لَقَدْ كَانَ لِسَبَاٍ فِيْ مَسْكَنِهِمْ اٰيَةٌ ۚجَنَّتٰنِ عَنْ يَّمِيْنٍ وَّشِمَالٍ ەۗ كُلُوْا مِنْ رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوْا لَهٗ ۗبَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَّرَبٌّ غَفُوْرٌ ( سبإ: ١٥ )
Laqad Kāna Lisaba'iin Fī Maskanihim 'Āyatun Jannatāni `An Yamīnin Wa Shimālin Kulū Min Rizqi Rabbikum Wa Ashkurū Lahu Baldatun Ţayyibatun Wa Rabbun Ghafūrun. (Sabaʾ 34:15)
Artinya:
Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan), “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.” (QS. [34] Saba' : 15)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Allah telah memberikan anugerah yang besar kepada hamba-Nya yang taat dan bersyukur dengan mengerjakan amal saleh, antara lain Nabi Daud dan Sulaiman. Hal ini berbeda dengan yang terjadi kepada Kaum Saba’. Mereka mengingkari nikmat Allah sehingga Allah menghukum mereka. Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda kebesaran Allah di tempat kediaman mereka di Yaman Selatan, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri negeri mereka. Kepada mereka dikatakan, “Makanlah olehmu dari rezeki anugerah Tuhan Pemelihara-mu dan bersyukurlah kepada-Nya. Negerimu adalah negeri yang baik, nyaman, sentosa, dan murah rezeki, sedang Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Pengampun kepada siapa pun yang mau bertobat.”
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Di sebelah selatan negeri Yaman berdiam suatu kaum bernama Saba'. Mereka menempati suatu daerah yang amat subur sehingga mereka hidup makmur dan telah mencapai kebudayaan yang tinggi. Mereka dapat menguasai air hujan yang turun lebat pada musim tertentu dengan membangun sebuah bendungan raksasa yang dapat menyimpan air untuk musim kemarau. Bendungan itu boleh dikatakan bendungan alami karena terletak di antara dua buah bukit dan di ujungnya didirikan bangunan yang tinggi untuk mencegah air mengalir sia-sia ke padang pasir. Mereka membuat pintu-pintu air yang bila dibuka dapat mengalirkan air ke daerah yang mereka kehendaki. Bendungan ini terkenal dengan Bendungan Ma'rib atau Bendungan al-'Arim.
Banyak di antara ahli sejarah dan peneliti di barat meragukan tentang adanya Bendungan Ma'rib ini. Akhirnya seorang peneliti dari Perancis datang sendiri ke selatan Yaman untuk menyelidiki sisa-sisa bendungan itu pada tahun 1843. Dia dapat membuktikan adanya bendungan itu dengan menemukan bekas-bekasnya, lalu memotret dan mengirimkan gambar-gambarnya ke suatu majalah di Perancis. Para peneliti lainnya menemukan pula beberapa batu tulis di antara reruntuhan bendungan itu. Dengan demikian, mereka bertambah yakin bahwa dahulu kala di sebelah selatan Yaman telah berdiri sebuah kerajaan yang maju, makmur, dan tinggi kebudayaannya.
Pada ayat ini, Allah menerangkan sekelumit tentang kaum Saba' yang mendiami daerah sebelah selatan Yaman itu. Mereka menempati sebuah lembah yang luas dan subur berkat pengairan yang teratur dari Bendungan Ma'rib. Di kiri dan kanan daerah mereka terbentang kebun-kebun yang amat luas dan subur yang menghasilkan bahan makanan dan buah-buahan yang melimpah ruah.
