غُلِبَتِ الرُّوْمُۙ ( الروم: ٢ )
Ghulibati Ar-Rūmu. (ar-Rūm 30:2)
Artinya:
Bangsa Romawi telah dikalahkan, (QS. [30] Ar-Rum : 2)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Ayat ini berisi prediksi Al-Qur’an terhadap kejadian yang akan datang. Bangsa Romawi Timur yang berpusat di Konstantinopel pada awalnya telah dikalahkan oleh Bangsa Persia pemeluk Majusi.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Ayat ini menerangkan bahwa bangsa Romawi telah dikalahkan oleh bangsa Persia di negeri yang dekat dengan kota Mekah, yaitu negeri Syiria. Beberapa tahun kemudian setelah mereka dikalahkan, maka bangsa Romawi akan mengalahkan bangsa Persia sebagai balasan atas kekalahan itu.
Bangsa Romawi yang dimaksud dalam ayat ini ialah Kerajaan Romawi Timur yang berpusat di Konstantinopel, bukan kerajaan Romawi Barat yang berpusat di Roma. Kerajaan Romawi Barat, jauh sebelum peristiwa yang diceritakan dalam ayat ini terjadi, sudah hancur, yaitu pada tahun 476 Masehi. Bangsa Romawi beragama Nasrani (Ahli Kitab), sedang bangsa Persia beragama Majusi (musyrik).
Ayat ini merupakan sebagian dari ayat-ayat yang memberitakan hal-hal gaib yang menunjukkan kemukjizatan Al-Qur'an. Pada saat bangsa Romawi dikalahkan bangsa Persia, maka turunlah ayat ini yang menerangkan bahwa pada saat ini bangsa Romawi dikalahkan, tetapi kekalahan itu tidak akan lama dideritanya. Hanya dalam beberapa tahun saja, orang-orang Persia pasti dikalahkan oleh orang Romawi. Kekalahan bangsa Romawi ini terjadi sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Medinah. Mendengar berita ini, orang-orang musyrik Mekah bergembira, sedangkan orang-orang yang beriman dan Nabi bersedih hati.
Sebagaimana diketahui bahwa bangsa Persia beragama Majusi yang menyembah api, jadi mereka menyekutukan Tuhan. Orang-orang Mekah juga menyekutukan Tuhan dengan menyembah berhala. Oleh karena itu, mereka merasa agama mereka dekat dengan agama bangsa Persia, karena sama-sama mempersekutukan Tuhan. Kaum Muslimin merasa agama mereka dekat dengan agama Nasrani, karena sama-sama menganut agama Samawi. Oleh karena itu, kaum musyrik Mekah bergembira atas kemenangan itu, sebagai kemenangan agama politeisme yang mempercayai "banyak Tuhan", atas agama Samawi yang menganut agama tauhid. Sebaliknya kaum Muslimin waktu itu bersedih hati karena sikap menentang kaum musyrik Mekah semakin bertambah. Mereka mencemooh kaum Muslimin dengan mengatakan bahwa dalam waktu dekat mereka juga akan hancur, sebagaimana kehancuran bangsa Romawi yang menganut agama Nasrani. Lalu ayat ini turun untuk menerangkan bahwa bangsa Romawi yang kalah itu, akan mengalahkan bangsa Persia dalam waktu yang tidak lama, hanya dalam beberapa tahun lagi.
Sejarah mencatat bahwa tahun 622 Masehi, yaitu setelah tujuh atau delapan tahun kekalahan bangsa Romawi dari bangsa Persia itu, peperangan antara kedua bangsa itu berkecamuk kembali untuk kedua kalinya. Pada permulaan terjadinya peperangan itu telah tampak tanda-tanda kemenangan bangsa Romawi. Sekalipun demikian, ketika sampai kepada kaum musyrik Mekah berita peperangan itu, mereka masih mengharapkan kemenangan berada di pihak Persia. Oleh karena itu, Ubay bin Khalaf ketika mengetahui Abu Bakar hijrah ke Medinah, ia minta agar putra Abu Bakar, yaitu 'Abdurrahman, menjamin taruhan ayahnya, jika Persia menang. Hal ini diterima oleh 'Abdurrahman.
Pada tahun 624 Masehi, terjadilah perang Uhud. Ketika Ubay bin Khalaf hendak pergi memerangi kaum Muslimin, 'Abdurrahman melarangnya, kecuali jika putranya menjamin membayar taruhannya, jika bangsa Romawi menang. Maka Abdullah bin Ubay menerima untuk menjaminnya.
