Allah Swt. menceritakan perihal ahli surga, bahwa sebagian dari mereka berhadapan dengan sebagian yang lain sambil saling bertanya (bercakap-cakap). Mereka memperbincangkan kehidupan mereka sewaktu di dunia dan penderitaan mereka sewaktu di dunia. Yang demikian itu merupakan salah satu topik pembicaraan mereka di tempat mereka minum-minum dan berkumpul serta bergaul dengan ahli surga lainnya, sambil duduk di atas tahta-tahta kebesaran. Sedangkan para pelayan berada di sekitar mereka menyuguhkan kebaikan yang besar kepada mereka berupa berbagai macam makanan, minuman, pakaian, dan lain sebagainya yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga (beritanya), dan belum pernah terdetik di hati seorang manusia pun.
Berkatalah salah seorang di antara mereka, "Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) mempunyai seorang teman." (Ash Shaaffat:51)
Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan qarin ialah setan.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., bahwa yang dimaksud adalah teman yang musyrik, dia menjadi teman orang mukmin ketika di dunianya.
Tidak ada pertentangan antara pendapat Mujahid dan Ibnu Abbas, karena sesungguhnya setan itu adakalanya dari makhluk jin yang suka menggoda jiwa manusia, adakalanya pula dari kalangan manusia sendiri yang dapat berkomunikasi dengannya. Kedua qarin itu saling bantu.
Allah Swt. berfirman:
sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (Al An'am:112)
Masing-masing dari qarin tersebut selalu menggoda, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
dari kejahatan (bisikan) setan yang bisa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia dari (golongan) jin dan manusia. (An-Nas: 4-6)