Kaum Saba' pada mulanya menyembah matahari, namun setelah pimpinan kerajaan dipegang Ratu Balqis, mereka menjadi kaum yang beriman dengan mengikuti ajaran yang dibawa Nabi Sulaiman. Hal ini diceritakan dalam Al-Qur'an sebagai berikut:
Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata, "Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu dari negeri Saba' membawa suatu berita yang meyakinkan. Sungguh, kudapati ada seorang perempuan yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar. Aku (burung Hud) dapati dia dan kaumnya menyembah matahari, bukan kepada Allah; dan setan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan (buruk) mereka, sehingga menghalangi mereka dari jalan (Allah), maka mereka tidak mendapat petunjuk. (an-Naml/27: 22-24)
Tetapi, lama-kelamaan kaum Saba' menjadi sombong dan lupa bahwa kemakmuran yang mereka miliki adalah anugerah dari Yang Mahakuasa dan Maha Pemurah. Allah dengan perantaraan rasul-Nya memerintahkan agar mereka mensyukuri-Nya atas segala nikmat dan karunia yang dilimpahkan kepada mereka. Negeri mereka menjadi subur dan makmur berkat karunia Allah Yang Maha Pengampun, melindungi mereka dari segala macam bahaya dan malapetaka.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Saba adalah nama raja-raja negeri Yaman dan juga nama penduduknya, dan Tababi'ah (jamak Tubba' nama julukan Raja Yaman) berasal dari keturunan mereka. Balqis (teman wanita Nabi Sulaiman a.s.) termasuk salah seorang dari raja-raja negeri Yaman. Dahulu kala mereka hidup berlimpah dengan kenikmatan dan kesenangan di negeri mereka, kehidupan mereka sangat menyenangkan, dan rezeki mereka berlimpah, begitu pula tanam-tanaman dan buah-buahannya.
Kemudian Allah Swt. mengutus kepada mereka rasul-rasul yang memerintahkan kepada mereka agar memakan rezeki Allah dan bersyukur kepada-Nya dengan cara mengesakan dan menyembah-Nya, mereka tetap diseru oleh para rasul selama masa yang dikehendaki oleh Allah Swt. Tetapi mereka berpaling dari apa yang diperintahkan oleh para rasul kepada mereka. Akhirnya mereka diazab dengan didatangkan kepada mereka banjir besar yangmemporak-porandakan seluruh negeri, sebagaimana yang akan diceritakan kisahnya secara rinci dalam pembahasan berikut ini, insya Allah.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Abdullah ibnu Hubairah, dari Abdur Rahman ibnu Wa'lah yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan, pernah ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang Saba, apakah itu nama seorang laki-laki ataukah seorang perempuan ataukah nama negeri. Maka Rasulullah Saw. menjawab: Tidak demikian, dia adalah seorang lelaki yang mempunyai sepuluh orang anak, enam di antara mereka tinggal di negeri Yaman, sedangkan empat orang dari mereka tinggal di negeri Syam. Ada pun yang tinggal di Yaman adalah kabilah Mulhaj, kabilah Kindah, kabilah Azd, orang-orang Asy'ari, Anmar, dan Himyar. Adapun yang tinggal di negeri Syam adalah Lakham, Juzam, 'Amilah, dan Gassan.
Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula dari Abdu, dari Al-Hasan ibnu Musa, dari Ibnu Lahi'ah dengan sanad yang sama, sanad riwayat ini hasan, tetapi mereka tidak mengetengahkannya.
Al-Hafiz Abu Umar ibnu Abdul Barr telah meriwayatkannya di dalam kitabnya yang berjudul Al-Qasdu wal Umam Bima 'rifati Usul Ansabil 'Arab wal 'Ajam, melalui hadis Ibnu Lahi'ah, dari Alqamah ibnu Wa'lah, dari Ibnu Abbas, lalu disebutkan hal semisal. Ia pun telah meriwayatkannya melalui jalur lain dengan lafaz yang semisal.
Imam Ahmad mengatakan pula, juga Abd ibnu Humaid dan Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Abu Janab alias Yahya ibnu Abu Hayyah Al-Kalabi, dari Ibnu Harun, dari Urwah, dari Farwah ibnu Masik r.a. yang menceritakan bahwa ia pernah datang kepada Rasulullah Saw., lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, saya akan berperang di depan kaum saya dan di belakang mereka." Rasulullah Saw. menjawab, "Ya, berperanglah di depan kaummu dan di belakang mereka". Setelah aku berpaling, beliau memanggilku, lalu bersabda: Janganlah kamu perangi mereka sebelum kamu seru mereka masuk Islam. Saya bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu tentang Saba, apakah nama sebuah lembah ataukah sebuah gunung ataukah nama apa?" Rasulullah Saw. menjawab: Tidak, bahkan Saba adalah dari keturunan bangsa Arab, dia mempunyai sepuluh orang anak, enam orang di antaranya tinggal di negeri Yaman, sedangkan yang empat orang lainnya tinggal di negeri Syam. Yang tinggal di negeri Yaman adalah Al-Azd, Asy'ariyyun, Himyar, Kindah, Muzhaj, dan Anmar yang dikenal dengan sebutan Bajilah dan Khas'am. Sedangkan yang tinggal di negeri Syam adalah Lakham, Juzam, 'Amilah, dan Gassan.