Jika melihat berita di atas, maka ada beberapa kemungkinan sebagai berikut: pertama, pada tahun 622 Masehi, perang antara Romawi dan Persia telah berakhir dengan kemenangan Romawi. Akan tetapi, karena hubungan yang sukar waktu itu, maka berita itu baru sampai ke Mekah setahun kemudian, sehingga Ubay minta jaminan waktu Abu Bakar hijrah, sebaliknya 'Abdurrahman minta jaminan pada waktu Ubay akan pergi ke Perang Uhud. Kedua, peperangan itu berlangsung dari tahun 622-624 Masehi, dan berakhir dengan kemenangan bangsa Romawi.
Dari peristiwa di atas dapat dikemukakan beberapa hal dan pelajaran yang perlu direnungkan dan diamalkan.
Pertama: Ada hubungan antara kemusyrikan dan kekafiran terhadap dakwah dan iman kepada Allah. Sekalipun negara-negara dahulu belum mempunyai sistem komunikasi yang canggih dan bangsanya pun belum mempunyai hubungan yang kuat seperti sekarang ini, namun antar bangsa-bangsa itu telah mempunyai hubungan batin, yaitu antara bangsa-bangsa yang menganut agama yang bersumber dari Tuhan di satu pihak, dan bangsa-bangsa yang menganut agama yang tidak bersumber dari Tuhan pada pihak yang lain. Orang-orang musyrik Mekah menganggap kemenangan bangsa Persia atas bangsa Romawi (Nasrani), sebagai kemenangan mereka juga karena sama-sama menganut politeisme. Sedangkan kaum Muslimin merasakan kekalahan bangsa Romawi yang beragama Nasrani sebagai kekalahan mereka pula, karena merasa agama mereka berasal dari sumber yang satu. Hal ini merupakan suatu faktor nyata yang perlu diperhatikan kaum Muslimin dalam menyusun taktik dan strategi dalam berdakwah.
Kedua: Kepercayaan yang mutlak kepada janji dan ketetapan Allah. Hal ini tampak pada ucapan-ucapan Abu Bakar yang penuh keyakinan tanpa ragu-ragu di waktu menetapkan jumlah taruhan dengan Ubay bin Khalaf. Harga unta seratus ekor sangat tinggi pada waktu itu, sehingga kalau tidak karena keyakinan akan kebenaran ayat-ayat Al-Qur'an yang ada di dalam hati Abu Bakar, tentu beliau tidak akan berani mengadakan taruhan sebanyak itu, apalagi jika dibaca sejarah bangsa Romawi pada waktu kekalahan itu dalam keadaan kocar-kacir. Amat sukar diramalkan mereka sanggup mengalahkan bangsa Persia yang dalam keadaan kuat, hanya dalam tiga sampai sembilan tahun mendatang. Keyakinan yang kuat seperti keyakinan Abu Bakar itu merupakan keyakinan kaum Muslimin, yang tidak dapat digoyahkan oleh apa pun, sekalipun dalam bentuk siksaan, ujian, penderitaan, pemboikotan, dan sebagainya. Hal ini merupakan modal utama bagi kaum Muslimin menghadapi jihad yang memerlukan waktu yang lama di masa yang akan datang. Jika kaum Muslimin mempunyai keyakinan dan berusaha seperti kaum Muslimin di masa Rasulullah, pasti pula Allah mendatangkan kemenangan kepada mereka.
Ketiga: Terjadinya suatu peristiwa adalah urusan Allah, tidak seorangpun yang dapat mencampurinya. Allah-lah yang menentukan segalanya sesuai dengan hikmah dan kebijaksanaan-Nya. Hal ini berarti bahwa kaum Muslimin harus mengembalikan segala urusan kepada Allah saja, baik dalam kejadian seperti di atas, maupun pada kejadian dan peristiwa yang merupakan keseimbangan antara situasi dan keadaan. Kemenangan dan kekalahan, kemajuan dan kemunduran suatu bangsa, demikian pula kelemahan dan kekuatannya yang terjadi di bumi ini, semuanya kembali kepada Allah. Dia berbuat menurut kehendak-Nya. Semua yang terjadi bertitik tolak kepada kehendak Zat yang mutlak itu. Jadi berserah diri dan menerima semua yang telah ditentukan Allah adalah sifat yang harus dimiliki oleh seorang mukmin. Hal ini bukanlah berarti bahwa usaha manusia tidak ada harganya sedikit pun, karena hal itu merupakan syarat berhasilnya suatu pekerjaan. Dalam suatu hadis diriwayatkan bahwa seorang Arab Badui melepaskan untanya di muka pintu masjid Rasulullah, kemudian ia masuk ke dalamnya sambil berkata, "Aku bertawakal kepada Allah," lalu Nabi bersabda:
Ikatlah unta itu sesudah itu baru engkau bertawakal. (Riwayat at-Tirmidzi dari Anas bin Malik )
Berdasarkan hadis ini, seorang muslim disuruh berusaha sekuat tenaga, kemudian ia berserah diri kepada Allah tentang hasil usahanya itu.
