فَيَوْمَىِٕذٍ وَّقَعَتِ الْوَاقِعَةُۙ ( الحاقة: ١٥ )
Fayawma'idhin Waqa`at Al-Wāqi`atu. (al-Ḥāq̈q̈ah 69:15)
Artinya:
Maka pada hari itu terjadilah hari Kiamat, (QS. [69] Al-Haqqah : 15)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
tidak ada lagi gunung dan lembah (Lihat: surah Tàhà/20:105-106). Maka pada hari itu terjadilah hari Kiamat.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Pada saat terjadinya hari Kiamat itu, langit dalam keadaan lemah sehingga terbelah. Jika diperhatikan hukum-hukum Allah yang berlaku di ruang angkasa, maka yang dikemukakan ayat ini sesuai dengan hukum itu. Masing-masing planet di ruang angkasa itu mempunyai daya tarik-menarik. Dengan adanya daya tersebut, maka seluruh planet-planet menjadi selalu beredar pada garis edar yang tetap, tidak jatuh dan tidak menyimpang. Seandainya salah satu saja di antara planet yang banyak itu bergeser dari falaknya, maka hilanglah keseimbangan tarik-menarik yang ada antara planet-planet itu, sehingga planet yang kecil tertarik oleh planet yang besar. Terjadilah tabrakan antara planet-planet itu yang menghancurkan seluruh alam ini.
Kajian saintifik modern saat ini menyatakan bahwa jagad-raya seisinya ini diawali pembentukannya dari adanya singularity. Singularity adalah sesuatu dimana calon/bakal ruang, energi, materi, dan waktu masih terkumpul menjadi satu (manunggal). Dentuman Besar (Big Bang) meledakkan singularity ini dan berkembanglah seperti spiral-kerucut yang terus menerus berekspansi melebar dan melebar terus. Sejak Big Bang itulah, waktu mulai memisahkan diri dari ruang, begitu pula energi, materi, dan gaya-gaya, dan selama bermiliar-miliar tahun terbentuklah seluruh jagad-raya yang berisi miliaran galaksi. Ruang dan waktu terus mengalami ekspansi meluas. Bahiruddin S. Mahmud menjelaskan bahwa ekspansi jagad raya bukannya tak terbatas dan terus menerus. Laju ekspansi atau perkembangan ini berangsur-angsur menurun, karena gaya gravitasi antar galaksi (yang mereka sesamanya terus saling menjauh) mulai mengendor, sehingga suatu saat akan berhentilah ekspansi jagad raya itu.
Ketika jagad raya atau alam semesta menghentikan aktivitas ekspansinya (perluasannya), masa penyusutannya (pemadatannya) pun dimulai. Jika ekspansi diawali dari singularity, Big Bang, dan ekspansi alam semesta; maka penyusutan alam semesta atau pemadatan (kontraksi) alam semesta diawali dengan alam semesta yang secara perlahan menyusut, di mana ruang, waktu, energi, materi, dan gaya-gaya akan bersatu kembali menjadi singularity. Penyusutan ini makin lama makin cepat, dari dimensi waktu miliaran tahun, jutaan tahun, puluhan tahun, tahunan, bulanan, mingguan, harian, terus ke jam, menit, detik, mikro-detik dan akhirnya terjadi ledakan hebat yang disebut Big Crunch (Kompresan Besar) menjadi singularity kembali. Jadi Big Crunch, adalah seperti Big Bang dalam arah yang berbalikkan. Proses penyusutan alam semesta menuju Big Crunch ini, berlangsung dengan periode waktu yang sangat lama, kemudian semakin cepat, dan super cepat!! Menurut Paul Davies, ketika alam semesta telah memadat sampai seper-seratus (1/100) dari luasnya yang sekarang ini, maka efek tekanannya akan mengakibatkan suhu yang meninggi sampai mencapai titik didih benda cair; dan bumi menjadi tempat yang tidak layak huni lagi. Galaksi sudah tidak dapat dibedakan satu sama lainnya, karena mereka telah berfusi, dan merapat satu sama lainnya. Selanjutnya gerak kepadatan makin naik hingga mencapai titik api pijar. Pada saat inilah antariksa tampak bagaikan bola api plasma yang pijar. Kemungkinan inilah yang disebut dalam Surah al-Ma'arij/70: 8, "Pada hari ketika langit menjadi seperti luluhan perak."
Ketika terjadi proses ke arah Big Crunch itu, yaitu proses pemadatan atau penyusutan alam semesta, maka semua materi pecah kembali menjadi materi-materi fundamental seperti quark, elektron, dan sebagainya, gaya-gaya seperti gaya gravitasi, elektromagnetik, nuklir kuat, dan nuklir lemah mulai menyatu kembali. Saat itulah benda-benda langit mulai kehilangan gaya-gaya gravitasinya, dan akibatnya terjadilah tubrukan-tubrukan dahsyat antar planet, sehingga bumi berbenturan dengan planet-planet lainnya, gunung-gunung berbenturan karena hilangnya gaya gravitasi yang menopangnya sehingga berbenturan sesamanya. Langit antariksa mulai lemah karena ketiadaan topangan gaya gravitasi, dan mulai menyusut/ mengerut dan retak/terbelah. Proses ini menimbulkan suara gemuruh dahsyat, yang dipuncaki dengan dentuman Big Crunch. Apakah sangkakala (sur) yang dimaksud adalah mulainya suara gemuruh ketika terjadi proses penyusutan ini? Wallahu a'lam bis-sawab. Akhirnya setelah dentuman Big Crunch kembalilah ke singularity lagi, semua serba fana, kecuali Allah, sebagaimana firman-Nya:
Semua yang ada di bumi itu akan binasa, tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal. (ar-Rahman/55: 26-27)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Allah Swt. menceritakan perihal huru-hara yang terjadi di hari kiamat, yang hal ini terjadi pada tiupan pertama yang mengagetkan. Kemudian diiringi dengan tiupan kematian, saat itulah semua makhluk yang ada di langit dan di bumi mati semuanya kecuali orang yang dikehendaki olah Allah. Kemudian dilakukanlah tiupan kebangkitan untuk menghadap kepada Tuhan semesta alam, maka bangkit dan hidup kembalilah semua makhluk. Dan itu terjadi pada tiupan yang disebutkan dalam ayat di atas yang diungkapkan dengan lafaz yang dikukuhkan, yaitu bahwa tiupan ku sekali; karena perintah Allah tidak dapat ditentang, tidak dapat dicegah, dan tidak perlu adanya ulangan atau pengukuhan. Menurut Ar-Rabi', terjadinya peristiwa tersebut adalah pada tiupan yang terakhir. Tetapi pendapat yang jelas adalah seperti apa yang kami sebutkan pada permulaan. Karena itulah disebutkan dalam ayat ini:
dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. (Al-Haqqah: 14)
Yakni bumi digelarkan sebagaimana digelarkan kulit yang dijajakan di pasar 'Ukaz, lalu bumi ini diganti dengan bumi lainnya.
Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat. (Al-Haqqah: 15)
Maksudnya, mulai terjadi hari kiamat.
dan terbelahlah langit, karena langit pada hari itu menjadi lemah. (Al-Haqqah: 16)
Sammak telah meriwayatkan dari seorang syekh, dari Bani Asad, dari Ali yang mengatakan bahwa langit terbelah mulai dari bagian atasnya; demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Ibnu Juraij mengatakan bahwa ayat ini semakna dengan firman-Nya:
dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu. (An-Naba': 19)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa langit berlubang dan 'Arasy tepat berada di atasnya.
Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. (Al-Haqqah: 17)
Al-Malak adalah isim jenis, yakni para malaikat berada di semua penjuru langit.' Menurut Ibnu Abbas, mereka berada di bagian langit yang tidak lemah, yakni di semua pinggirannya. Hal yang sama dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair dan Al-Auza'i. Ad-Dahhak mengatakan bahwa Arja-iha artinya pinggiran-pinggirannnya. Al-Hasan Al-Basri mengatakan, makna yang dimaksud ialah beradadi pintu-pintunya.
Ar-Rabi' ibnu Anas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. (Al-Haqqah: 17) Yakni berada di atas bagian langit yang terbelah untuk melihat penduduk bumi.
Firman Allah Swt.:
Dan pada hari itu ada delapan malaikat menjunjung 'Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. (Al-Haqqah: 17)
Yaitu di hari kiamat 'Arasy dipikul oleh delapan malaikat. ;Arasy atau singgasana ini dapat diartikan 'Arasy yang terbesar, atau 'Arasy yang diletakkan di bumi pada hari kiamat nanti untuk memutuskan peradilan; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Di dalam hadis Abdullah ibnu Umairah, dari Al-Ahnaf ibnu Qais, dari Al-Abbas ibnu Abdul Muttalib sehubungan dengan mereka yang memikul 'Arasy, disebutkan bahwa mereka terdiri dari delapan ekor kijang jantan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id alias Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah menceritakan kepadaku Abus Samah Al-Basri, telah menceritakan kepada kami Abu Qil alias Huyay ibnu Hani'; ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr mengatakan bahwa para malaikat pemikul 'Arasy ada delapan, jarak antara kedua sudut mata seseorang dari mereka sama dengan jarak perjalanan seratus tahun (saking besarnya).
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku yang mengatakan bahwa Ahmad ibnu Hafs ibnu Abdullah An-Naisaburi menulis surat kepadanya yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibrahim Ibnu Tuhman, dari Musa ibnu Uqbah, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Telah diizinkan bagiku untuk menceritakan kepada kamu tentang malaikat-malaikat pemikul 'Arasy, bahwa jarak antara daun telinganya sampai ke lehernya sama dengan jarak yang ditempuh burung terbang selama tujuh ratus tahun.
Sanad hadis ini jayyid, semua perawinya siqat.
Imam Abu Daud telah meriwayatkannya di dalam Kitabus Sunnah, bagian dari kitab sunannya:
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Hafs ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Tuhman, dari Musa ibnu Uqbah, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Telah diizinkan bagiku untuk menceritakan tentang seorang malaikat dari para malaikat pemikul 'Arasy Allah Swt., bahwa jarak antara daun telinganya sampai kepundaknya sama dengan jarak perjalanan tujuh ratus tahun,
Ini menurut lafaz Imam Abu Daud.
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Asy'as, dari Ja'far, dari Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan makna firman-Nya: Danpada hari itu ada delapan malaikat menjunjung 'Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. (Al-Haqqah: 17) Bahwa makna yang dimaksud ialah delapan baris malaikat.
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah diriwayatkan hal yang semisal dari Asy-Sya'bi, Ikrimah, Ad-Dahhak, dan Ibnu Juraij. Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh As-Saddi, dari Abu Malik, dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah delapan baris malaikat. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas. Ad-Dahhak mengatakan dari Ibnu Abbas, bahwa mereka adalah Malaikat Karubiyyun, terdiri dari delapan bagian; setiap bagian (golongan) dari mereka sama banyaknya dengan bilangan manusia, jin, setan, dan para malaikat lainnya.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat) yakni hari terakhir.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Pada hari itu terjadilah bencana, dan langit menjadi terbelah dengan hilangnya keseimbangan. Saat itu langit melemah setelah sebelumnya kuat dan terkendalikan.