Allah Swt. berfirman:
Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? (Al-Hadid: 10)
Yaitu berinfaklah dan janganlah kamu takut jatuh miskin dan kekurangan karena sesungguhnya Tuhan yang kamu berinfak di jalan-Nya adalah Yang memiliki langit dan bumi dan di tangan kekuasaan-Nyalah keduanya dikendalikan, dan di sisi-Nyalah semua perbendaharaan keduanya. Dialah Yang memiliki 'Arasy dengan semua yang dikandungnya, dan Dia pulalah yang berfirman:
Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya. (Saba':39)
Dan firman Allah Swt.:
Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. (An-Nahl: 96)
Maka barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya dia wajib berinfak dan tidak merasa takut akan kekurangan demi melaksanakan perintah Tuhan Yang mempunyai 'Arasy, dan ia merasa yakin bahwa Allah Swt. pasti akan memberikan gantinya.
Firman Allah Swt.:
Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). (Al-Hadid: 10)
Yakni tidaklah sama orang tersebut dan orang yang tidak berbuat seperti dia, karena dalam masa sebelum penaklukan Mekah keadaannya sangatlah berat. Pada masa itu tidaklah beriman kecuali hanya orang-orang yang berpredikatsiddiqin. Lain halnya sesudah masa penaklukan Mekah, karena Islam telah menang dan pengaruhnya sangat besar lagi luas serta manusia mulai masuk ke dalam agama Allah secara berbondong-bondong. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik (Al-Hadid: 10)
Jumhur ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan al-fath ialah penaklukan kota Mekah dan jatuh ke tangan kaum muslim. Tetapi menurut riwayat yang bersumber dari Asy-Sya'bi dan lain-lainnya, makna yang dimaksud ialah Perjanjian Hudaibiyah. Dan barangkali pendapat yang demikian berdalilkan dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, yaitu:
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Malik, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Humaid At-Tawil, dari Anas yang mengatakan bahwa pernah terjadi perdebatan antara Khalid ibnul Walid dan Abdur Rahman ibnu Auf. Khalid berkata kepada Abdur Rahman, "Kamu mempunyai pengaruh atas kami berkat hari-hari yang kamu lebih mendahuluinya daripada kami." Kemudian hal tersebut diceritakan kepada Nabi Saw. Maka beliau Saw. bersabda: Biarkanlah aku dan sahabat-sahabatku, demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, seandainya kamu berinfak sebanyak seperti Bukit Uhud atau seperti gunung berupa emas, maka kamu tetap masih belum dapat mencapai amal perbuatan mereka (para sahabatku yang terdahulu masuk Islamnya).
Dan telah dimaklumi bahwa masuk Islamnya Khalid yang menjadi lawan bicara hadis ini adalah di masa antara Perjanjian Hudaibiyah dan penaklukan kota Mekah. Pertengkaran yang terjadi di antara keduanya ialah di tempat Bani Juzaimah, yang Rasulullah Saw. mengutus Khalid ibnul Walid bersama sejumlah pasukan kaum muslim kepada mereka sesudah jatuhnya Mekah ke tangan kaum muslim. Dan ketika mereka kedatangan Khalid bersama pasukannya, mereka mengatakan, "Sabana, saba-na (kami masuk agama baru, kami masuk agama baru)." Mereka tidak pandai mengucapkan, "Kami masuk Islam, kami masuk Islam," padahal yang mereka maksudkan adalah Islam. Maka Khalid memerintahkan kepada pasukannya untuk memerangi mereka, dan menghukum mati sebagian dari mereka yang tertawan. Sikap Khalid yang demikian itu ditentang oleh Abdur Rahman ibnu Auf dan Abdullah ibnu Umar serta sahabat lainnya; maka bertengkarlah antara Khalid dan Abdur Rahman dalam masalah tersebut.
