Firman Allah Swt.:
Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman, "Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu.” (Al-Hadid: 13)
Ini merupakan berita dari Allah Swt. yang menceritakan apa yang bakal terjadi di hari kiamat nanti di tempat pemberhentian, banyak terjadi hal-hal yang mengerikan lagi sangat mengejutkan, keguncangan yang sangat dahsyat dan peristiwa-peristiwa lainnya yang sangat menakutkan. Dan sesungguhnya tiada yang selamat di hari itu kecuali hanya orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdah ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Amr, telah menceritakan kepadaku Sulaim ibnu Amir yang mengatakan bahwa kami keluar menujuke tempat jenazah di pintu gerbang kota Dimasyq, di antara kami terdapat Abu Umamah Al-Bahili. Setelah jenazah disalatkan, lalu mereka bergegas mengebumikannya, dan Abu Umamah berkata, "Hai manusia, sesungguhnya kamu di pagi hari dan petang hari berada di suatu tempat yang di dalamnya kamu berbagi amal kebaikan dan keburukan. Dan sudah dekat masanya bagi kalian akan pergi meninggalkannya menuju ke suatu tempat lain, yaitu alam kubur ini —seraya berisyarat ke arah kubur—yaitu rumah kesendirian, rumah kegelapan, dan rumah ulat serta rumah kesempitan terkecuali apa yang diluaskan oleh Allah. Kemudian kamu akan berpindah lagi darinya menuju ke tempat-tempat hari kiamat. Dan sesungguhnya kalian pada sebagian tempat-tempat itu, semua manusia diselimuti oleh suatu urusan dari Allah, maka ada manusia yang berwajah putih bersinar dan ada pula manusia yang berwajah hitam pekat. Kemudian kamu berpindah lagi darinya menuju ke tempat lain, dan semua manusia diselimuti oleh kegelapan yang sangat pekat; kemudian cahaya dibagikan. Maka orang mukmin mendapat cahayanya, sedangkan orang kafir dan orang munafik tidak diberi sama sekali dari cahaya itu." Perumpamaan ini telah digambarkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya: Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya; (dan) barang siapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun. (An-Nur: 40) Maka orang kafir dan orang munafik tidak dapat penerangan dari cahaya orang mukmin, sebagaimana orang tuna netra tidak dapat penerangan dari penglihatan orang yang melihat. Dan saat itu orang-orang munafik laki-laki dan perempuan mengatakan kepada orang-orang yang beriman: Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu. Dikatakan (kepada mereka), "Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)." (Al-Hadid: 13) Ini adalah tipuan dari Allah yang Dia gunakan untuk memperdaya orang-orang munafik, karena Allah Swt. telah berfirman: mereka (orang-orang munafik) itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. (An-Nisa: 142) Maka orang-orang munafik itu kembali ke tempat pembagian cahaya, tetapi mereka tidak menjumpai sesuatu pun. Lalu mereka kembali kepada orang-orang mukmin, tetapi di antara mereka telah ada dinding penghalang yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. (Al-Hadid: 13)
Sulaim ibnu Amir mengatakan bahwa orang munafik itu masih terus-menerus merasa besar diri hingga cahaya dibagikan dan Allah membedakan antara orang munafik dan orang mukmin.
Kemudian Sulaim ibnu Amir mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Usman, telah menceritakan kepada kami Ibnu Haiwah, telah menceritakan kepada kami Artah ibnul Munzir, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnul Hajjaj, dari Abu Umamah yang mengatakan bahwa Allah menjadikan hari kiamat gelap gulita, maka tiada seorang pun —baik orang mukmin maupun orang kafir— yang dapat melihat telapak tangannya sendiri, hingga Allah mengirimkan cahaya kepada orang-orang mukmin sesuai dengan amal perbuatannya. Lalu orang-orang munafik mengikuti mereka seraya berkata: Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu. (Al-Hadid: 13)
Al-Aufi dan Ad-Dahhak serta selain keduanya telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ketika manusia berada di dalam kegelapan hari kiamat, maka Allah mengirimkan cahaya. Ketika orang-orang mukmin melihat adanya cahaya, mereka bergerak menuju ke arah cahaya itu. Dan cahaya itu adalah petunjuk dari Allah yang menuntun ke arah surga. Dan ketika orang-orang munafik melihat orang-orang mukmin berangkat, maka mereka mengikutinya, lalu Allah menjadikan orang-orang munafik dalam kegelapan, kemudian mereka berkata saat itu; Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu. (Al-Hadid: 13) karena sesungguhnya kami selalu bersama kalian sewaktu di dunia. Maka orang-orang mukmin berkata: Kembalilah kamu ke belakang. (Al-Hadid: 13) ke tempat kamu datang yang dalam kegelapan dan carilah cahaya di sana.
