ثُمَّ اَوْرَثْنَا الْكِتٰبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَاۚ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ ۚوَمِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌ ۚوَمِنْهُمْ سَابِقٌۢ بِالْخَيْرٰتِ بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيْرُۗ ( فاطر: ٣٢ )
Thumma 'Awrathnā Al-Kitāba Al-Ladhīna Aşţafaynā Min `Ibādinā Faminhum Žālimun Linafsihi Wa Minhum Muqtaşidun Wa Minhum Sābiqun Bil-Khayrāti Bi'idhni Allāhi Dhālika Huwa Al-Fađlu Al-Kabīru. (Fāṭir 35:32)
Artinya:
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzhalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar. (QS. [35] Fatir : 32)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Kemudian Kitab Al-Qur’an itu Kami wariskan kepada orang-orang yang benar-benar Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu mereka terbagi menjadi tiga kelompok; di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, yakni kurang memperhatikan pesan-pesan kitab tersebut sehingga lebih banyak berbuat salah daripada berbuat baik; ada yang pertengahan, yaitu orang yang kebaikannya setara dengan keburukannya, dan ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Mereka itulah orang yang segera dan berlomba berbuat kebajikan sehingga kebaikannya sangat banyak dan amat sedikit jarang berbuat salah. Yang demikian itu, yakni pewarisan Al-Qur’an kepada umat Nabi Muhammad dan kesegeraan mereka berbuat kebajikan, adalah karunia yang besar.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Allah mewahyukan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad. Kemudian ajaran-ajaran Al-Qur'an itu diwariskan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih. Mereka itu adalah umat Nabi Muhammad, sebab Allah telah memuliakan umat ini melebihi kemuliaan yang diperoleh umat sebelumnya. Kemuliaan itu tergantung kepada sejauh manakah ajaran Rasulullah itu mereka amalkan, dan sampai di mana mereka sanggup mengikuti petunjuk Allah. Berikut ini dijelaskan tingkatan-tingkatan orang mukmin yang mengamalkan Al-Qur'an:
1.Orang yang zalim kepada dirinya. Maksudnya orang yang mengerjakan perbuatan wajib dan juga tidak meninggalkan perbuatan yang haram.
2.Muqtashid, yakni orang-orang yang melaksanakan segala kewajiban dan meninggalkan larangan-larangannya, tetapi kadang-kadang ia tidak mengerjakan perbuatan yang dipandang sunah atau masih mengerjakan sebagian pekerjaan yang dipandang makruh.
3.Sabiqun bil khairat, yaitu orang yang selalu mengerjakan amalan yang wajib dan sunah, meninggalkan segala perbuatan yang haram dan makruh, serta sebagian hal-hal yang mubah (dibolehkan).
Menurut al-Maragi pembagian di atas dapat pula diungkapkan dengan kata-kata lain, yaitu:
1.Orang yang masih sedikit mengamalkan ajaran Kitabullah dan terlalu senang menuruti hawa nafsunya, atau orang yang masih banyak perbuatan kejahatannya dibanding dengan amal kebaikannya.
2.Orang yang seimbang antara amal kebaikan dan kejahatannya.
3.Orang yang terus-menerus mencari ganjaran Allah dengan melakukan amal kebaikan.
Para ulama tafsir telah menyebutkan beberapa hadis sehubungan dengan maksud di atas. Salah satunya adalah hadis riwayat Ahmad dari Abu Darda', di mana setelah membaca ayat 32 Surah Fathir di atas, Rasulullah bersabda:
Adapun orang yang berlomba dalam berbuat kebaikan mereka akan masuk surga tanpa hisab (perhitungan), sedang orang-orang pertengahan (muqtashid) mereka akan dihisab dengan hisab yang ringan, dan orang yang menganiaya dirinya sendiri mereka akan ditahan dulu di tempat (berhisabnya), sehingga ia mengalami penderitaan kemudian dimasukkan ke dalam surga. Kemudian beliau membaca "Alhamdulillah al-ladzi adhhaba 'anna al-hazana inna rabbana lagafurun syakur," (Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami, sesungguhnya Tuhan kami Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri). (Riwayat Ahmad)
Warisan mengamalkan kitab suci dan kemuliaan yang diberikan kepada umat Nabi Muhammad itu merupakan suatu karunia yang amat besar dari Allah, yang tidak seorang pun dapat menghalangi ketetapan itu.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Allah Swt. berfirman, "Kemudian Kami jadikan orang-orang yang mengamalkan Kitab yang Besar yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya adalah orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami," Mereka adalah umat Nabi Muhammad Saw. Kemudian mereka terbagi menjadi tiga golongan, untuk itu Allah Swt. berfirman:
lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri. (Faathir':32)
Dia adalah orang yang melalaikan sebagian dari pekerjaan yang diwajibkan atasnya dan mengerjakan sebagian dari hal-hal yang diharamkan.