Akhir ayat ini menerangkan bahwa kaum Muslimin bergembira ketika mendengar berita kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia. Mereka bergembira karena:
1.Mereka telah dapat membuktikan kepada kaum musyrik Mekah atas kebenaran berita-berita yang ada dalam ayat Al-Qur'an.
2.Kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia merupakan kemenangan agama Samawi atas agama ciptaan manusia.
3.Kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia mengisyaratkan kemenangan kaum Muslimin atas orang-orang kafir Mekah dalam waktu yang tidak lama lagi.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Ayat-ayat ini diturunkan ketika Sabur (Raja Persia) berhasil mengalahkan tentara Romawi dan berhasil merebut negeri-negeri Syam serta bagian lainnya yang termasuk ke dalam wilayah kerajaan Romawi dari tanah Jazirah Arabia, juga sebagian besar wilayah kerajaan Romawi, sehingga Kaisar Romawi Heraklius terpaksa mundur dan mengungsi ke kota Konstantinopel. Ia dikepung oleh Raja Sabur dan bala tentaranya di kota Konstantinopel dalam waktu yang cukup lama, tetapi pada akhirnya kawasan kerajaan Romawi berhasil direbut kembali oleh Heraklius dari tangan orang-orang Persia, sebagaimana yang akan dijelaskan berikutnya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muawiyah ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq, dari Sufyan As-Sauri, dari Habib ibnu Abu Umrah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat. (Ar Ruum:1-3) Yakni dikalahkan dan dikalahkan. Ibnu Abbas menceritakan bahwa dahulu orang-orang musyrik merasa suka bila orang-orang Persia beroleh kemenangan atas orang-orang Romawi, karena orang-orang Persia adalah penyembah berhala sama dengan mereka. Sedangkan kaum muslim merasa suka bila orang-orang Romawi beroleh kemenangan atas orang-orang Persia, karena orang-orang Romawi adalah Ahli Kitab sama dengan mereka. Kemudian Abu Bakar menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah Saw. Maka beliau Saw. bersabda: Ingatlah, sesungguhnya mereka (orang-orang Romawi) akan beroleh kemenangan. Lalu Abu Bakar menceritakan hal tersebut kepada orang-orang Musyrik. Maka mereka berkata, "Marilah kita menentukan batas waktunya antara kami dan kamu. Jika tebakan kami tepat, maka kami mendapat anu dan anu, dan jika tebakanmu tepat, kamu beroleh anu dan anu." Maka masa yang ditentukan oleh Abu Bakar adalah lima tahun, dan ternyata pasukan Romawi tidak mengalami kemenangan. Lalu Abu Bakar menceritakan hal itu kepada Rasulullah Saw. Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Mengapa tidak engkau jadikan masa itu di bawah sepuluh tahun (di atas lima tahun)?" Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa masa itu di bawah sepuluh tahun, kemudian barulah orang-orang Romawi beroleh kemenangan. Sa'id ibnu Jubair mengatakan, bahwa itulah yang dimaksud oleh firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat, dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. (Ar Ruum:1-3) sampai dengan firman-Nya: Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (Ar Ruum:5)
Hadis lain, Sulaiman ibnu Marhan Al-A'masy telah meriwayatkan dari Muslim, dari Masruq yang telah menceritakan bahwa Abdullah pernah berkata, "Ada lima perkara yang telah berlalu, yaitu asap, azab, pembalasan, rembulan, dan Romawi." Diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki', telah menceritakan kepada kami Al-Muharibi, dari Daud ibnu Abu Hindun, dari Amir Asy-Sya'bi, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang telah mengatakan bahwa dahulu bangsa Persia beroleh kemenangan atas bangsa Romawi, dan orang-orang musyrik merasa senang