Tetapi menurut apa yang terdapat di dalam kitab sahih disebutkan dari Rasulullah Saw., bahwa beliau Saw. pernah bersabda:
Janganlah kamu mencaci sahabat-sahabatku, maka demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, seandainya seseorang dari kamu menginfakkan emas sebanyak Bukit Uhud, niscaya hal itu masih belum dapat menyamai satu mud (kati) mereka dan tidak pula separonya.
Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui hadis Ibnu Wahb, bahwa telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Sa'd, dari Zaid ibnu Aslam, dari Ata ibnu Yasar, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang menceritakan bahwa kami keluar (dari Madinah) bersama Rasulullah Saw. di tahun Hudaibiyah, hingga manakala kami sampai di Asfan, Rasulullah Saw. bersabda:
Sudah dekat masanya kedatangan suatu kaum yang kamu pandang kecil amalmu bila dibandingkan dengan amal mereka. Maka kami bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah mereka itu? Apakah dari kalangan Quraisy?" Rasulullah Saw. menjawab: Bukan, tetapi mereka adalah penduduk Yaman, mereka mempunyai perasaan dan hati yang lebih lembut (daripada kamu). Kami bertanya, "Apakah mereka lebih baik daripada kami, wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw. menjawab: Seandainya seseorang dari mereka mempunyai gunung emas, lalu mereka infakkan semuanya, maka hal itu masih belum mencapai satu mud seseorang dari kamu dan tidak pula separonya; hanya itulah keutamaan yang membedakan antara kita dan orang-orang lain. Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Hadid: 10)
Konteks hadis ini berpredikat garib, karena yang disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui riwayat Jamaah dari Ata ibnu Yasar, dari Abu Sa'id konteks ini berkaitan dengan kisah orang-orang Khawarij (yang akan muncul sesudah itu). Bunyinya:
"Kamu menganggap kecil salatmu bila dibandingkan dengan salat mereka dan juga puasa kamu bila dibandingkan dengan puasa mereka; mereka keluar dari agama sebagaimana anak panah yang menembus sasarannya," hingga akhir hadis.
Tetapi Ibnu Jarir telah meriwayatkan hadis ini melalui jalur lain, untuk itu ia menceritakan bahwa:
telah menceritakan kepadaku Ibnul Burqi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepadaku Zaid ibnu Aslam, dari Abu Sa'id At-Tammar, dari Abu Sa'id Al-Khudri, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Hampir tiba masanya kedatangan suatu kaum yang kamu anggap kecil amalmu bila dibandingkan dengan amal mereka. Kami bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah mereka itu, apakah mereka adalah orang-orang Quraisy?" Rasulullah Saw. menjawab: Bukan, tetapi mereka adalah penduduk Yaman, karena mereka memiliki perasaan yang lebih lembut dan hati lebih lunak (daripada kamu). Beliau Saw. mengatakan ini seraya menunjuk ke arah negeri Yaman, lalu beliau bersabda: Mereka adalah penduduk Yaman, ingatlah, sesungguhnya iman itu dari Yaman dan hikmah itu dari Yaman (pula). Maka kami bertanya, "Apakah mereka lebih baik daripada kami?" Rasulullah Saw. menjawab: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, seandainya seseorang dari mereka mempunyai gunung emas yang mereka infakkan, niscaya hal itu masih belum dapat mencapai satu mud seseorang dari kamu dan tidak pula separonya. Kemudian beliau Saw. menggenggamkan semua jari jemarinya dan memanjangkan jari manisnya seraya bersabda, "Ingatlah, sesungguhnya seperti inilah keutamaan antara kita dan orang-orang lain." Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Hadid: 10)
Konteks riwayat ini tidak menyebutkan Hudaibiyah; dan jika penyebutan itu memang dikenal seperti yang telah tertera di atas, maka takwilnya ialah bahwa wahyu ini diturunkan sebelum penaklukan Mekah sebagai berita tentang apa yang akan terjadi sesudahnya. Perihalnya sama dengan firman Allah Swt. dalam surat Al-Muzammil yang Makkiyyah dan termasuk permulaan wahyu yang diturunkan, yaitu firman-Nya:
dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah. (Al-Muzammil: 20), hingga akhir ayat.