dan di antara mereka ada yang pertengahan. (Faathir':32)
Dia adalah orang yang menunaikan hal-hal yang diwajibkan atas dirinya dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan, tetapi adakalanya dia meninggalkan sebagian dari hal-hal yang disunatkan dan mengerjakan sebagian dari hal-hal yang dimakruhkan.
dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. (Faathir':32)
Dia adalah orang yang mengerjakan semua kewajiban dan hal-hal yang disunatkan, juga meninggalkan semua hal yang diharamkan, yang dimakruhkan, dan sebagian hal yang diperbolehkan.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. (Faathir':32) Bahwa mereka adalah umat Nabi Muhammad Saw. Allah telah mewariskan kepada mereka semua Kitab yang telah Dia turunkan, maka orang yang aniaya dari kalangan mereka diampuni, dan orang-orang yang pertengahan dari mereka dihisab dengan hisab yang ringan, sedangkan orang-orang yang lebih cepat berbuat kebaikan dari mereka dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab.
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Usman ibnu Saleh dan Abdur Rahman ibnu Mu'awiyah Al-Atabi. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abut Tahir ibnus Sarh, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Abdur Rahman As-San'ani, telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, dari Ata, dari Ibnu Abbas, dari Rasulullah Saw. yang bersabda di suatu hari: Syafaatku bagi orang-orang yang mempunyai dosa besar dari kalangan umatku.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa orang yang lebih cepat berbuat kebaikan akan masuk surga, tanpa hisab, dan orang yang pertengahan masuk surga berkat rahmat Allah, sedangkan orang yang aniaya terhadap dirinya sendiri serta orang-orang yang berada di perbatasan antara surga dan neraka dimasukkan ke dalam surga berkat syafaat Nabi Muhammad Saw.
Hal yang sama telah diriwayatkan dari bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf, bahwa orang yang aniaya terhadap dirinya sendiri dari kalangan umat ini termasuk orang-orang yang dipilih oleh Allah, sekalipun dalam dirinya terdapat penyimpangan dan kealpaan.
Ulama lainnya mengatakan bahwa bahkan orang yang aniaya terhadap dirinya sendiri bukanlah termasuk umat ini, bukan pula termasuk orang-orang yang dipilih oleh Allah untuk mewarisi Al-Kitab.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Hasyim ibnu Marzuq, telah menceritakan kepada kami Ibnu Uyaynah, dari Amr, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan pengertian 'di antara mereka ada yang berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri,' bahwa dia adalah orang kafir.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dan dikatakan pula oleh Ikrimah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.
Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid, sehubungan dengan firman-Nya: lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri. (Faathir':32) Bahwa mereka adalah orang-orang yang menerima catatan amal perbuatannya dari arah kirinya.
Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam dan Al-Hasan serta Qatadah, bahwa yang dimaksud dengan orang yang menganiaya dirinya sendiri adalah orang munafik.
Barangkali Ibnu Abbas, Al-Hasan, dan Qatadah menganggap bahwa ketiga golongan orang ini sama dengan ketiga golongan yang disebutkan di dalam permulaan surat Al-Waqi'ah dan akhirnya.
Pendapat yang benar mengatakan bahwa yang dimaksud dengan orang yang menganiaya dirinya sendiri dalam ayat ini adalah sebagian dari umat ini. Inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir, sebagaimana yang terbaca dari lahiriah ayat. Dan sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis-hadis dari Rasulullah Saw. yang diriwayatkan melalui berbagai jalur, yang sebagian jalurnya memperkuat sebagian yang lain. Berikut ini kami ketengahkan sebagian darinya.
Hadis pertama,
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Al-Walid ibnul Aizar, bahwa ia pernah mendengar seorang lelaki dari Saqif menceritakan hadis berikut dari seorang lelaki dari kalangan Kinanah, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. (Faathir':32) Sabda Nabi Saw. mengatakan: Mereka semuanya berada di tempat yang sama, dan semuanya berada di dalam surga.
Bila ditinjau dari segi jalurnya hadis berpredikat garib karena di dalam sanadnya terdapat orang-orang yang tidak disebutkan namanya. Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Syu'bah dengan sanad dan lafaz yang semisal.