bila bangsa Persia menang atas bangsa Romawi. Sedangkan kaum muslim merasa senang bila bangsa Romawi beroleh kemenangan atas bangsa Persia, karena bangsa Romawi adalah Ahli Kitab yang kaum muslim lebih dekat kepada mereka dalam hal agama daripada bangsa Persia yang Wasani. Ketika ayat berikut diturunkan, yaitu firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun lagi. (Ar Ruum:1-4) Mereka (kaum musyrik) mengatakan, "Hai Abu Bakar, sesungguhnya temanmu telah mengatakan bahwa bangsa Romawi akan beroleh kemenangan atas bangsa Persia dalam masa beberapa tahun mendatang." Abu Bakar menjawab, "Benar." Mereka berkata, "Maukah kamu bertaruh dengan kami?" Maka mereka sepakat dengan Abu Bakar menjadikan taruhannya empat ekor unta dengan jarak masa tujuh tahun. Ternyata setelah berlalu masa tujuh tahun tidak terjadi sesuatu apa pun, maka orang-orang musyrik pun bergembira dengan hal tersebut, sehingga kaum muslim merasa berat atas kekalahannya. Kemudian hal tersebut diceritakan kepada Nabi Saw. Maka Nabi Saw. bersabda: "Apakah pengertian beberapa tahun di kalangan kalian?” Mereka menjawab, "Di bawah sepuluh tahun.” Nabi Saw. bersabda, "Pergilah dan tantanglah mereka untuk bertaruh lagi dan tambahlah masanya dua tahun lagi.” Abdullah ibnu Mas'ud melanjutkan kisahnya, bahwa belum lagi masa dua tahun habis, datanglah kafilah yang membawa berita tentang kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia. Maka kaum mukmin bergembira dengan berita tersebut, dan Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi. (Ar Ruum:1-2) sampai dengan firman-Nya: (sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. (Ar Ruum:6)
Berikutnya kita akan membahas tentang ayat-ayat yang mulia ini.
Firman Allah Swt.:
Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi. (Ar Ruum:1-2)
Dalam pembahasan terdahulu telah dijelaskan huruf-huruf hijaiyah yang mengawali kebanyakan surat-surat Al-Qur'an di dalam tafsir surat Al-Baqarah.
Bangsa Romawi berasal dari keturunan Al-Isa ibnu Ishaq ibnu Ibrahim a.s., mereka adalah anak-anak paman Bani Israil, dan dikenal dengan nama "orang-orang yang berkulit kuning (putih)." Mereka pada mulanya berpegang kepada agama orang-orang Yunani. Bangsa Yunani berasal dari keturunan Yafis ibnu Nuh, anak-anak paman nenek moyang bangsa Turki. Mereka menyembah bintang-bintang yang beredar yang jumlahnya ada tujuh buah, dikenal pula dengan sebutan “al-mutahayyirah." Salat mereka menghadap ke arah utara, merekalah orang-orang yang membangun kota Dimasyq dan membangun kuil-kuilnya, yang di dalamnya terdapat mihrab-mihrab yang menghadap ke arah utara. Orang-orang Romawi pada mulanya memeluk agama mereka sampai dengan masa diutus-Nya Al-Masih, yakni tiga ratus tahun kemudian.
Raja dari kalangan mereka yang berhasil menguasai seluruh kawasan negeri Syam bersama Jazirah Arabia disebut dengan julukan kaisar. Raja pertama yang memeluk agama Nasrani dari kalangan raja-raja Romawi adalah Konstantin ibnu Qastus. Ibunya bernama Maryam Al-Hailaniyah Al-Gandaqiyah dari tanah Haran. Pada mulanya dialah yang lebih dahulu masuk agama Nasrani, lalu mengajak anaknya untuk memeluk agama Nasrani. Semula Kaisar Romawi adalah seorang ahli filsafat, akhirnya ia mengikuti ajakan ibunya.
Menurut suatu pendapat, ia mau masuk Nasrani hanya semata-mata karena alasan diplomatis, dan akhirnya orang-orang Nasrani tunduk patuh kepadanya serta sepakat mendukungnya. Di masa pemerintahannya mereka berdebat dengan Abdullah ibnu Arius, lalu mereka berselisih pendapat dengan perselisihan yang banyak. Pendapat mereka bermacam-macam, dan berpecah belahlah mereka menjadi banyak golongan dan aliran.
