فَاَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الطُّوْفَانَ وَالْجَرَادَ وَالْقُمَّلَ وَالضَّفَادِعَ وَالدَّمَ اٰيٰتٍ مُّفَصَّلٰتٍۗ فَاسْتَكْبَرُوْا وَكَانُوْا قَوْمًا مُّجْرِمِيْنَ ( الأعراف: ١٣٣ )
Fa'arsalnā `Alayhimu Aţ-Ţūfāna Wa Al-Jarāda Wa Al-Qummala Wa Ađ-Đafādi`a Wa Ad-Dama 'Āyātin Mufaşşalātin Fāstakbarū Wa Kānū Qawmāan Mujrimīna. (al-ʾAʿrāf 7:133)
Artinya:
Maka Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak dan darah (air minum berubah menjadi darah) sebagai bukti-bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. (QS. [7] Al-A'raf : 133)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Disebabkan kedurhakaan Fir'aun dan kaumnya yang telah melampaui batas maka sebagai bentuk azab untuk mereka Kami kirimkan kepada mereka siksa berupa topan yang menyebabkan banjir besar yang menenggelamkan tanaman mereka, belalang yang memakan tanaman, hasil pertanian, rumah, atap, dan pakaian mereka, kutu berupa serangan hama dan kuman yang merusak buah-buahan, tanaman, dan hewan ternak, katak yang memenuhi bejana minuman, makanan, dan tempat tidur mereka, dan darah dengan menjadikan air sungai dan sumur mereka tidak layak digunakan, sebagai bukti-bukti yang jelas agar mereka beriman. Tetapi watak mereka memang keras dan hati mereka pun membatu, sehingga mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum pendurhaka yang selalu berdosa.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Dalam ayat ini diceritakan bahwa sebagai akibat dari keingkaran, kekufuran dan kezaliman mereka, maka Allah menurunkan azab yang lebih dahsyat kepada mereka berupa topan yang melanda rumah dan pohon-pohonan, kebun dan sawah-sawah mereka, kemudian datang lagi hama belalang yang membinasakan tanaman-tanaman mereka, dan akhirnya muncul wabah lain yang menjadikan air minum mereka berubah rasa, berubah bau, dan berubah warnanya seperti darah yang tidak dapat mereka minum.
Meskipun lima macam azab yang ditimpakan Allah bertubi-tubi kepada Firaun dan kaumnya. Mereka tetap menyombongkan diri dan berbuat dosa, dan itu merupakan sifat mereka yang paling menonjol.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Maka Kami kirimkan kepada mereka topan.
Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai makna topan ini.
Dari Ibnu Abbas, dalam salah satu riwayat darinya disebutkan bahwa yang dimaksud dengan topan ini adalah hujan besar yang menenggelamkan dan merusak semua tanaman dan buah-buahan. Hal yang sama dikatakan oleh Ad-Dahhak ibnu Muzahim.
Dalam riwayat lainnya lagi Ibnu Abbas menyebutkan bahwa makna yang dimaksud ialah banyaknya kematian. Hal yang sama dikatakan oleh Ata.
Mujahid mengatakan, yang dimaksud dengan topan ialah air bah dan penyakit ta'un (kolera).
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Hisyam Ar-Rifa'i, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Yaman, telah menceritakan kepada kami Al-Minhal ibnu Khalifah, dari Al-Hajjaj, dari Al-Hakam ibnu Mina, dari Siti Aisyah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Topan artinya kematian.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih melalui hadis Yahya ibnu Yaman dengan lafaz yang sama, tetapi hadis ini garib.
Dalam riwayat lainnya Ibnu Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud dengan topan ialah azab dari Allah yang meliputi mereka. Kemudian Ibnu Abbas membacakan firman Allah Swt. yang mengatakan: lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur. (Al Qalam:19)
Adapun mengenai al-jarad atau belalang, sudah dikenal, yaitu sejenis serangga yang dapat dimakan, karena berdasarkan apa yang telah disebutkan di dalam hadis Sahihain dari Abu Ya'fur yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Abdullah ibnu Abu Aufa tentang belalang. Maka Abdullah ibnu Abu Aufa menceritakan:
Kami pernah ikut berperang bersama Rasulullah Saw. sebanyak tujuh kali peperangan, makanan kami adalah belalang.