Abul Qasim Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Arafah ibnu Alawaih Al-Attar, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Isa Al-Attar, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Bisyr ibnu Huzaifah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. memanggil manusia kelakdi hari kiamat dengan menyebut nama-nama mereka sebagai penutupan dari-Nya di mata hamba-hamba-Nya. Tetapi di hadapan sirat maka sesungguhnya Allah memberi cahaya kepada tiap-tiap orang mukmin dan juga tiap-tiap orang munafik pun diberi cahaya. Dan apabila mereka semuanya berada di atas sirat, maka Allah mencabut cahaya orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. Maka orang-orang munafik berkata, "Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu.” Orang-orang mukmin berkata, "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, " maka pada saat itu tiada seorang pun yang ingat kepada orang lain.
Firman Allah Swt.:
Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. (Al-Hadid: 13)
Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa dinding itu terletak di antara surga dan neraka.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa dinding itulah yang dimaksud di dalam firman-Nya:
Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas. (Al-A'raf: 46)
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang, pendapat ini sahih.
Di sebelah dalamnya ada rahmat. (Al-Hadid: 13)
Yakni berupa surga dan semua kenikmatan yang ada di dalamnya.
dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. (Al-Hadid: 13)
Yaitu neraka. Demikianlah menurut yang dikatakan oleh Qatadah dan Ibnu Zaid serta selain keduanya.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa menurut pendapat yang lain, dinding tersebut adalah dinding Baitul Maqdis yang berada di Lembah Jahanam. Kemudian ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnul Barqi, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Abu Salamah, dari Sa'id ibnu Atiyyah ibnu Qais, dari Abul Awam juru azan Baitul Maqdis yang telah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr mengatakan bahwa sesungguhnya dinding yang disebut oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya: Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. (Al-Hadid: 13) adalah dinding masjid yang ada di sebelah timur; bagian dalamnya adalah masjid, sedangkan bagian luarnya dan sebelahnya lagi adalah Lembah Jahanam.
Kemudian telah diriwayatkan hal yang semisal dari Ubadah ibnus Samit, Ka'bul Ahbar? Ali ibnul Husain, dan Zainul Abidin. Tetapi pendapat ini dapat diinterpretasikan bahwa mereka mengatakan demikian dengan tujuan untuk memberikan pendekatan pemahaman melalui peragaan tempat yang sudah ada agar lebih dekat dalam pemahaman bagi lawan bicara. Dan sama sekali bukan makna hakikinya yang dimaksud, bahwa apa yang dikatakan itu adalah makna yang dimaksud oleh Al-Qur'an, yaitu dinding dan masjid yang ditunjuk itu, dan apa yang dikenal dengan sebutan Lembah Jahanam. Karena sesungguhnya surga itu berada di langit yang tertinggi, sedangkan neraka berada di dasar yang paling bawah. Dan mengenai apa yang dikatakan oleh Ka'bul Ahbar yang menyebutkan bahwa pintu yang disebutkan di dalam Al-Qur'an adalah pintu rahmat yang merupakan nama salah satu dari pintu Masjidil Aqsa, ini bersumber dari hadis israiliyatnya dan termasuk salah satu dari dongengan-dongengannya.
Sesungguhnya makna yang dimaksud dengan dinding itu yang dipasang pada hari kiamat untuk menghalang-halangi antara orang-orang mukmin dan orang-orang kafir. Dan apabila orang-orang mukmin sampai pada dinding itu, maka mereka memasukinya dari pintunya; dan apabila orang-orang mukmin semuanya telah masuk, maka pintu itu dikunci dan yang tertinggal di baliknya hanyalah orang-orang munafik; mereka berada dalam kebingungan, kegelapan, dan azab. Sebagaimana amal perbuatan mereka ketika di dunia, mereka dalam kekafiran, kebodohan, keraguan, dan kebimbangan.