وَذٰلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِيْ ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ اَرْدٰىكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ مِّنَ الْخٰسِرِيْنَ ( فصلت: ٢٣ )
Wa Dhalikum Žannukumu Al-Ladhī Žanantum Birabbikum 'Ardākum Fa'aşbaĥtum Mina Al-Khāsirīna. (Fuṣṣilat 41:23)
Artinya:
Dan itulah dugaanmu yang telah kamu sangkakan terhadap Tuhanmu (dugaan itu) telah membinasakan kamu, sehingga jadilah kamu termasuk orang yang rugi. (QS. [41] Fussilat : 23)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Dan sungguh itulah dugaan buruk-mu yang telah kamu sangkakan terhadap Tuhan yang telah berbuat baik kepada-mu, dan sekarang ternyata dugaan itulah yang telah membinasakan kamu, sehingga jadilah kamu termasuk dalam kelompok orang yang rugi,
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Dugaan orang-orang kafir bahwa Allah tidak mengetahui dan tidak melihat perbuatan-perbuatan buruk yang dilakukannya adalah persangkaan yang tidak baik. Persangkaan yang demikian akan menimbulkan keberanian untuk melakukan perbuatan-perbuatan terlarang, sehingga berakibat kerugian pada diri sendiri. Akibat persangkaan yang demikian itu, mereka akan mendapat kerugian dan kehinaan di dunia dan azab pedih di akhirat nanti.
Dari ayat ini, dapat dipahami bahwa sangkaan yang baik ialah meyakini bahwa Allah mengetahui segala perbuatan hamba-Nya sejak dari yang halus sampai kepada yang besar, sejak dari yang nampak sampai kepada yang tersembunyi, dan Allah mengetahui segala isi hatinya.
Jika seseorang telah memercayai yang demikian, maka ia selalu meneliti segala yang akan diperbuatnya, mana yang diridai Allah dan mana yang tidak diridai-Nya. Ia akan menghentikan serta menjauhkan diri dari segala perbuatan yang tidak diridai Allah, karena ia telah yakin bahwa Allah melihat dan mengetahui semua perbuatannya itu.
Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, Abu Dawud., dan Ibnu Majah dari Jabir bin 'Abdullah:
Rasulullah saw bersabda, "Kamu jangan sekali-kali mati kecuali berbaik sangka kepada Allah. (Riwayat Ahmad, Muslim, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)
Para ulama berpendapat bahwa sangkaan itu ada dua macam: pertama, sangkaan yang baik, yaitu menyangka bahwa Allah mempunyai rahmat, keutamaan, dan kebaikan yang akan dilimpahkan-Nya kepada manusia, sebagaimana tersebut dalam hadis Qudsi:
Allah berfirman, "Aku menuruti sangkaan hamba-Ku kepada-Ku."(Riwayat Muslim dari Anas)
Kedua, sangkaan yang jelek, yaitu menyangka bahwa Allah tidak mengetahui segala perbuatan hamba-hamba-Nya.
Menurut Qatadah, sangkaan itu ada dua macam, yaitu: pertama, sangkaan yang menyelamatkan seperti yang diterangkan firman Allah:
Sesungguhnya aku yakin, bahwa (suatu saat) aku akan menerima perhitungan terhadap diriku. (al-haqqah/69: 20)
Dan firman Allah:
(Yaitu) mereka yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (al-Baqarah/2: 46)
Kedua, sangkaan yang merusak, seperti yang diterangkan firman Allah ini.
Umar bin Khaththab berkata tentang ayat ini, "Mereka adalah orang-orang yang terus-menerus berbuat maksiat, tidak bertobat dari perbuatan itu, dan mereka berdebat tentang ampunan Tuhan, sehingga mereka meninggalkan dunia tidak membawa apa-apa." Kemudian Umar membaca ayat ini.
Al-hasan al-Bashri berkata, "Sesungguhnya satu kaum yang diperdaya oleh angan-angannya yang kosong sehingga mereka meninggal dunia, dan tiadalah mereka mempunyai suatu kebaikan pun. Salah seorang dari mereka berkata, 'Sesungguhnya aku berbaik sangka terhadap Tuhanku. Sesungguhnya ia telah berdusta. Jika baik sangkaannya, tentu baik pula amalnya." Kemudian Al-hasan al-Bashrimembaca ayat ini.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Dugaan yang tidak benar ini adalah keyakinan kalian, karena kalian meyakini bahwa Allah tidak mengetahui banyak tentang apa yang kalian perbuat. Hal inilah yang merusak dan membinasakan diri kalian di hadapan Tuhan kalian.
maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (Fushshilat: 23)
Yakni kelak di tempat pemberhentian di hari kiamat, kalian merugikan diri kalian sendiri dan keluarga kalian.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Ammar, dari Abdur Rahman ibnu Yazid, dari Abdullah r.a. yang mengatakan bahwa pada suatu hari ia menutupi dirinya dengan kain kelambu Ka'bah di Ka'bah, lalu datanglah tiga orang lelaki, yaitu seorang Quraisy dan dua orang iparnya dari kabilah Saqif, atau seorang Saqif bersama dua orang Quraisy saudara iparnya. Mereka berperut buncit semuanya, tetapi pengetahuan mereka minim sekali. Lalu mereka mengatakan suatu pembicaraan yang terdengar kurang jelas oleh Abdullah ibnu Mas'ud (yang sedang bersembunyi di balik kain kelambu Ka'bah). Salah seorang dari mereka mengatakan, "Bagaimanakah pendapat kalian, apakah Allah mendengar perkataan kita sekarang ini?" Yang lain menjawab, "Sesungguhnya bila kita keraskan suara kita, Dia mendengarnya. Tetapi bila kita tidak mengeraskannya, Dia tidak mendengarnya." Yang lainnya lagi mengatakan, "Bila Dia mendengar sesuatu dari pembicaraan kita, berarti Dia mendengar semuanya." Abdullah ibnu Mas'ud melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia menceritakan peristiwa itu kepada Nabi Saw. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu terhadapmu. (Fushshilat: 22) sampai dengan firman-Nya: termasuk orang-orang yang merugi. (Fushshilat: 23)
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dari Hannad, dari Abu Mu'awiyah dengan sanad yang semisal.
Imam Ahmad, Imam Muslim, dan Imam Turmuzi telah mengetengahkannya pula melalui hadis Sufyan Ats-Tsauri, dari Al-A'masy, dari Imarah ibnu Umair, dari Wahb ibnu Rabi'ah, dari Abdullah ibnu Mas'ud dengan lafaz yang semisal.
Imam Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkannya pula melalui hadis kedua Sufyan (Sufyan Ats-Tsauri dan Sufyan ibnu Uyaynah), keduanya dari Mansur, dari Mujahid, dari Abu Ma'mar, dari Abdullah ibnu Sakhbarah, dari Ibnu Mas'ud r.a.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Bahz ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: dari persaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu terhadapmu. (Fushshilat: 22) Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya kamu dipanggil pada hari kiamat dalam keadaan mulut yang tersumbat dan mula-mula anggota tubuh seseorang dari kamu yang berbicara adalah paha (kaki) dan tangannya.
Ma'mar mengatakan bahwa lalu Al-Hasan membaca firman-Nya: Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan kamu. (Fushshilat: 23) Kemudian Al-Hasan mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Allah Swt. telah berfirman, "Aku selalu bersama hamba-Ku menurut dugaannya terhadap-Ku, dan Aku selalu bersamanya bila dia menyeru-Ku.” Kemudian Al-Hasan diam seraya merenungkannya, lalu mengatakan, "Ingatlah, sesungguhnya amal perbuatan manusia itu menurut prasangka mereka terhadap Tuhan mereka. Adapun orang mukmin, maka dia berbaik prasangka terhadap Tuhannya, karenanya ia beramal baik. Adapun orang kafir dan orang munafik, keduanya berburuk prasangka terhadap Allah, karena itu keduanya beramal buruk." Kemudian Al-Hasan mengatakan bahwa Allah Swt. telah berfirman: Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu terhadapmu. (Fushshilat: 22) sampai dengan firman-Nya: Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan kamu. (Fushshilat: 23), hingga akhir ayat.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami An-Nadr ibnu Ismail Al-Qas alias Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Laila, dari Abu Zubair, dari Jabir r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Jangan sekali-kali seseorang dari kalian mati, melainkan dalam keadaan berbaik prasangka kepada Allah. Karena sesungguhnya ada suatu kaum yang menjadi binasa karena buruk prasangka mereka kepada Allah. Allah Swt. telah berfirman: Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka ' jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (Fushshilat: 23)
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan yang demikian itu) menjadi Mubtada (adalah prasangka kalian) menjadi Badal dari lafal Dzaalika (yang kalian sangka terhadap Rabb kalian) menjadi Na`at, sedangkan Khabar Mubtada ialah (akan menghancurkan kalian) akan membinasakan diri kalian sendiri (maka jadilah kalian termasuk orang-orang yang merugi.")
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Prasangka buruk yang kalian tujukan terhadap Tuhan itu membuat kalian hancur. Dan pada hari kiamat kelak, kalian betul-betul merugi.