Firman Allah Swt.:
Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap. (Faathir':41)
Yakni agar jangan bergeser dari tempatnya masing-masing, semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya. (Al Hajj:65)
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. (Ar Ruum:25)
Adapun firman Allah Swt.:
dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. (Faathir':41)
Artinya, tiada yang dapat mempertahankan kelestarian dan keutuhan keduanya selain Dia sendiri, dan Dia selain itu Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. Dengan kata lain, Dia Maha Melihat tingkah laku hamba-hamba-Nya yang kafir dan durhaka kepada-Nya, namun Dia menyantuni mereka dan memberikan masa tangguh dan tempo bagi mereka untuk bertobat, dan Dia tidak segera mengazab mereka. Selain itu Dia memaafkan dan mengampuni sebagian yang lainnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (Faathir':41)
Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan ayat ini telah mengetengahkan sebuah hadis garib, bahkan munkar. Untuk itu dia mengatakan:
telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain ibnul Junaid, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepadaku Hisyam ibnu Yusuf, dari Umayyah ibnu Sahl, dari Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda menceritakan perihal Nabi Musa a.s. yang saat itu Nabi Saw. berada di atas mimbarnya: bahwa dalam hati Nabi Musa pernah terdetik suatu pertanyaan, apakah Allah Swt. tidur? Maka Allah Swt. mengirimkan malaikat kepada Musa untuk memberikan dua buah botol kaca, lalu membuatnya mengantuk, masing-masing tangan memegang sebuah botol. Lalu malaikat itu memerintahkan kepada Musa agar menjaga kedua botol itu jangan sampai pecah. Maka Musa pun tertidur dan hampir saja kedua botol yang dipegangnya itu beradu. Tetapi keburu ia terbangun, lalu ia menahan kedua botol itu agar tidak beradu. Akan tetapi, tidak lama kemudian ia tertidur lagi dan kedua botol itu beradu hingga pecah. Allah Swt. melakukan hal itu terhadap Musa sebagai tamsil, bahwa sesungguhnya bila Allah tidur, niscaya bumi dan langit ini tidak dapat ditahan.
Makna lahiriah hadis ini menunjukkan bukan sebagai hadis yang marfu', bahkan termasuk salah satu dari kisah Israiliyat yang munkar. Karena sesungguhnya merupakan suatu hal yang mustahil bila Nabi Musa mempunyai prasangka bahwa Allah tidur. Sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman di dalam kitab-Nya (Al-Qur'an) yang mulia:
Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nyalah apa yang di langit dan di bumi. (Al Baqarah:255)
Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan sebuah hadis melalui Abu Musa Al-Asy'ari r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Sesungguhnya Allah Swt. tidak tidur dan tidak layak bagi-Nya tidur, Dia merendahkan neraca dan meninggikannya, dilaporkan kepada-Nya amal pebuatan di malam hari sebelum siang hari, dan amal siang hari sebelum malam hari, tirai-Nya adalah nur atau api. Seandainya Dia membuka tirai-Nya, niscaya kesucian Zat-Nya dapat membakar habis semua makhluk yang terjangkau oleh penglihatan-Nya.
Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A'masy, dari Abu Wa'il yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Abdullah ibnu Mas'ud r.a. Maka Ibnu Mas'ud bertanya, "Darimanakah kamu tiba?" Ia menjawab, "Dari negeri Syam." Ibnu Mas'ud bertanya, "Siapa yang kamu jumpai di sana?" Ia menjawab, "Ka'b." Ibnu Mas'ud bertanya, "Apakah yang diceritakan olehnya kepadamu?" Ia menjawab, bahwa Ka'b mengatakan kepadanya, "Langit itu berputar di atas pundak seorang malaikat," Ibnu Mas'ud bertanya kepada lelaki itu, "Apakah kamu membenarkannya ataukah mendustakannya?" Lelaki itu menjawab, "Saya tidak mendustakannya dan tidak pula membenarkannya." Ibnu Mas'ud berkata, "Sekiranya saja engkau tebus perjalananmu itu kepada Ka'b dengan kendaraan dan bekalmu (yakni tidak pergi ke sana). Ka'b dusta, sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap, dan sungguh jika keduanya akan lenyap, tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. (Faathir':41)
Sanad asar ini sahih sampai kepada Ka'b dan juga Ibnu Mas'ud. Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Ibnu Humaid, dari Jarir, dari Mugirah, dari Ibrahim yang mengatakan bahwa Jundub Al-Bajali datang kepada Ka'b di Syam, lalu disebutkan asar yang semisal.
Sesungguhnya saya pernah membaca hasil karya pena Al-Faqih Yahya ibnu Ibrahim ibnu Muzayyan At-Tulaitali yang diberi judul ASairul Fuqaha, diketengahkan asar tersebut dari Muhammad ibnu Isa ibnut Taba', dari Waki', dari A'masy dengan lafaz yang sama. Kemudian disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Zaunan alias Abdul
Malik ibnul Husain, dari Ibnu Wahb, dari Malik yang mengatakan bahwa langit itu tidak berputar, lalu ia memperkuat pendapatnya ini dengan dalil ayat ini dan sebuah hadis yang mengatakan:
Sesungguhnya di ufuk barat terdapat pintu tobat yang masih tetap dalam keadaan terbuka, hingga matahari terbit dari arahnya.
Menurut hemat saya hadis ini sahih, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.