Imam Syafii dan Imam Ahmad ibnu Hambal serta Imam Ibnu Majah telah meriwayatkan melalui hadis Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya, dari Ibnu Umar, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
Dihalalkan bagi kita dua jenis bangkai dan dua jenis darah, yaitu ikan, belalang, hati, dan limpa.
Abul Qasim Al-Bagawi telah meriwayatkannya dari Daud ibnu Rasyid, dari Suwaid ibnu Abdul Aziz, dari Abu Tamam Al-Aili, dari Zaid ibnu Aslam, dari Ibnu Umar secara marfu dengan lafaz yang semisal.
Abu Daud telah meriwayatkan dari Muhammad ibnul Faraj, dari Muhammad ibnu Zabarqan Al-Ahwazi, dari Sulaiman At-Taimi, dari Abu Usman, dari Salman yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai belalang. Maka beliau Saw. bersabda: Balatentara Allah yang paling banyak jumlahnya. Aku tidak memakannya, tidak pula mengharamkannya.
Sesungguhnya Rasulullah Saw. tidak mau memakannya hanyalah karena tidak suka, sebagaimana beliau yang mulia tidak suka makan biawak, tetapi mengizinkannya untuk dimakan.
Disebutkan bahwa Amirul Mukminin Umaribnul Khattab r.a. sangat menyukai belalang.
Telah diriwayatkan oleh Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar, bahwa Khalifah Umar pernah ditanya mengenai belalang. Maka ia menjawab, "Aduhai, sekiranya pada kita terdapat setumpuk atau dua tumpuk darinya untuk kita makan."
Ibnu Majah telah meriwayatkan bahwa Ahmad ibnu Mani’ telah menceritakan kepada kami, dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Abu Sa'd Sa'id ibnul Mirzaban Al-Baqqal yang pernah mendengar Anas ibnu Malik mengatakan.”Dahulu istri-istri Nabi Saw. saling berkirim hadiah belalang di antara sesama mereka yang dikirimkan dengan memakai piring besar."
Abul Qasim Al-Bagawi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Rasyid, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah ibnul Walid, dari Yahya ibnu Yazid Al-Qa'nabi, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Sada ibnu Ajian, dari Abu Umamah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Maryam binti Imran a.s. pernah memohon kepada Tuhannya agar Dia memberinya makan daging yang tidak ada darahnya. Maka Allah memberinya makan belalang, dan Maryam berdoa, "Ya Allah, berilah ia kehidupan tanpa menyusu (yakni lsa), dan lahirkaanlah ia tanpa bersuara.”
Menurut Numair, syiya’ artinya suara tangisan.
Abu Bakar ibnu Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Baqi Hisyam ibnu Abdul Malik Al-Muzani, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah ibnul Walid, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ayyasy, dari pamdam ibnu Zur'ah, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Abu Zuhair An-Numatri yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Janganlah kalian membunuh belalang, karena sesungguhnya belalang itu adalah balatentara Allah yang sangat besar.
Hadis ini berpredikat garib sekali.
Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman Allah Swt. Maka Kami kirimkan kepada mereka topan dan belalang. (Al A'raf:133) Bahwa belalang-belalang itu memakan habis semua paku pintu-pintu mereka tanpa memakan kayunya.
Ibnu Asakir telah meriwayatkan melalui hadis Ali ibnu Zaid Al-Kharaiti, dari Muhammad ibnu Kasir, ia pernah mendengar Al-Auza'i mengatakan bahwa ia pernah keluar menuju Padang Sahara, tiba-tiba ia melihat seorang lelaki di dalam kumpulan belalang di langit. Ternyata lelaki itu menaiki seekor belalang dari kumpulan belalang yang ada bersamanya, sedangkan lelaki itu menyandang senjatanya. Setiap kali lelaki itu mengisyaratkan tangannya (seperti ini), maka pasukan belalangnya mengarah ke tujuan yang diisyaratkan oleh tangannya. Sedangkan lelaki itu tiada hentinya mengatakan, "Dunia ini batil, batillah semua yang ada padanya. Dunia ini fana, fanalah semua yang ada padanya. Dunia ini batil, dan batillah semua yang ada padanya."'