Hal ini merupakan berita gembira tentang apa yang akan terjadi di masa mendatang; hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Swt.:
Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. (Al-Hadid: 10)
Yakni orang-orang yang berinfak sebelum penaklukan Mekah dan yang sesudahnya, semuanya mendapat pahala dari amalnya masing-masing, sekalipun di antara mereka terdapat perbedaan dalam keutamaan pahala yang diterimanya. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar. (An-Nisa: 95)
Demikian pula hadis yang disebutkan di dalam kitab sahih mengatakan:
Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah, tetapi masing-masing mempunyai kebaikannya (tersendiri).
Sesungguhnya dikatakan demikian hanyalah agar pihak yang lain tidak diremehkan dengan terpujinya pihak yang pertama, yang berakibat timbulnya dugaan bahwa pihak yang tidak terpuji adalah orang yang tercela. Untuk itu maka dilanjutkan dengan memuji pihak yang lain, tetapi dengan menonjolkan keutamaan yang ada pada pihak yang pertama. Karena itulah maka disebutkan dalam firman selanjutnya:
Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Hadid: 10)
Yakni berkat pengetahuan-Nya, maka Dia membedakan antara pahala orang yang menginfakkan hartanya sebelum masa penaklukan Mekah dan berperang di jalan-Nya, dan orang yang melakukan hal tersebut sesudah masa penaklukan Mekah.
Hal tersebut tiada lain karena Allah mengetahui niat golongan yang pertama dan keikhlasan mereka yang sempurna, serta infak mereka di masa susah, sulit, lagi sempit. Di dalam sebuah hadis disebutkan:
(Sedekah) satu dirham mendahului (sedekah) seratus ribu (dirham).
Tidak diragukan lagi di kalangan ahlul iman, bahwa Abu Bakar As-Siddiqlah yang meraih bagian yang terbesar dan kedudukan yang sangat penting dari ayat ini. Karena sesungguhnya dialah penghulu orang yang beramal demikian di antara umat-umat nabi-nabi lainnya. Dia telah membelanjakan seluruh hartanya karena mengharapkan rida Allah Swt. dan tiada seorang pun yang memiliki nikmat ini rela mengorbankannya demi agama selain dia.
Abu Muhammad alias Al-Husain ibnu Mas'ud Al-Bagawi telah mengatakan sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ibrahim Asy-Syuraihi, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq alias Ahmad ibnu Muhammad ibnu Ibrahim As-Sa'labi, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Hamid ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ishaq ibnu Ayyub, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yunus, telah menceritakan kepada kami Al-Ala ibnu Amr Asy-Syaibani, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq Al-Fazzari, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Sa'id, dari Adam ibnu Ali, dari Ibnu Umar yang menceritakan bahwa ketika kami sedang berada di hadapan Nabi Saw. dan Abu Bakar As-Siddiq yang pada saat itu sahabat Abu Bakar memakai baju 'aba'ah yang ada tambalan pada bagian dadanya, maka turunlah Jibril dan berkata, "Mengapa kulihat Abu Bakar mengenakan baju 'aba'ah yang ada tambalan pada bagian dadanya?" Nabi Saw. menjawab, "Dia telah menginfakkan semua hartanya sebelum masa penaklukan." Jibril berkata, "Sesungguhnya Allah berfirman, 'Sampaikanlah salam kepadanya dan tanyakanlah kepadanya apakah dia rela terhadap-Ku dalam kemiskinannya ataukah marah'?" Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Hai Abu Bakar, sesungguhnya Allah telah mengucapkan salam kepadamu dan berfirman kepadamu, 'Apakah kamu rela dalam kemiskinanmu karena membela agama-Nya ataukah marah'?" Abu Bakar menjawab, "Apakah Tuhanku marah kepadaku?" Sesungguhnya aku rela kepada Tuhanku dengan semuanya ini."
Sanad hadis yang dikemukakan melalui jalur ini daif; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.