فَاَوْحٰىٓ اِلٰى عَبْدِهٖ مَآ اَوْحٰىۗ ( النجم: ١٠ )
Fa'awĥaá 'Ilaá `Abdihi Mā 'Awĥaá (an-Najm 53:10)
Artinya:
Lalu disampaikannya wahyu kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah diwahyukan Allah. (QS. [53] An-Najm : 10)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Lalu disampaikan oleh-nya wahyu secara cepat dan rahasia kepada hamba-Nya, yaitu Nabi Muhammad, apa yang telah diwahyukan oleh Allah.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Selanjutnya diterangkan bahwa setelah Nabi Muhammad saw sudah berdekatan benar dengan Jibril, Jibril menyampaikan wahyu Allah mengenai persoalan-persoalan agama.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Berdasarkan pengertian di atas, berarti firman Allah Swt.:
Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. (An-Najm: 10)
artinya 'lalu Jibril menyampaikan wahyu kepada hamba Allah Muhammad Saw. apa yang telah diwahyukan Allah kepadanya'. Atau 'lalu Allah mewahyukan kepada hamba-Nya Muhammad apa yang Dia wahyukan kepadanya melalui Malaikat Jibril'. Kedua makna ini dibenarkan.
Telah diriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan makna firman-Nya: Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. (An-Najm: 10) bahwa Allah menurunkan wahyu kepadanya firman Allah Swt.: Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim. (Adh-Dhuha: 6) sampai dengan firman-Nya: Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)ww. (Alam Nasyrah: 4)
Sedangkan menurut lainnya, yang diwahyukan Allah kepadanya adalah bahwa surga itu diharamkan atas para nabi sebelum kamu memasukinya, juga diharamkan atas semua umat sebelum umatmu memasukinya.
Firman Allah Swt.:
Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka apakah kamu (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? (An-Najm: 11-12)
Imam Muslim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Ziad ibnu Husain, dari Abul Aliyah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. (An-Najm: 11) dan firman Allah Swt.: Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (An-Najm: 13) Bahwa Muhammad Saw. telah melihat Jibril dalam rupa aslinya sebanyak dua kali.
Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Sammak dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas. Hal yang sama dikatakan oleh Abu Saleh dan As-Saddi serta selain keduanya, bahwa Nabi Saw. melihat Jibril dengan pandangan hatinya sebanyak dua kali. Tetapi Ibnu Mas'ud r.a. dan lain-lainnya berpendapat berbeda menurut riwayat yang bersumber darinya, bahwa dia memutlakkan penglihatan tersebut (yakni tidak mengikatnya dengan pandangan mata hati). Tetapi pendapatnya ini masih dapat ditakwilkan (diikat) dengan pengertian yang membatasinya. Dan mengenai riwayat yang menyebutkan dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Nabi Saw. melihatnya dengan indra matanya, maka sesungguhnya predikat riwayat ini garib, karena tiada suatu riwayat sahih pun mengenainya bersumber dari para sahabat. Dan mengenai pendapat Al-Bagawi di dalam kitab tafsirnya yang mengatakan bahwa segolongan ulama berpendapat bahwa Nabi Saw. melihat Jibril dengan pandangan matanya, maka ini adalah perkataan Anas dan Al-Hasan serta Ikrimah; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Imam Turmuzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amr ibnul Minhal ibnuSafwan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Kasir Al-Anbari, dari Salamah ibnu Ja'far, dari Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, bahwa Muhammad Saw. telah melihat Tuhannya. Aku (Ikrimah) bertanya, "Bukankah Allah Swt. telah berfirman: 'Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala penglihatan itu' (Al-An'am: 103)?" Maka Ibnu Abbas menjawab, "Celaka kamu, hal itu manakala Allah menampilkan Zat-Nya berikut nur-Nya yang menghijabi-Nya. Dan sesungguhnya dia telah melihat-Nya sebanyak dua kali." Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa riwayat ini hasan garib.
Imam Turmuzi mengatakan pula. telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Mujalid, dari Asy-Sya'bi yang mengatakan bahwa Ibnu Abbas menjumpai Ka'b di Arafah, lalu menanyakan kepadanya sesuatu masalah. Maka Ka'b bertakbir sehingga suaranya menggema, dan Ibnu Abbas berkata, "Kami adalah Bani Hasyim." Ka'b menjawab, "Sesungguhnya Allah telah membagi penglihatan dan Kalam-Nya di antara Muhammad dan Musa. Maka Allah Swt. berbicara kepada Musa sebanyak dua kali dan Muhammad telah melihat-Nya sebanyak dua kali."
Masruq mengatakan bahwa ia menjumpai Aisyah r.a., lalu bertanya kepadanya, "Apakah Muhammad telah melihat Tuhannya?" Aisyah r.a. menjawab, "Sesungguhnya engkau telah mengucapkan sesuatu yang membuat bulu kudukku berdiri karenanya. Aku mengatakan kepadanya, "Bagaimana dengan ayat ini,' lalu aku membaca firman Allah Swt.: 'Sesungguhnya dia (Muhammad) telah melihat sebagian tanda-tanda Tuhannya yang paling besar ' (An-Najm: 18)." Siti Aisyah r.a. menjawab, "Di manakah pengertianmu? Sesungguhnya dia itu adalah Jibril, lalu siapakah yang memberitakan kepadamu bahwa Muhammad telah melihat Tuhannya, atau dia telah menyembunyikan sesuatu yang diperintahkan agar disampaikan atau mengetahui lima perkara yang disebutkan di dalam firman-Nya: 'Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat' (Luqman: 34). Maka sesungguhnya dia telah berdusta besar terhadap Allah, tetapi sebenarnya Muhammad hanya melihat Jibril. Dan beliau tidak melihatnya dalam rupa aslinya, melainkan hanya dua kali. Sekali di Sidratil Muntaha dan yang lainnya di Ajyad. Saat itu Jibril menampilkan rupa aslinya dengan enam ratus buah sayapnya hingga memenuhi cakrawala langit."
Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Mu'az ibnu Hisyam, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Qatadah, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, "Apakah kalian heran bila predikat khullah (kekasih Allah) bagi Ibrahim, dan kalam (diajak bicara) bagi Musa, dan ru-yah (melihat Allah) bagi Muhammad Saw."
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui Abu Zar yang telah mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw.,
"Apakah engkau melihat Tuhanmu?" Maka beliau Saw. menjawab: Hanya nur (cahaya) yang kulihat, lalu mana mungkin aku dapat melihat-Nya. Menurut riwayat lain, jawaban Rasulullah Saw. adalah: Aku (hanya) melihat cahaya.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Lalu Dia menyampaikan) yakni Allah swt. (kepada hamba-Nya) yaitu malaikat Jibril (apa yang telah diwahyukan)-Nya kepada malaikat Jibril untuk disampaikan kepada Nabi saw. Di sini yang mewahyukan tidak disebutkan karena mengagungkan kedudukan-Nya.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Lalu Jibril menyampaikan wahyu kepada hamba Allah dan rasul-Nya apa yang Allah telah wahyukan. Wahyu itu merupakan perkara besar yang pengaruhnya amat luas.