فِيْ رَقٍّ مَّنْشُوْرٍۙ ( الطور: ٣ )
Fī Raqqin Manshūrin. (aṭ-Ṭūr 52:3)
Artinya:
pada lembaran yang terbuka, (QS. [52] At-Tur : 3)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
dan yang ditulis pada lembaran yang terbuka sehingga mudah dibaca dan dipahami maknanya,
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Selanjutnya Allah swt menerangkan dalam ayat ini bahwa kitab-kitab itu mudah bagi setiap orang mempelajari isinya. Kitabkitab itu berisi hikmah-hikmah, hukum, kebudayaan dan budi pekerti (akhlak); karena itu ditulis pada lembaran-lembaran terbuka yang dapat dibaca. (
3 Tafsir Ibnu Katsir
Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:
pada lembaran yang terbuka, dan demi Baitul Ma'mur. (Ath-Thur: 3-4)
Di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa Rasulullah Saw. dalam hadis Isra-nya sesudah melampaui langit yang ketujuh menceritakan melalui sabdanya:
Kemudian aku dinaikkan ke Baitul Ma’mur, dan ternyata Baitul Ma’mur itu setiap harinya dimasuki oleh tujuh puluh ribu (malaikat) yang tidak kembali lagi kepadanya sampai yang terakhir dari mereka.
Yakni mereka melakukan ibadah di dalamnya dan tawaf di sekelilingnya sebagaimana ahli bumi melakukan tawaf di Ka'bah mereka. Demikian pula Baitul Ma'mur, ia adalah Ka'bah penduduk langit yang ketujuh, karena itulah Nabi Saw. menjumpai Nabi Ibrahim a.s. Al-Khalil sedang menyandarkan punggungnya di Baitul Ma'mur. Karena beliau a.s. adalah orang yang membangun Ka'bah di bumi, maka pahala yang diterimanya adalah dari jenis amal. Letak Baitul Ma'mur itu adalah lurus di atas Ka'bah; dan pada tiap-tiap langit terdapat Ka'bahnya tersendiri sebagai tempat mereka melakukan ibadah dan salat dengan menghadap kepadanya. Ka'bah yang ada di langit yang terdekat dinamakan Baitul Tzzah; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Rauh ibnu Janah, dari Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Pada langit yang ketujuh terdapat sebuah Bait yang dinamakan Al-Ma’mur lurus di atas Ka'bah. Dan pada langit yang keempat terdapat sebuah sungai yang dikenal dengan nama Sungai Kehidupan; Malaikat Jibril memasuki sungai itu setiap harinya dan menyelam di dalamnya sekali selam, kemudian ia keluar dan mengibaskan sayapnya, maka berhamburanlah darinya sebanyak tujuh puluh ribu tetes air. Allah menciptakan seorang malaikat dari tiap-tiap tetesnya, dan mereka diperintahkan untuk mendatangi Baitul Ma'mur, lalu mengerjakan salat padanya. Maka mereka mengerjakannya, setelah itu mereka keluar dan tidak kembali lagi padanya selama-lamanya. Dan seorang malaikat dari mereka diserahi untuk memimpin mereka, kemudian ia diperintahkan untuk membawa mereka berdiri di suatu tempat di langit untuk melakukan tasbih (menyucikan) Allah Swt. padanya hingga hari kiamat tiba.
Hadis ini garib sekali, Rauh ibnu Janah meriwayatkannya secara munfarid, dia adalah seorang Quraisy Al-Umawi, maula mereka adalah Abu Sa'id Ad-Dimasyqi. Sejumlah jamaah telah menilai hadis ini munkar, antara lain ialah Al-Juzjani, Al-Uqaili, Al-Hakim, Abu Abdullah An-Naisaburi, dan lain-lainnya. Imam Hakim mengatakan bahwa tiada dalil asal bagi hadis ini, baik melalui hadis Abu Hurairah maupun dari Sa'id atau Az-Zuhri.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hannad ibnus Sirri, telah menceritakan kepada kami Abul Ahwas, dari Sammak ibnu Harb, dari Khalid ibnu Ur'urah, bahwa seorang lelaki bertanya kepada sahabat Ali, "Apakah Baitul Ma'mur itu?" Ali r.a. menjawab, "Ia adalah suatu Bait yang ada di langit dikenal dengan nama Ad-Darrah. letaknya tepat lurus di atas Ka'bah; kesuciannya di langit sama dengan kesucian Baitullah yang ada di bumi. Setiap hari terdapat tujuh puluh ribu malaikat yang mengerjakan salat padanya, kemudian mereka tidak kembali lagi kepadanya untuk selama-lamanya." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Syu'bah dan Sufyan As'-Sauri. dari Sammak. Pada riwayat keduanya disebutkan bahwa orang yang menanyakan hal itu adalah Ibnul Kawa.
Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Abu Kuraib, dari Talq ibnu Ganam, dari Zaidah, dari Asim, dari Ali ibnu Rabi'ah yang menceritakan bahwa Ibnul Kawa pernah bertanya kepada Ali r.a. tentang Baitul Ma'mur. Maka Ali r.a. menjawab, "Baitul Ma'mur adalah sebuah masjid yang ada di langit, yang dikenal dengan nama Ad-Darrah. Setiap hari dimasuki oleh tujuh puluh ribu malaikat, kemudian mereka tidak kembali lagi kepadanya selama-lamanya." Ibnu Jarir telah meriwayatkannya pula melalui hadis AbutTufail, dari Ali dengan lafaz yang semisal.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Baitul Ma'mur adalah suatu Baitullah yang terletak berhadapan dengan "Arasy, diramaikan oleh para malaikat yang melakukan salat di dalamnya setiap harinya sebanyak tujuh puluh ribu malaikat, kemudian mereka tidak kembali lagi kepadanya. Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah, Mujahid, dan sejumlah ulama Salaf.
Qatadah, Ar-Rabi' ibnu Anas, dan As-Saddi mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa Rasulullah Saw. pernah bertanya kepada sahabat-sahabatnya,
"Tahukah kalian, apakah Baitul Ma'mur itu?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.'" Maka Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Baitul Ma’mur itu adalah sebuah masjid di langit tepat di atas Ka 'bah. Seandainya terjatuh, niscaya akan menimpa Ka 'bah; ada tujuh puluh ribu malaikat yang mengerjakan salat di dalamnya. Apabila mereka keluar darinya, mereka tidak kembali lagi kepadanya hingga yang paling akhir dari mereka.
Lain halnya dengan Ad-Dahhak. ia menduga bahwa yang meramaikannya adalah sejumlah malaikat yang dikenal dengan nama jin, salah satu kabilah dari iblis; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Pada lembaran yang terbuka) yakni kitab Taurat atau kitab Alquran.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
[[52 ~ ATH-THUR (BUKIT) Pendahuluan: Makkiyyah, 49 ayat ~ Surat ini diawali dengan sumpah bahwa orang-orang yang mendustakan akan memperoleh siksaan, dengan menyebut lima macam makhluk terbesar Tuhan. Setelah itu disebutkan tentang turunnya siksaan itu kepada mereka dan pelbagai macam siksa yang mereka alami pada hari kebangkitan dan pembalasan. Pembicaraan kemudian beralih ke soal kenikmatan, makanan dan kemuliaan yang kelak diterima oleh orang-orang bertakwa di surga, ketenangan yang mereka rasakan karena mereka diikuti oleh keturunan mereka dan diangkatnya derajat keturunan mereka kepada posisi seperti mereka. Setelah itu, disusul dengan perintah kepada Rasulullah saw. untuk tetap selalu memberi peringatan tanpa menghiraukan omongan orang-orang kafir tentang dirinya dan hujatan mereka terhadap al-Qur'ân yang tidak mampu mereka buat tandingannya yang serupa. Selain itu, surat ini, di banyak tempat, sering mematahkan pendapat-pendapat mereka yang keliru sebagai tanda kesesatan dan buruknya perkiraan mereka. Sebagai khatimah, surat ini ditutup dengan perintah kepada Rasulullah saw. agar membiarkan mereka sampai datang suatu hari ketika mereka dibinasakan, dan agar tetap sabar dengan ketentuan Tuhan yang menunda siksa mereka. Sesungguhnya hal itu tidak akan membahayakannya karena ia selalu berada dalam lindungan-Nya. Selain itu Rasulullah diperintahkan juga untuk selalu bertasbih kepada Allah, menyucikan-Nya pada setiap waktu; di kala bangun untuk suatu maksud tertentu dan di waktu malam ketika bintang-bintang terbenam (waktu fajar).]] Aku bersumpah demi bukit Thûr Sînâ' (Sinai), tempat Nabi Mûsâ diajak bicara oleh Tuhannya; demi kitab suci yang turun dari Allah dan tertulis di lembaran-lembaran yang mudah dibaca; demi al-Bayt al-Ma'mûr dengan yang berthawaf, berdiri, rukuk dan sujud di situ; demi langit yang diangkat tanpa tiang dan demi lautan yang penuh dengan air.