Makna sabda Nabi Saw. yang mengatakan, "Dan mereka berada di tempat yang sama," ialah bahwa mereka berasal dari umat ini dan bahwa mereka termasuk ahli surga, sekalipun di antara mereka terdapat perbedaan dalam hal kedudukannya di dalam surga.
Hadis kedua,
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Isa, telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Iyad Al-Laisi Abu Hamzah, dari Musa ibnu Uqbah, dari Ali ibnu Abdullah Al-Azdi, dari Abu Darda r.a. yang mengatakan, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda sehubungan dengan makna ayat berikut: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. (Faathir':32) Bahwa adapun orang-orang yang lebih cepat berbuat kebaikan, mereka adalah orang-orang yang dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab, dan orang-orang yang pertengahan ialah mereka yang mengalami hisab, tetapi hisab yang ringan. Adapun orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri adalah orang-orang yang ditahan di sepanjang Padang Mahsyar menunggu syafaat dariku, kemudian Allah memaafkan mereka dengan rahmat-Nya, mereka adalah orang-orang yang mengatakan seperti yang disitir oleh firman Allah Swt.: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya, di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu.” (Faathir':34-35)
Jalur lain,
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Usaid ibnu Asim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Hafs, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A'masy, dari seorang lelaki, dari Abu Sabit, dari Abu Darda r.a. yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri. (Faathir':32) Lalu Beliau Saw. bersabda: Adapun orang yang menganiaya dirinya sendiri, maka ia ditahan sehingga mengalami kesusahan dan kesedihan, kemudian dimasukkan ke dalam surga.
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Sufyan As-Sauri, dari Al-A'masy yang telah mengatakan bahwa Abu Sabit masuk ke dalam masjid, lalu duduk di sebelah Abu Darda r.a. Maka Abu Sabit berdoa, "Ya Allah, hiburlah diriku dalam kesendirianku dan belas kasihanilah aku dalam keterasinganku, dan mudahkanlah bagiku mendapat teman duduk yang saleh." Maka Abu Darda berkata, "Jika engkau benar, berarti aku lebih berbahagia daripada kamu. Aku akan menceritakan kepadamu sebuah hadis yang kudengar dari Rasulullah Saw. dan aku belum pernah menceritakannya sejak aku mendengarnya. Aku mendengar beliau Saw. membaca ayat berikut: 'Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan ' (Faathir':32) Bahwa adapun orang yang lebih cepat berbuat kebaikan-kebaikan, maka ia memasuki surga tanpa hisab. Orang yang pertengahan, maka ia hanya mendapat hisab yang ringan. Dan orang yang aniaya kepada dirinya sendiri, maka ia mengalami kesedihan dan kesusahan di tempat pemberhentiannya. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: Dan mereka berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami.” (Faathir':34)
Hadis ketiga.
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad ibnul Abbas, telah menceritakan kepada kami Ibnu Mas'ud, telah menceritakan kepada kami Sahl ibnu Abdu Rabbih Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Qais, dari Abu Laila, dari saudaranya, dari Abdur Rahman ibnu Abu Laila, dari Usamah ibnu zaid r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. (Faathir':32), hingga akhir ayat. Usamah ibnu Zaid melanjutkan, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda sehubungan dengan makna ayat ini: Mereka semuanya berasal dari umat (ku) ini.
Sebuah asar bersumber dari sahabat Ibnu Mas'ud r.a.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Basyir, dari Amr ibnu Qais, dari Abdullah ibnu Isa r.a., dari Yazid ibnul Haris, dari Syaqiq Abu Wa'il, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya umat ini kelak pada hari kiamat terbagi menjadi tiga golongan. Sebagian dari mereka masuk surga tanpa hisab, sebagian lagi mendapat hisab yang ringan, dan sebagian lainnya datang dengan membawa dosa-dosa yang besar-besar, hingga Allah Swt. berfirman, "Siapakah mereka?" (padahal Allah Maha Mengetahui segalanya). Maka para malaikat menjawab, "Mereka datang dengan membawa dosa-dosa besar, hanya saja mereka tidak pernah mempersekutukan Engkau dengan sesuatu pun." Maka Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahamulia berfirman, "Masukkanlah mereka ke dalam rahmat-Ku yang luas." Lalu Abdullah ibnu Mas'ud r.a. membaca ayat ini, yaitu firman-Nya: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. (Faathir':32), hingga akhir ayat.
