Allah Swt. berfirman, mengancam orang jahat itu yang telah diberi banyak nikmat duniawi oleh Allah, lalu ia membalasnya dengan kekafiran terhadap nikmat-nikmat yang telah diberikan kepadanya, dan menggantinya dengan kekafiran serta keingkaran terhadap ayat-ayat Allah, dan mendustakannya serta menganggapnya sebagai perkataan manusia. Hal ini diungkapkan oleh Allah Swt. dengan menghitung-hitung nikmat yang telah Dia berikan kepadanya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. (Al-Muddatstsir 11)
Yakni dia keluar dari perut ibunya dalam keadaan sendirian, tidak berharta dan tidak beranak, kemudian Allah memberinya rezeki,
harta benda yang banyak. (Al-Muddatstsir: 12)
Yaitu harta yang berlimpah lagi banyak. Suatu pendapat menyebutnya seribu dinar, pendapat yang lainnya mengatakan seratus ribu dinar, dan menurut pendapat yang lainnya berupa lahan pertanian yang sangat luas, sedangkan pendapat yang lainnya lagi mengatakan selain itu. Dan Allah menjadikan baginya,
dan anak-anak yang selalu bersama dia. (Al-Muddatstsir: 13)
Mujahid mengatakan makna yang dimaksud ialah tidak pernah absen darinya dan selalu ada bersamanya, tidak pernah bepergian untuk berniaga, melainkan semuanya itu telah ditangani oleh budak-budaknya dan orang-orang upahannya (pegawainya), sedangkan mereka hanya tinggal saja bersama ayah mereka, dan ayah mereka merasa senang selalu bersama mereka serta merasa terhibur. Mereka (anak-anak) itu menurut apa yang disebutkan oleh As-Saddi, Abu Malik dan Asim ibnu Umar ibnu Qatadah ada tiga belas orang. Ibnu Abbas dan Mujahid mengatakan sepuluh orang anak. Hal ini merupakan nikmat yang tiada taranya, yaitu keberadaan anak-anak di dekat orang tua mereka.
dan Kulapangkan baginya (rezeki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya. (Al-Muddatstsir: 14)
Yakni Aku berikan kepadanya berbagai macam harta benda dan peralatan serta hal-hal lainnya.
kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya. Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (Al-Qur'an). (Al-Muddatstsir: 15-16)
Yaitu ingkar karena dia mengingkari nikmat-nikmat-Nya sesudah mengetahui.