Mithla Da'bi Qawmi Nūĥin Wa `Ādin Wa Thamūda Wa Al-Ladhīna Min Ba`dihim Wa Mā Allāhu Yurīdu Žulmāan Lil`ibādi.
(yakni) seperti kebiasaan kaum Nuh, ’Ad, samud dan orang-orang yang datang setelah mereka. Padahal Allah tidak menghendaki kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya.”
Wa Yāqawmi 'Innī 'Akhāfu `Alaykum Yawma At-Tanādi.
Dan wahai kaumku! Sesungguhnya aku benar-benar khawatir terhadapmu akan (siksaan) hari saling memanggil,
Yawma Tuwallūna Mudbirīna Mā Lakum Mina Allāhi Min `Āşimin Wa Man Yuđlili Allāhu Famā Lahu Min Hādin.
(yaitu) pada hari (ketika) kamu berpaling ke belakang (lari), tidak ada seorang pun yang mampu menyelamatkan kamu dari (azab) Allah. Dan barangsiapa dibiarkan sesat oleh Allah, niscaya tidak ada sesuatu pun yang mampu memberi petunjuk.”
Wa Laqad Jā'akum Yūsufu Min Qablu Bil-Bayyināti Famā Ziltum Fī Shakkin Mimmā Jā'akum Bihi Ĥattaá 'Idhā Halaka Qultum Lan Yab`atha Allāhu Min Ba`dihi Rasūlāan Kadhālika Yuđillu Allāhu Man Huwa Musrifun Murtābun.
Dan sungguh, sebelum itu Yusuf telah datang kepadamu dengan membawa bukti-bukti yang nyata, tetapi kamu senantiasa meragukan apa yang dibawanya, bahkan ketika dia wafat, kamu berkata, “Allah tidak akan mengirim seorang rasul pun setelahnya.” Demikianlah Allah membiarkan sesat orang yang melampaui batas dan ragu-ragu,
Al-Ladhīna Yujādilūna Fī 'Āyāti Allāhi Bighayri Sulţānin 'Atāhum Kabura Maqtāan `Inda Allāhi Wa `Inda Al-Ladhīna 'Āmanū Kadhālika Yaţba`u Allāhu `Alaá Kulli Qalbi Mutakabbirin Jabbārin.
(yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Sangat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci hati setiap orang yang sombong dan berlaku sewenang-wenang.
Wa Qāla Fir`awnu Yā Hāmānu Abni Lī Şarĥāan La`allī 'Ablughu Al-'Asbāba.
Dan Fir‘aun berkata, “Wahai Haman! Buatkanlah untukku sebuah bangunan yang tinggi agar aku sampai ke pintu-pintu,
'Asbāba As-Samāwāti Fa'aţţali`a 'Ilaá 'Ilahi Mūsaá Wa 'Innī La'ažunnuhu Kādhibāan Wa Kadhalika Zuyyina Lifir`awna Sū'u `Amalihi Wa Şudda `Ani As-Sabīli Wa Mā Kaydu Fir`awna 'Illā Fī Tabābin.
(yaitu) pintu-pintu langit, agar aku dapat melihat Tuhannya Musa, tetapi aku tetap memandangnya seorang pendusta.” Dan demikianlah dijadikan terasa indah bagi Fir‘aun perbuatan buruknya itu, dan dia tertutup dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir‘aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.
Wa Qāla Al-Ladhī 'Āmana Yā Qawmi Attabi`ūnī 'Ahdikum Sabīla Ar-Rashādi.
Dan orang yang beriman itu berkata, “Wahai kaumku! Ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar.
Yā Qawmi 'Innamā Hadhihi Al-Ĥayā Atu Ad-Dunyā Matā`un Wa 'Inna Al-'Ākhirata Hiya Dāru Al-Qarāri.
Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.
Man `Amila Sayyi'atan Falā Yujzaá 'Illā Mithlahā Wa Man `Amila Şāliĥāan Min Dhakarin 'Aw 'Unthaá Wa Huwa Mu'uminun Fa'ūlā'ika Yadkhulūna Al-Jannata Yurzaqūna Fīhā Bighayri Ĥisābin.
Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia akan dibalas sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan sedangkan dia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tidak terhingga.