Asar lainnya,
Abu Daud At-Tayalisi r.a. telah meriwayatkan dari As-Silt ibnu Dinar ibnul Asy'as, dari Uqbah ibnu Sahban Al-Hanai' yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Siti Aisyah r.a. tentang makna firman-Nya: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri. (Faathir':32), hingga akhir ayat. Maka Siti Aisyah menjawab, "Hai Anakku, mereka berada di dalam surga. Adapun orang yang lebih cepat berbuat kebaikan, maka mereka terdiri dari orang-orang yang mengalami masa Rasulullah Saw. dan beliau menjadi saksi baginya, bahwa dia telah diberi kehidupan dan rezeki. Adapun orang yang pertengahan, maka mereka adalah orang-orang yang mengikuti jejak beliau dari kalangan sahabat-sahabatnya (sesudah beliau tiada) hingga menyusul beliau Saw. Adapun orang yang menganiaya dirinya sendiri, maka dia adalah orang yang semisal denganku dan kalian ini."
Uqbah melanjutkan, bahwa Siti Aisyah dalam jawabannya itu memasukkan dirinya ke dalam golongan kami (para tabi'in), dan hal ini termasuk ungkapan kerendahan hati dan sifat tawadu Siti Aisyah r.a. Karena sesungguhnya pada hakikatnya Siti Aisyah termasuk salah seorang pembesar dari orang-orang yang lebih cepat mengerjakan kebaikan, mengingat keutamaannya di atas kaum wanita sama dengan keutamaan makanan sarid di atas semua jenis makanan lainnya.
Abdullah ibnul Mubarak rahimahullah mengatakan bahwa Amirul Mu-minin Usman ibnu Affan r.a. pernah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri. (Faathir':32) Bahwa golongan ini menggambarkan tentang para penduduk pedalaman di antara kami (orang-orang Badui), dan orang yang pertengahan adalah menggambarkan tentang penduduk perkotaan kami, sedangkan orang yang lebih cepat berbuat kebaikan menggambarkan tentang ahli jihad. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Auf Al-A'rabi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Haris ibnu Naufal yang mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ka'bul Ahbar yang mengatakan, bahwa sesungguhnya orang yang aniaya terhadap dirinya sendiri dari kalangan umat ini dan orang "yang pertengahan serta orang yang lebih cepat berbuat kebaikan, semuanya dimasukkan ke dalam surga. Tidakkah engkau melihat bahwa Allah Swt. telah berfirman: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. (Bagi mereka) surga 'Adn, mereka masuk ke dalamnya. (Faathir':32-33) sampai dengan firman-Nya: Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. (Faathir':36)
Ka'bul Ahbar mengatakan bahwa mereka (yakni orang-orang kafir) itulah ahli neraka.
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami Humaid, dari Ishaq ibnu Abdullah ibnul Haris, dari ayahnya yang mengatakan bahwa sesungguhnya Ibnu Abbas pernah bertanya kepada Ka'b tentang makna firman Allah Swt.: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. (Faathir':32) sampai dengan firman-Nya: dengan izin Allah: (Faathir':32) Maka Ka'b menjawab, Demi Tuhannya Ka'b, pundak-pundak mereka saling berdempetan (sama dan sejajar), kemudian mereka diberi keutamaan berkat amal perbuatan masing-masing.”
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Basyir, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Qais, dari Abu Ishaq As-Subai'i sehubungan dengan makna ayat ini, yaitu firman-Nya: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. (Faathir':32), hingga akhir ayat. Abu Ishaq mengatakan, "Tidakkah engkau pernah mendengar tentang orang yang berusia enam puluh tahun, maka mereka semuanya selamat."
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam, telah menceritakan kepada kami Amr, dari Muhammad ibnul Hanafiyyah r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya ayat ini menerangkan tentang umat yang dirahmati (yakni umat Nabi Muhammad Saw.), orang yang zalim diampuni, orang yang pertengahan dimasukkan di dalam surga di sisi Allah, dan orang yang lebih cepat berbuat kebaikan berada di dalam kedudukan-kedudukan yang tinggi di sisi Allah (surga yang tertinggi)
As-Sauri meriwayatkannya dari Ismail ibnu Sami, dari seorang lelaki, dari Muhammad ibnul Hanafiyyah r.a. dengan lafaz yang semisal.
