فَرَوْحٌ وَّرَيْحَانٌ ەۙ وَّجَنَّتُ نَعِيْمٍ ( الواقعة: ٨٩ )
Farawĥun Wa Rayĥānun Wa Jannatu Na`īmin. (al-Wāqiʿah 56:89)
Artinya:
maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga (yang penuh) kenikmatan. (QS. [56] Al-Waqi'ah : 89)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
88-89. Adapun jika dia yang mati itu termasuk orang-orang yang didekatkan kepada Allah karena ketaatan dan amal baiknya, maka dia pasti akan memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga yang penuh kenikmatan sebagai balasan atas semua yang telah mereka perbuat di dunia.90-91. Dan adapun jika dia yang meninggal itu termasuk golongan kanan, yaitu orang yang selalu berbuat baik dan menaati ajaran Allah, maka keselamatanlah yang akan dikaruniakan bagimu karena kamu adalah bagian dari golongan kanan.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
lihat ayat 88
3 Tafsir Ibnu Katsir
Ketika keadaan ini merupakan kepastian yang dialami oleh manusia saat menghadapi kematiannya. Adakalanya dia termasuk orang yang didekatkan kepada Allah, atau bukan termasuk golongan kanan, dan adakalanya termasuk orang yang mendustakan kebenaran lagi sesat dari jalan petunjuk dan tidak mengerti tentang perintah Allah. Untuk itu maka disebutkan oleh firman-Nya:
Adapun jika dia. (Al-Waqi'ah: 88)
Yakni orang yang sedang menghadapi kematiannya.
termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah). (Al-Waqi'ah: 88)
Mereka adalah orang-orang yang menunaikan amal-amal yang wajib dan yang sunat serta meninggalkan hal-hal yang diharamkan dan yang dimakruhkan, serta sebagian hal yang diperbolehkan.
maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga kenikmatan. (Al-Waqi'ah: 89)
Mereka akan mendapatkan ketenteraman dan kesenangan serta para malaikat menyampaikan berita gembira ini kepada mereka di saat mereka menghadapi kematiannya, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam hadis Al-Barra yang menyebutkan bahwa sesungguhnya para malaikat rahmat mengatakan, "Hai roh yang baik yang ada di dalam tubuh yang baik yang kamu huni, keluarlah kamu menuju kepada ketenteraman, kesenangan, dan menemui Tuhan yang tidak murka."
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: maka dia memperoleh ketenteraman. (Al-Waqi'ah: 89) Yaitu ketenteraman dan kesenangan, yakni ketenangan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, bahwa makna rauh ialah ketenteraman.
Abu Hirzah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah beristirahat dari dunia.
Sa'id ibnu Jubair dan As-Saddi mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah terbebas.
Telah diriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki. (Al-Waqi'ah: 89) Yakni surga dan kesenangan.
Qatadah mengatakan bahwa rauh artinya rahmat.
Ibnu Abbas, Mujahid, dan Sa'id ibnu Jubair mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Raihan" artinya rezeki.
Pendapat-pendapat yang telah disebutkan di atas satu sama lainnya berdekatan lagi benar. Karena sesungguhnya orang yang mati dalam keadaan didekatkan kepada Allah akan memperoleh kesemuanya itu, yaitu rahmat, ketenteraman, kebebasan, istirahat, kesenangan, kegembiraan, dan rezeki yang baik.
serta surga kenikmatan. (Al-Waqi'ah: 89)
Abul Aliyah mengatakan bahwa tidaklah roh seseorang yang didekatkan kepada Allah terpisah dari jasadnya sebelum didatangkan kepadanya suatu tangkai (dahan) dari pepohonan surga yang harum, sesudah itu barulah rohnya dicabut di dalamnya.
Muhammad ibnu Ka'b mengatakan bahwa tidaklah seorang manusia meninggal dunia sebelum diperlihatkan kepadanya apakah dia termasuk ahli surga ataukah ahli neraka? Dan dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan hadis-hadis yang mengisahkan tentang masa menjelang kematian, yaitu dalam tafsir firman-Nya:
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu. (Ibrahim: 27)
Sebaiknya kita sebutkan salah satu di antaranya yang paling utama, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Tamim Ad-Dari, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
bahwa Allah Swt. berfirman kepada malaikat maut: "Berangkatlah kamu kepada si Fulan dan datangkanlah dia kepada-Ku, karena sesungguhnya Aku telah mengujinya dengan keadaan suka dan duka, ternyata Kujumpai dia dalam keadaan yang Aku sukai. Datangkanlah dia, maka Aku akan membuatnya senang.” Kemudian malaikat maut berangkat menuju kepadanya dengan ditemani oleh lima ratus malaikat, mereka membawa kafan-kafan dan kapur barus dari surga, juga membawa beberapa kayu wangi (cendana) yang setiap ikatan mengandung dua puluh macam jenis dan masing-masing jenis mempunyai bau wangi yang berbeda dengan lainnya, dan mereka membawa pula kain sutra putih yang mengandung minyak kesturi. Hingga akhir hadis yang cukup panjang sebagaimana yang telah disebutkan dalam tafsir surat Ibrahim.