Sanad hadis ini pun hasan, sekalipun di dalamnya terdapat Abu Janab Al-Kalbi yang dinilai daif oleh ulama hadis.
Tetapi Ibnu Jarir telah meriwayatkannya dari Abu Kuraib, dari Al-Anqari, dari Asbat ibnu Nasr, dari Yahya ibnu Hani' Al-Muradi, dari pamannya atau dari ayahnya —Asbat ragu— yang telah mengatakan bahwa Farwah ibnu Masik r.a. datang menghadap kepada Rasulullah Saw., lalu disebutkan hadis yang semisal.
Jalur lain dari hadis ini.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Ibnu Lahi'ah, dari Taubah ibnu Namir, dari Abdul Aziz ibnu Yahya yang menceritakan kepadanya bahwa ketika ia berada di tempat Ubaidah ibnu Abdur Rahman di Afrika, maka pada suatu hari Ubaidah mengatakan, "Saya merasa yakin bahwa tiada suatu kaum pun yang tinggal di bumi ini melainkan berasal dari Saba." Maka Ali ibnu Abu Rabah membantahnya, bahwa tidaklah demikian karena si Fulan pernah bercerita kepadanya bahwa Farwah ibnu Masih Al-Gutaifi r.a pernah datang menghadap kepada Rasulullah Saw., lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Saba adalah suatu kaum yang pernah mencapai puncak kejayaannya di masa Jahiliah, dan sesungguhnya saya merasa khawatir bila mereka murtad dari Islam, bolehkan saya memerangi mereka?" Maka Rasulullah Saw. menjawab, "Aku belum diperintahkan untuk melakukan suatu tindakan apa pun terhadap mereka." Lalu turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka. (Saba':15), hingga beberapa ayat berikutnya. Lalu seorang lelaki bertanya, "Apakah Saba itu, ya Rasulullah?" -Kemudian disebutkan hal yang semisal dengan hadis yang sebelumnya yang menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya tentang Saba, apakah Saba itu nama negeri atau nama lelaki ataukah nama perempuan. - Maka beliau Saw. menjawab: Tidak, bahkan ia adalah nama seorang lelaki yang mempunyai sepuluh orang putra, enam orang di antaranya menetap di negeri Yaman, dan empat orang di antaranya tinggal di negeri Syam. Mereka yang tinggal di negeri Yaman adalah Muzhaj, Kindah, Al-Azd, Asy'ariyyin, Anmar, dan Himyar yang tidak menetap padanya. Adapun mereka yang tinggal di negeri Syam ialah Lakham, Juzam, Gassan dan Amilah.
Di dalam hadis ini terdapat keanehan karena disebutkan turunnya ayat tersebut di Madinah, padahal surat ini adalah Makkiyyah seluruhnya, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Jalur lain,
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abu Umamah, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnul Hakam, telah menceritakan kepada kami Abu Sabrah An-Nakha'i alias Farwah ibnu Masik Al-Gutaifi r.a. yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang Saba, apakah ia nama negeri ataukah nama wanita?" Rasulullah Saw. menjawab: Bukan nama negeri, bukan pula nama wanita, melainkan nama seorang lelaki yang mempunyai sepuluh orang anak: maka enam orang di antaranya tinggal di negeri Yaman, dan empat orang lamya tinggal di negeri Syam. Mereka yang tinggal di negeri Syam adalah Lakham, Juzam, Amilah, dan Gassan. Dan mereka yang tinggal di negeri Yaman ialah Kindah, Asy 'ariyyin, Al-Azd, Muzhaj, Himyar, dan Anmar. Lelaki itu bertanya lagi, "Siapa sajakah yang termasuk Anmar itu?" Rasulullah Saw. menjawab: Khas'am dan Bajilah berasal dari mereka.
Imam Turmuzi telah meriwayatkannya di dalam kitab Jami '-nya melalui Abu Kuraib dan Abdu ibnu Humaid. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, lalu disebutkan hadis yang lebih singkat daripada hadis di atas, lalu Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib.
Abu Umar ibnu Abdul Barr mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul Waris ibnu Sufyan, telah menceritakan kepada kami Qasim ibnu Asbag, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Zuhair, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab Najdah Al-Huti, telah menceritakan kepada kami Ibnu Kasir alias Usman ibnu Kasir, dari Al-Lais ibnu Sa'd, dari Musa ibnu Ali, dari Yazid ibnu Husain, dari Tamim Ad-Dari r.a. yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw., lalu menanyakan kepadanya tentang Saba. Kemudian disebutkan hal yang semisal dengan hadis yang di atas, riwayat ini membuat hadis ini menjadi kuat dan hasan.
