رَبِّ مُوْسٰى وَهٰرُوْنَ ( الأعراف: ١٢٢ )
Rabbi Mūsaá Wa Hārūna. (al-ʾAʿrāf 7:122)
Artinya:
(yaitu) Tuhannya Musa dan Harun.” (QS. [7] Al-A'raf : 122)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
yaitu Tuhan Pencipta dan Pemelihara yang diyakini dan diimani oleh Nabi Musa dan Nabi Harun."
2 Tafsir Lengkap Kemenag
(120-122) Dalam ayat ini diterangkan bahwa setelah melihat kehebatan mukjizat Nabi Musa, maka para pesihir, serta merta bersujud kepada Allah, karena mereka yakin tentang kebenaran seruan Nabi Musa, dan ia bukan pesihir seperti yang mereka duga sebelumnya, sesuai dengan tuduhan Fir’aun dan para pembesarnya. Selain itu, mereka menyadari bahwa sihir mereka yang dibangga-banggakan selama ini hanyalah kebatilan dan tidak berdaya bila berhadapan dengan kebenaran yang datang dari Allah Yang Maha Kuasa. Mereka sudah tidak mempunyai rasa hormat sedikit pun kepada Fir’aun dan para pembesarnya yang telah berusaha dengan segala daya upaya untuk mengingkari kekuasaan dan kebesaran Allah, Pencipta dan Penguasa alam semesta.
Mengenai bersujudnya para pesihir tersebut, Allah menerangkannya dalam ayat yang lain sebagai berikut:
?????????? ??????????? ???????? ????????? ???????? ??????? ???????? ?????????
Lalu para pesihir itu merunduk bersujud, seraya berkata, “Kami telah percaya kepada Tuhannya Harun dan Musa.” (Taha/20:70)
Dalam ayat lain Allah berfirman:
?????????? ??????????? ?????????? ? ?? ????????? ???????? ??????? ????????????? ? ??
Maka menyungkurlah para pesihir itu, bersujud, mereka berkata, “Kami beriman kepada Tuhan seluruh alam”. (asy-Syu’ara’/26:46-47)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Allah Swt. memberikan wahyu kepada hamba dan rasul-Nya —yaitu Musa a.s.— dalam situasi yang kritis itu. Saat itulah Allah akan membedakan antara perkara yang hak dan yang batil, hendaknyalah Musa melemparkan tongkat yang ada di tangan kanannya.
Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan.
Yakni menelan bulat-bulat.
apa yang mereka sulapkan.
Maksudnya, semua yang mereka lemparkan dan mereka sulapkan itu untuk menunjukkan bahwa apa yang dilemparkan oleh Musa a.s. adalah hak (benar), sedangkan yang mereka lemparkan adalah batil.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa ular Nabi Musa itu tidak sekali-kali melewati sesuatu dari tali dan tongkat mereka melainkan ia menelannya bulat-bulat. Sejak itulah para ahli sihir mengetahui bahwa apa yang didatangkan oleh Musa adalah dari langit, bukan sihir. Lalu mereka menyungkur bersujud seraya berkata, seperti yang diungkapkan oleh firman-Nya:
Kami beriman kepada Tuhan semesta alam (yaitu) Tuhan Musa dan Harun. (Al A'raf:121-122)
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, ular Nabi Musa terus mengejar semua tali dan tongkat mereka satu demi satu hingga tidak ada sedikit pun —apalagi banyak— melainkan semuanya ditelan bulat-bulat olehnya. Apa yang mereka lemparkan di lembah itu tiada sedikit pun kelihatan masih tersisa. Kemudian Nabi Musa memegangnya, maka ular tersebut kembali ke ujud yang semula, yaitu tongkat, sedangkan para ahli sihir menyungkur bersujud seraya berkata, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Mereka berkata, "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam (yaitu) Tuhan Musa dan Harun.” (Al A'raf:121-122) Mereka mengatakan pula, "Sekiranya apa yang dilakukan oleh Musa itu adalah sihir, niscaya dia tidak akan dapat mengalahkan kami."
Al-Qasim ibnu Abu Burrah mengatakan bahwa Allah mewahyukan kepada Musa, "Lemparkanlah tongkatmu." lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya (Al A'raf:107) Ular itu mengangakan mulutnya dan menelan tali-tali serta tongkat-tongkat mereka. Maka saat itu juga para ahli sihir menyungkur bersujud, dan mereka tidak berani mengangkat kepala mereka sehingga mereka melihat surga dan neraka serta balasan yang diterima oleh para penghuninya masing-masing.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Yaitu Tuhan Musa dan Harun") berkat pengetahuan mereka yang menyimpulkan bahwa apa yang telah mereka saksikan itu, yaitu tentang tongkat Musa semata-mata bukanlah perbuatan sihir.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Sesungguhnya Dia adalah Tuhan yang diyakini dan diimani oleh Mûsâ dan Hârûn."