Al-Hafiz Abul Faraj Al-Mu'afa Ibnu Zakaria Al-Hariri mengatakan, mengatakan dan menceritakan kepada kami Al Hasan Ibnu Ziyad, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahim, telah menceritakan kepada kami Waki, dari Al-A'masy, telah menceritakan kepada kami Amir yang mengatakan bahwa Syuraih Al-Qadi pernah ditanya mengenai belalang. Maka ia menjawab, "Semoga Allah memburukkan belalang, padanya terdapat tujuh ciri khas makhluk yang angkuh, kepalanya mirip kepala kuda, lehernya mirip leher banteng, dadanya mirip dada harimau (singa), sayapnya mirip sayap burung elang, kakinya mirip kaki unta, jantan, ekornya mirip ekor ular, dan perutnya mirip perut kalajengking."
Dalam tafsir firman Allah Swt. yang lalu, yaitu:
Dihalalkan bagi kalian binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagi kalian dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan. (Al Maidah:96)
telah disebutkan hadis Hammad ibnu Salamah, dari Abul Mihzam, dari Abu Hurairah yang di dalamnya disebutkan, "Kami berangkat bersama Rasulullah Saw. untuk menunaikan ibadah haji atau umrah. Maka kami bersua dengan sekumpulan belalang. Lalu kami memukulinya dengan tongkat-tongkat yang ada pada kami, sedangkan kami dalam keadaan ihram. Kemudian kami bertanya kepada Rasulullah Saw. (tentang perbuatan kami itu), maka beliau Saw. menjawab:
'Tidak mengapa dengan binatang buruan laut'."
Ibnu Majah telah meriwayatkan dari Harun Al-Hamani, dari Hisyam ibnul Qasim, dari Ziyad ibnu Abdullah ibnu Ilasah dan dari Musa ibnu Muhammad ibnu Ibrahim At-Taimi, dari ayahnya, dari Anas dan Jabir, dari Rasulullah Saw. Disebutkan bahwa apabila Rasulullah Saw. berdoa dalam menghadapi wabah belalang, beliau mengucapkan: Ya Allah, binasakanlah yang besar-besarnya, matikanlah yang kecil-kecilnya, rusakkanlah telur-telurnya, hancurkanlah keturunannya serta hindarkanlah mulutnya dari tempat penghidupan kami dan dari rezeki kami. Sesungguhnya Engkau Maha Memperkenankan doa. Maka Jabir bertanya kepadanya, "Wahai Rasulullah, apakah engkau mendoakan untuk kebinasaan suatu pasukan dari balatentara Allah agar mereka dihancurkan?" Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya belalang itu bersumber dari apa yang disebarkan oleh ikan di laut.
Hisyam mengatakan, telah menceritakan kepadanya Ziyad. Ziyad mendapat berita dari seseorang yang pernah melihat ikan menyebarkan belalang, bahwa belalang itu disebarkan oleh ikan di laut. Ziyad melanjutkan perkataannya, "Sesungguhnya ikan itu apabila bertelur di tepi pantai, lalu airnya mengalami surut sehingga telur-telur itu terkena sinar mentari, maka semuanya menetaskan belalang yang langsung terbang."
Dalam tafsir firman-Nya yang mengatakan:
melainkan umat-umat (juga) seperti kalian. (Al An'am:38)
Telah disebutkan hadis Umar r .a., bahwa Allah Swt. telah menciptakan seribu umat, enam ratus di antaranya di laut, sedangkan yang empat ratusnya hidup di daratan. Dan sesungguhnya umat yang mula-mula dibinasakan (punah) adalah belalang.
Adapun mengenai kutu, maka disebutkan dari Ibnu Abbas bahwa yang dimaksud dengan kutu ialah semacam ulat yang keluar dari biji gandum. Dari Ibnu Abbas pula disebutkan bahwa kutu adalah belalang kecil yang tidak bersayap. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, dan Qatadah. Disebutkan pula dari Al-Hasan serta Sa'id ibnu Jubair bahwa kutu ialah hewan kecil lagi hitam.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, al-qummal artinya nyamuk kecil. Ibnu Jarir mengatakan bahwa al-qummal adalah bentuk jamak, sedangkan bentuk tunggalnya ialah qumlah, artinya sejenis serangga yang menyerupai kutu yang suka menyedot darah unta. Menurut berita yang sampai kepadaku, serangga inilah yang dimaksudkan oleh Al-A'sya dalam syairnya yang mengatakan:
Mereka adalah suatu kaum yang anak-anaknya sedang menanggulangi wabah kutu, dan rantai-rantai besi serta pintu yang terkunci.