Ulama ahli nasab —antara lain Muhammad ibnu Ishaq— telah mengatakan bahwa nama asli Saba ialah Abdu Syams ibnu Yasyjub ibnu Ya'rib ibnu Qahtan. Ia diberi julukan Saba karena dialah orang yang mula-mula ber-saba di kalangan orang-orang Arab. Ia dikenal pula dengan julukan Ar-Ra-isy karena dialah orang yang mula-mula mengambil harta jarahan perang seusai peperangan, lalu ia bagi-bagikan kepada kaumnya. Orang-orang Arab menamakan harta dengan istilah risyan atau riyasy. Mereka menyebutkan bahwa Abdu Syams ibnu Yasyjub di masa silam telah memberitakan kabar gembira akan kedatangan Rasulullah Saw., lalu ia mengukirnya ke dalam bait-bait syairnya yang abadi, yaitu:
Hal ini disebutkan oleh Al-Hamzani di dalam kitab Al-Iklil. Mereka berselisih pendapat tentang Qahtan, ada tiga pendapat di kalangan mereka mengenainya.
Pertama, menyebutkan bahwa Qahtan adalah keturunan dari Iram ibnu Sam ibnu Nuh. Dan mereka berselisih pendapat tentang kaitan nasabnya dengan Iram, ada tiga pendapat di kalangan mereka mengenainya.
Kedua, menyebutkan bahwa Qahtan berasal dari keturunan Abir, yakni Nabi Hud a.s. Dan mereka berselisih pendapat pula tentang silsilah nasabnya sampai pada Hud a.s. Ada tiga pendapat di kalangan mereka mengenainya.
Ketiga, menyebutkan bahwa Qahtan adalah keturunan dari Ismail ibnu Ibrahim Al-Khalil a.s. Dan mereka berselisih pendapat pula tentang silsilahnya sampai kepada Ismail a.s. ada tiga pendapat di kalangan mereka mengenainya
Hal ini disebutkan dengan rinci oleh Imam Al-Hafiz Abu Umar ibnu Abdul Bar An-Namiri di dalam kitabnya yang berjudul Al-Anbah 'Ala Zikri Usulil Qabdilir Ruwwah.
Makna sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
Dia adalah seorang lelaki keturunan Arab.
Yang dimaksud dengan 'Arabul 'Aribah yang telah ada sebelum masa Nabi ibrahim a.s. keturunan dari Sam ibnu Nuh. Berdasarkan pendapat yang ketiga yang mengatakan bahwa mereka adalah keturunan dari Nabi Ibrahim a.s., pendapat ini tidak terkenal di kalangan mereka, hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui.
Tetapi di dalam kitab Sahih Imam Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersua dengan sekelompok orang-orang Aslam yang sedang berlomba memanah, lalu beliau Saw. bersabda kepada mereka:
Berpanahanlah, hai anak-anak Ismail, karena sesungguhnya kakek moyang kalian adalah seorang pemanah.
Aslam adalah suatu kabilah dari kalangan Ansar, dan semua orang Ansar —baik Khazrajnya maupun Ausnya— berasal dari Gassan keturunan Arab negeri Yaman dari Saba. Mereka tinggal di Yasrib setelah Saba runtuh akibat banjir besar yang menimpa negerinya, sedangkan segolongan dari mereka tinggal di negeri Syam. Sesungguhnya mereka dinamakan Gassan karena mereka sewaktu di Yaman tinggal di dekat sebuah mata air yang dinamai Gassan. Menurut suatu riwayat, mata air Gassan ini berada di dekat Al-Musyallal. Hasan ibnu Sabit r.a. mengatakan dalam salah satu bait syairnya:
Jika engkau bertanya (tentang kami), maka kami adalah golongan keturunan kabilah Azd, yang kakek moyang kami bertempat di dekat mata air Gassan
Makna sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
Dia melahirkan sepuluh orang anak dari kalangan Arab.
Yakni di antara keturunannya adalah mereka yang sepuluh orang itu, yang menjadi kakek moyang kabilah-kabilah Arab negeri Yaman, bukan berarti bahwa dia melahirkan sepuluh orang anak dari sulbinya, melainkan ada yang antara mereka dan dia dua atau tiga tingkatan nasab, ada yang kurang dari itu, dan ada yang lebih banyak, seperti yang telah dijelaskan di kitab-kitab nasab yang membahasnya.
