) (ini hanyalah perkataan manusia") sama dengan apa yang dikatakan oleh orang-orang musyrik lainnya, yaitu bahwasanya Alquran ini diajarkan kepadanya oleh manusia.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Ini hanyalah perkataan manusia yang telah diketahui oleh Muhammad, tetapi kemudian dikatakannya dari sisi Allah."