Sebagian ahli nahwu dari kalangan ulama Basrah menduga bahwa qummal menurut orang Arab artinya sama dengan hamnan yang bentuk tunggalnya ialah hamnanah, artinya sejenis serangga yang bentuknya seperti kera, lebih besar sedikit daripada kutu.
Imam Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Ya'qub Al-Qummi, dari Ja'far ibnu Abul Mugirah, dari Sa'id ibnu Jubair yang menceritakan bahwa ketika Musa a.s. datang kepada Fir'aun, Musa a.s. berkata kepadanya, "Lepaskanlah kaum Bani Israil untuk pergi bersamaku." Lalu Allah mengirimkan topan, yakni hujan yang sangat lebat kepada Fir'aun dan kaumnya. Dan ketika sesuatu dari hujan itu menimpa mereka, mereka merasa khawatir bila hujan itu merupakan azab. Lalu mereka berkata kepada Musa a.s.”Doakanlah buat kami kepada Tuhanmu agar Dia menghentikan hujan ini dari kami, maka kami akan beriman kepadamu dan melepaskan kaum Bani Israil pergi bersamamu." Lalu Nabi Musa a.s. berdoa kepada Tuhannya (hingga hujan itu berhenti), tetapi mereka tidak mau beriman dan tidak melepaskan kaum Bani Israil bersamanya. Maka pada tahun itu juga Allah Swt. menumbuhkan tetumbuhan, rerumputan, dan buah-buahan yang banyak, sebelum itu belum pernah terjadi demikian. Maka mereka berkata, "Inilah yang selalu kami dambakan." Lalu Allah mengirimkan belalang kepada mereka yang merusak semua tetumbuhan mereka. Ketika mereka melihat kerusakan yang diakibatkan oleh belalang itu, maka mereka mengetahui bahwa tiada sesuatu pun dari tanaman mereka yang selamat. Mereka berkata, "Hai Musa, doakanlah kepada Tuhanmu buat kami agar Dia mengusir belalang ini dari kami, maka kami akan beriman kepadamu dan akan melepaskan kaum Bani Israil pergi bersamamu." Nabi Musa a.s. berdoa kepada Tuhannya, maka Allah mengusir belalang itu dari mereka, tetapi mereka tidak mau beriman dan tidak melepaskan kaum Bani Israil pergi bersama Musa. Dan mereka berlindung masuk ke dalam rumah-rumah mereka, lalu mereka berkata, "Kami telah berlindung." Maka Allah mengirimkan kutu, yakni ulat yang keluar dari bebijian, kepada mereka. Tersebutlah bahwa seseorang lelaki bila keluar dengan membawa sepuluh karung biji gandum ke tempat penggilingannya, maka begitu ia sampai ke tempat penggilingannya tiada yang tersisa kecuali hanya tiga genggam gandum saja (semuanya berubah menjadi ulat). Mereka berkata, "Hai Musa, doakanlah kepada Tuhanmu agar Dia melenyapkan kutu ini dari kami, maka kami akan beriman kepadamu dan melepaskan kaum Bani Israil pergi bersamamu." Nabi Musa a.s. berdoa kepada Tuhannya, maka lenyaplah kutu itu dari mereka. Tetapi mereka menolak, tidak mau melepaskan kaum Bani Israil pergi bersama Musa. Ketika Musa a.s. sedang duduk di hadapan Raja Fir'aun, tiba-tiba terdengarlah suara katak. Lalu Musa berkata kepada Fir'aun, "Apakah yang kamu dan kaummu jumpai dari katak ini?" Fir'aun berkata, "Barangkali ini pun merupakan tipu muslihat yang lain." Maka tidak lama kemudian —yakni pada petang harinya— tiada seorang pun yang duduk melainkan seluruh negeri penuh dengan katak sampai mencapai dagunya. Dan bila seseorang hendak berkata, begitu ia membuka mulutnya, maka pasti ada katak yang masuk ke dalam mulutnya. Kemudian mereka berkata, "Hai Musa, doakanlah kepada Tuhanmu agar Dia melenyapkan katak-katak ini dari kami, niscaya kami akan beriman kepadamu dan nfelepaskan kaum Bani Israil bersamamu." (Setelah katak lenyap) mereka tetap tidak juga mau beriman. Lalu Allah mengirimkan darah kepada mereka, sehingga tidak sekali-kali mereka mengambil air minum —baik dari sungai ataupun dari sumur-sumur— melainkan