Makna sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
Maka enam orang di antara mereka tinggal di negeri Yaman, dan empat orang lainnya tinggal di negeri Syam.
Hal ini terjadi setelah Allah mengirimkan banjir besar kepada mereka. Di antara mereka ada yang tetap menetap di negeri asalnya, dan ada yang hijrah ke negeri lain.
Negeri Saba subur berkat adanya bendungan yang dinamakan Saddi Ma'rib, yang pada mulanya air datang kepada mereka dari celah-celah yang ada di antara kedua bukit, lalu berkumpul di lembah dan bercampur dengan air hujan yang turun kepada mereka dari bukit-bukit yang ada di sekitarnya. Lalu raja-raja mereka dahulu membuat rencana untuk memanfaatkan air tersebut, maka mereka membangun sebuah dam yang besar lagi kokoh guna membendung air tersebut. Akhirnya permukaan air naik dan memenuhi lembah yang ada di antara kedua bukit tersebut. Kemudian mereka menanam pohon-pohon dan bercocok tanam, serta menghasilkan buah-buahan yang sangat banyak dan bermutu baik. Sebagaimana yang telah diceritakan oleh bukan seorang dari kalangan ulama Salaf, antara lain Qatadah.
Disebutkan bahwa seorang wanita dari kalangan mereka berjalan di bawah pepohonan dengan membawa keranjang atau wadah buah-buahan di atas kepalanya. Maka buah-buahan berjatuhan memenuhi keranjangnya tanpa susah payah harus memetiknya karena buahnya rimbun dan masak-masak.
Bendungan tersebut terletak di Ma'rib, nama sebuah tempat yang jauhnya tiga marhalah dari kota San'a, sehingga dikenal dengan nama Saddi Ma 'rib (bendungan Ma'rib). Ulama lainnya menceritakan bahwa di negeri mereka tidak terdapat seekor lalat atau nyamuk pun, juga tidak terdapat serangga lainnya yang mengganggu. Demikian itu karena iklim negeri itu sedang dan berkat pertolongan dari Allah Swt. agar mereka mengesakan dan menyembah-Nya, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman Allah Swt.:
Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka. (Saba':15)
Kemudian dijelaskan oleh firman selanjutnya yang menyebutkan:
yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Saba':15)
Yakni terdapat di kedua sisi bukit tersebut, sedangkan negeri tempat tinggal mereka di tengah-tengahnya.
(kepada mereka dikatakan), "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.” (Saba':15)
Yaitu Maha Pengampun kepada kalian jika kalian tetap mengesakan-Nya.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Sesungguhnya bagi kaum Saba) lafal Saba dapat dibaca dengan memakai harakat Tanwin pada akhirnya atau bisa juga tidak. Saba adalah nama suatu kabilah bangsa Arab yang diambil dari nenek moyang mereka (di tempat kediaman mereka) di negeri Yaman (ada tanda) yang menunjukkan akan kekuasaan Allah swt. (yaitu dua buah kebun) lafal Jannataani ini menjadi Badal dari lafal Aayatun (di sebelah kanan dan di sebelah kiri) lembah tempat mereka tinggal. Dan dikatakan kepada mereka, ("Makanlah oleh kalian dari rezeki Rabb kalian dan bersyukurlah kalian kepada-Nya.") atas apa yang telah dikaruniakan-Nya kepada kalian berupa nikmat-nikmat yang ada di negeri Saba. (Negeri kalian, adalah negeri yang baik) tidak ada tanah yang tandus, tidak ada nyamuk, tidak ada lalat, tidak ada lalat pengisap darah, tidak ada kalajengking dan tidak ada ular. Seandainya ada orang asing lewat ke negeri itu dan pada bajunya terdapat kutu, maka kutu itu otomatis akan mati karena harum dan bersihnya udara negeri Saba. (Dan) Allah (Rabb Yang Maha Pengampun.)
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Aku bersumpah, sungguh di tempat tinggal penduduk negeri Saba' di Yaman terdapat bukti-bukti kekuasaan-Ku. Di sana terdapat dua petak kebun yang memagari negeri mereka di sebelah kiri dan kanan. Kepada mereka dikatakan, "Makanlah dari rezeki Tuhan dan syukurilah nikmat-Nya dengan menggunakannya secara baik. Negeri kalian adalah negeri yang baik yang dipenuhi pepohonan dan buah- buahan. Ampuan Tuhan sungguh amat luas bagi orang yang mau bersyukur."