Banyak hadis yang diketengahkan sehubungan dengan ayat ini, seperti berikut:
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Harun, dari Badil ibnu Maisarah, dari Abdullah ibnu Syaqiq, dari Aisyah, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. membaca firman-Nya dengan me-rafa'-kan huruf ra: maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki. (Al-Waqi'ah: 89)
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abu Daud, Turmuzi dan Nasai melalui hadis Harun alias Ibnu Musa yang tuna netra dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi memberikan komentarnya bahwa kami tidak mengenal hadis ini kecuali melalui hadis Harun. Dan qira-ah ini adalah qira-ah Ya'qub semata. Sedangkan ulama qira-at lainnya berbeda dengannya, mereka membacanya: Farauhun waraihanun.
Imam Ahmad mengatakan pula,, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Abul Aswad Muhammad ibnu Abdur Rahman ibnu Naufal, bahwa ia pernah mendengar Durrah binti Mu'az menceritakan hadis berikut dari Ummu Hani' yang bertanya kepada Rasulullah, "Apakah kami saling berkunjung bila telah mati dan sebagian dari kami melihat sebagian yang lainnya?" Maka Rasulullah Saw. menjawab: Kelak diri seseorang itu berupa burung yang hinggap di pepohonan (surga), dan manakala hari kiamat telah terjadi, maka tiap-tiap jiwa (roh) masuk ke dalam tubuhnya masing-masing.
Hadis ini mengandung berita gembira bagi tiap orang mukmin. Makna yang dimaksud dengan 'hinggap' ialah 'makan', yakni makan dari pohon-pohon yang dihinggapinya.
Kesahihan hal ini dibuktikan pula dengan hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Imam Muhammad ibnu Idris Asy-Syafii, dari Imam Malik ibnu Anas, dari Az-Zuhri, dari Abdur Rahman ibnu Ka'b ibnu Malik, dari ayahnya, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:
Sesungguhnya jiwa orang mukmin itu berupa burung yang bergantung di pepohonan surga hingga Allah mengembalikannya ke jasadnya pada hari Dia membangkitkannya.
Sanad hadis ini hebat dan matannya dapat dipertanggungjawabkan.
Di dalam hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
Sesungguhnya arwah para syuhada itu berada di dalam perut burung hijau yang terbang bebas di taman-taman surga sekehendak hatinya, kemudian hinggap di lentera-lentera yang bergantungan di Arasy.
Imam Ahmad mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammam, telah menceritakan kepada kami Ata ibnus Sa'ib yang mengatakan bahwa pada hari pertama mula-mula ia mengenal Abdur Rahman ibnu Abu Laila, ia melihatnya sebagai seorang syekh yang telah beruban rambut dan jenggotnya, sedang mengendarai keledai mengiringi jenazah. Lalu ia mendengarnya mengatakan bahwa Fulan bin Fulan yang telah mendengar dari Rasulullah Saw. telah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang mencintai (hari) perjumpaannya dengan Allah, maka Allah suka berjumpa dengannya; dan barang siapa yang benci akan perjumpaannya dengan Allah, maka Allah benci pula berjumpa dengannya. Maka kaum yang ada menangis, lalu Rasulullah Saw. bertanya, "Mengapa kalian menangis?" Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami benci mati." Rasulullah Saw. bersabda, bahwa bukan itu yang dimaksud, tetapi apabila menjelang ajalnya. adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga kenikmatan. (Al-Waqi'ah: 88-89) Apabila ia mendapat berita gembira tersebut, maka timbullah rasa cintanya untuk bersua dengan Allah, sedangkan Allah Swt. lebih suka darinya untuk bersua dengannya. Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan lagi sesat, maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam neraka. (Al-Waqi'ah: 92-94) Apabila dia telah mendapat berita tersebut, maka dia benci untuk bersua dengan Allah, dan Allah lebih benci untuk bersua dengannya.
Hal yang semakna telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Di dalam kitab sahih disebutkan dari Aisyah r.a. hadis yang menguatkan maknanya.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Maka dia memperoleh ketenteraman) dia mendapatkan ketenangan (dan rezeki) yang baik (serta surga yang penuh dengan kenikmatan) apakah jawab ini bagi lafal Amma ataukah bagi In, ataukah menjadi Jawab bagi kedua-duanya?, sehubungan dengan masalah ini ada beberapa pendapat.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Kalau orang yang mati itu berasal dari golongan yang paling dahulu beriman dan didekatkan kepada Allah, maka kesudahannya adalah kenyamanan, kasih sayang, rezeki yang baik, dan surga yang berisikan kesenangan.