mereka menjumpai air itu dalam wadahnya berubah menjadi merah, yakni berubah menjadi darah segar. Lalu mereka mengadu kepada Fir'aun, "Sesungguhnya kami telah dicoba dengan darah, dan kami tidak lagi mempunyai air minum." Fir'aun berkata, "Sesungguhnya dia (Musa) telah menyihir kalian." Mereka berkata, "Mana mungkin dia menyihir kami, tidak sekali-kali kami menjumpai air dalam wadah-wadah kami melainkan kami menjumpainya berubah menjadi darah yang segar."' Mereka datang kepada Musa dan berkata kepadanya, "Hai Musa, doakanlah kepada Tuhanmu agar Dia melenyapkan darah ini dari kami, niscaya kami akan beriman kepadamu dan kami akan melepaskan kaum Bani Israil pergi bersamamu." Musa berdoa kepada Tuhannya, maka Allah melenyapkan darah itu dari mereka, tetapi mereka tetap tidak mau beriman, tidak mau pula melepaskan kaum Bani Israil pergi bersamanya.
Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, As-Saddi, Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf, bahwa masing-masing telah menceritakan hal tersebut.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar telah mengatakan bahwa musuh Allah —yaitu Fir'aun— kembali kepada kekufurannya ketika para ahli sihirnya telah beriman dalam keadaan kalah dan terhina. Ia tetap tidak mau beriman, melainkan hanya menetapi kekufurannya serta tenggelam ke dalam kejahatannya. Maka Allah mengirimkan berbagai tanda (mukjizat-mukjizat) kepada Fir'aun. Maka pada awal mulanya Fir'aun dan kaumnya mengalami musim paceklik yang panjang, kemudian menyusul topan, lalu belalang, kutu, katak, dan darah serta berbagai mukjizat lainnya yang terinci. Allah mengirimkan topan dalam bentuk air bah yang memenuhi semua permukaan tanah, sehingga mereka tidak dapat lagi bercocok tanam, juga tidak dapat berbuat sesuatu pun, akhirnya mereka kelaparan. Ketika keadaan mereka sangat kritis, maka disebutkan oleh firman-Nya: Mereka berkata, "Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan (perantaraan) kendbianyang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dari kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu." (Al A'raf:134) Maka Musa a.s. berdoa kepada Tuhannya, dan Allah melenyapkan azab itu dari mereka, tetapi mereka tidak memenuhi sesuatu pun dari apa yang telah mereka janjikan. Karena itu, Allah mengirimkan belalang kepada mereka. Menurut berita yang disampaikan kepadaku, belalang itu memakan semua pepohonan, hingga memakan pula semua paku pintu-pintu dan kusen-kusen rumah mereka, padahal paku-paku tersebut terbuat dari besi. Pada akhirnya rumah dan tempat tinggal mereka ambruk semua. Maka mereka mengatakan pula kepada Musa seperti apa yang disebutkan di dalam ayat di atas. Nabi Musa berdoa kepada Tuhannya agar melenyapkan azab itu dari mereka. Tetapi setelah azab dilenyapkan, mereka tidak memenuhi sesuatu pun dari apa yang telah mereka janjikan. Lalu Allah mengirimkan kutu kepada mereka. Menurut kisah yang sampai kepadaku, Nabi Musa a.s. diperintahkan oleh Allah untuk berjalan menuju sebuah bukit pasir, lalu memukulnya dengan tongkatnya. Kemudian Nabi Musa a.s. berjalan menuju bukit pasir Uhail yang sangat besar, lalu ia memukulnya dengan tongkatnya, maka berhamburanlah kutu-kutu itu menuju mereka, hingga memenuhi rumah-rumah dan makanan mereka. Mereka tidak dapat tidur dan tidak dapat menetap dengan tenang. Ketika keadaan mareka sangat kritis, maka mereka mengatakan kepada Musa seperti apa yang mereka katakan semula. Musa a.s. berdoa kepada Tuhannya, memohon agar bencana itu dilenyapkan. Maka Allah melenyapkan