Abul Jarud mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Muhammad ibnu Ali (yakni Al-Baqir) tentang makna firman Allah Swt.: dan di antara mereka ada yang menganiaya diri sendiri. (Faathir':32) Maka ia mengatakan bahwa yang dimaksud adalah orang yang mencampuri amal salehnya dengan amal buruk.
Hanya sampai di sinilah hadis-hadis dan asar-asar yang dapat kami kemukakan dalam bab ini. Dan apabila hal ini telah ditetapkan, maka sesungguhnya ayat ini mengandung makna yang umum mencakup ketiga golongan dari umat ini. Para ulama dari kalangan umat ini merupakan orang-orang yang paling diprioritaskan mendapat nikmat ini, dan mereka adalah orang-orang yang lebih utama untuk mendapat rahmat ini.
Sehubungan dengan hal ini Imam Ahmad mengatakan:
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Asim, ibnu Raja' ibnu Haiwah, dari Qais ibnu Kasir, yang mengatakan bahwa seorang lelaki dari kalangan penduduk Madinah datang kepada Abu Darda r.a. yang saat itu berada di Dimasyq, maka Abu Darda bertanya, "Apakah yang mendorongmu datang ke mari, hai saudaraku?" Lelaki itu menjawab, "Suatu hadis yang ada berita sampai kepadaku bahwa engkau telah menceritakannya dari Rasulullah Saw." Abu Darda r.a. bertanya, "Bukankah engkau datang untuk berdagang?" Lelaki itu menjawab, "Bukan." Abu Darda bertanya, "Benarkah engkau datang hanya untuk mencari hadis tersebut?" Lelaki itu menjawab, "Ya." Abu Darda berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, Allah akan membawanya menempuh suatu jalan menuju ke surga. Dan sesungguhnya para malaikat benar-benar menaungkan sayap-sayapnya karena rela kepada penuntut ilmu, dan sesungguhnya semua makhluk —baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi— benar-benar memohonkan ampunan bagi orang yang alim, sehingga ikan-ikan yang ada di air (memohonkan ampun pula buatnya). Dan keutamaan orang alim atas seorang ahli ibadah (yang tidak alim), seperti keutamaan rembulan di atas semua bintang lainnya. Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi itu tidak meninggalkan dinar dan tidak pula dirham, melainkan yang ditinggalkan mereka hanyalah ilmu, maka barang siapa yang mengambilnya, berarti ia telah mengambil bagian yang berlimpah.
Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Ibnu Majah telah mengetengahkannya melalui hadis Kasir ibnu Qais, dan di antara mereka ada yang menyebutkannya Qais ibnu Kasir, dari Abu Darda r.a. Dan kami telah menyebutkan jalur-jalur hadis ini berikut perawinya di dalam Syarah Kitabul Ilmu, bagian dari kitab Sahih Bukhari, alhamdulillah.
Dalam pembahasan terdahulu, tepatnya dalam tafsir permulaan surat Taha, telah disebutkan hadis Sa'labah ibnul Hakam r.a., dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:
Allah Swt. berfirman di hari kiamat kepada para ulama, "Sesungguhnya Aku tidak sekali-kali menaruh ilmu dan hikmah-Ku pada kalian melainkan Aku bermaksud akan memberikan ampunan bagi kalian dengan segala dosa yang ada pada kalian, tanpa Kupedulikan lagi.”
4 Tafsir Al-Jalalain
(Kemudian Kami wariskan) Kami berikan (Kitab itu) yakni Alquran (kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami) mereka adalah umatmu (lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri) karena sembrono di dalam mengamalkannya (dan di antara mereka ada yang pertengahan) dalam mengamalkannya (dan di antara mereka ada -pula- yang lebih cepat berbuat kebaikan) di samping mengamalkan Alquran, juga mempelajarinya, mengajarkannya dan membimbing orang lain untuk mengamalkannya (dengan izin Allah) dengan kehendak-Nya. (Yang demikian itu) yakni diwariskannya Alquran kepada mereka (adalah karunia yang amat besar.)
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Lalu Kami wariskan kitab ini kepada para hamba yang Kami pilih. Sebagian mereka ada yang menzalimi diri sendiri karena keburukannya lebih banyak daripada kebaikannya. Sebagian lainnya ada yang berada di tengah-tengah, di mana keburukannya tidak berlebihan dan kebaikannya pun tidak banyak. Sebagian lainnya ada yang Allah berikan kemudahan sehingga lebih cepat melakukan kebaikan mendahului lainnya. Kesegeraan melakukan pelbagai kebaikan ini tentu akan diberi balasan oleh Allah berupa karunia yang besar.