azab itu dari mereka, tetapi mereka tidak memenuhi sesuatu pun dari apa yang telah mereka janjikan. Kemudian Allah mengirimkan katak kepada mereka, akhirnya katak memenuhi rumah, makanan, dan semua wadah milik mereka. Sehingga tidak sekali-kali seseorang membuka tempat pakaian dan makanan melainkan ia menjumpai katak, katak benar-benar telah memenuhinya Ketika hal tersebut membuat mereka benar-benar dalam keadaan kritis, lalu mereka mengatakan kepada Musa a.s. seperti perkataan mereka sebelumnya. Maka Musa a.s. memohon kepada Tuhannya, dan Allah melenyapkan azab dari mereka, tetapi ternyata mereka tidak memenuhi sesuatu pun dari apa yang telah mereka janjikan itu. Maka Allah mengirimkan darah kepada mereka, sehingga semua air keluarga Fir'aun berubah menjadi darah. Mereka tidak dapat minum baik dari sungai ataupun dari sumur, dan tidak sekali-kali mereka menciduk air dari tempatnya melainkan air itu berubah menjadi darah segar.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Mansur Al-Marwazi, telah menceritakan kepada kami An-Nadr, telah menceritakan kepada kami Israil, telah menceritakan kepada kami Jabir ibnu Yazid, dari Ikrimah, dari Ubaidillah ibnu Amr yang mengatakan, "Janganlah kalian membunuh katak, karena sesungguhnya ketika katak dikirimkan kepada kaum Fir'aun, maka ada seekor katak darinya yang menjatuhkan diri ke dalam pemanggangan roti yang ada apinya. Katak itu melakukan demikian demi memperoleh rida Allah. Maka Allah menggantikan panasnya api itu dengan kesejukan yang lebih daripada kesejukan air yang pernah ia rasakan, dan Allah menjadikan suaranya sebagai tasbih."
Telah diriwayatkan pula melalui jalur Ikrimah, dari Ibnu Abbas, hal yang semisal. Zaid ibnu Aslam mengatakan, yang dimaksud dengan darah ialah seperti darah mimisan. Demikian menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan) yaitu air bah yang memasuki rumah-rumah mereka sehingga mencapai setinggi tempat pesanggrahan duduk mereka selama tujuh hari (belalang) kemudian belalang itu memakan persawahan dan buah-buahan milik mereka, demikian pula (kutu) ulat atau sejenis serangga yang memakan apa yang ditinggalkan oleh belalang (katak) kemudian katak itu memenuhi rumah-rumah mereka dan juga makanan-makanan mereka (dan darah) di dalam air milik mereka (sebagai bukti-bukti yang jelas) yang terang (tetapi mereka tetap menyombongkan diri) tidak mau beriman kepada bukti-bukti tersebut (dan mereka adalah kaum yang berdosa).
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Maka Allah menimpakan kepada mereka lebih banyak lagi bencana dan malapetaka. Dimulai dalam bentuk angin topan yang meluluhlantakan tempat-tempat tinggal mereka, datangnya belalang dalam jumlah besar yang menggerogoti tumbuh-tumbuhan dan pepohonan, serangan hama dan kuman yang membinasakan ternak dan tanaman, tersebarnya katak yang dapat memperkeruh kehidupan mereka dan melalui "bencana darah" yang mengakibatkan berbagai macam penyakit seperti pendarahan pada beberapa organ tubuh, terkontaminasinya darah, naiknya tekanan darah yang mengakibatkan kelumpuhan (stroke), kencing darah akibat menderita dan sejenisnya, atau berupa berubahnya air yang dibutuhkan dalam keseharian menjadi lautan darah, dan sebagainya. Allah telah mendatangkan pelbagai malapetaka seperti yang disebutkan tadi, tetapi itu semua tidak membuat mereka sadar. Watak mereka memang keras dan hati mereka pun membatu. Mereka enggan beriman dan kembali kepada kebenaran. Mereka, seperti biasanya, merupakan sekelompok manusia yang terlalu sering melakukan kejahatan.