Hanya ada sebagian dari mereka yang terdiri dari 318 orang uskup bersatu dan sepakat di antara sesama mereka. Selanjutnya mereka membuat-buat akidah untuk diserahkan kepada Kaisar Konstantin. Hal ini mereka sebut dengan istilah "Amanat yang besar," padahal sesungguhnya hal tersebut tiada lain merupakan pengkhianatan yang rendah.
Mereka membuat undang-undang buat Konstantin berupa hukum-hukum yang menyangkut masalah halal dan haram serta hal-hal lainnya yang diperlukan oleh golongan mereka. Akhirnya mereka mengubah agama Al-Masih Isa a.s. dan melakukan penambahan serta pengurangan padanya. Mereka salat menghadap ke arah timur dan mengganti hari Sabtu dengan hari Ahad. Mereka menyembah salib, menghalalkan babi, dan membuat-buat hari perayaan yang mereka ada-adakan —seperti hari raya salib, hari raya kudus, dan lain sebagainya—yang merupakan buat-buatan mereka sendiri.
Kemudian mereka mengangkat buat Konstantin seorang paulus yang merupakan pemimpin agama mereka, lalu patrik, lalu kardinal, lalu uskup dan pendeta. Mereka membuat-buat ruhbaniyah (kerahiban).
Sedangkan kaisar sendiri membangun untuk mereka gereja-gereja dan tempat-tempat peribadatan, lalu membangun sebuah kota yang namanya dinisbatkan kepada namanya sendiri, yaitu Konstantinopel. Menurut suatu pendapat, di masa pemerintahannya dia membangun sepuluh ribu gereja dan membangun Baitul Lahm dengan memiliki tiga mihrab, sedangkan ibunya membangun Al-Qumamah.
Mereka yang telah disebutkan di atas menamakan dirinya dengan sebutan Mulkiyah, yakni orang-orang yang sealiran dengan agama raja.
Setelah itu muncul sekte baru yang disebut dengan Ya'qubiyah, yaitu pengikut Ya'qub seorang uskup, kemudian muncul pula sekte Nustur pengikut Nustur. Mereka menjadi beberapa sekte dan golongan yang banyak jumlahnya, sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah Saw.:
Sesungguhnya mereka berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan.
Kesimpulannya ialah mereka tetap berpegang pada agama Nasrani. Setiap kali Kaisar meninggal dunia, kedudukannya diganti oleh penggantinya hingga kaisar yang terakhir bernama Heraklius. Dia adalah seorang cendekiawan, raja yang berwibawa, paling luas wawasannya, serta paling jitu pendapatnya. Di bawah kepemimpinannya kekaisaran Romawi mencapai masa keemasannya sehingga sebanding dengan kerajaan Persia. .
Kisra (Raja Persia) menguasai banyak negeri yang luas, seperti Irak, Khurrasan, Ray, dan negeri-negeri lainnya yang bukan bangsa Arab penduduknya. Nama Raja Persia saat itu adalah Sabur yang dijuluki dengan nama Zul Aktaf. Kerajaan Persia jauh lebih besar daripada kerajaan Romawi, tampuk kepemimpinan orang-orang 'Ajam dan bangsa Persia berada di tangan kekuasaannya, mereka adalah penyembah api.
Dalam riwayat yang bersumber dari Ikrimah telah disebutkan bahwa Kisra mengirimkan para pembantunya dan pasukannya untuk memerangi Kaisar Romawi. Tetapi menurut pendapat yang terkenal, Kisra sendirilah yang memerangi Kaisar Romawi dan negerinya sehingga berhasil mengalahkan kaisar dan memukul mundur pasukannya, dan kaisar terpaksa berlindung di dalam benteng ibu kota negerinya, yaitu Konstantinopel.
Kisra mengepung kota Konstantinopel dalam waktu yang cukup lama sehingga membosankannya. Orang-orang Nasrani sangat mengagungkan kota Konstantinopel, sedangkan Kisra tidak mampu menaklukkan kota tersebut karena bentengnya yang sangat kuat dan letaknya sangat strategis.
Demikian itu karena bagian muka benteng Konstantinopel menghadap ke daratan, sedangkan bagian belakangnya menghadap ke laut. Semua perbekalan dan bahan makanan datang ke Konstantinopel dari arah laut.
Setelah pengepungan itu berlangsung cukup lama, Kisra merencanakan tipu muslihat yang telah ia pikirkan dengan masak-masak sebelumnya. Untuk itu ia meminta kepada Kisra agar pergi dari negerinya dengan imbalan sejumlah harta yang disetujui oleh Kisra dengan syarat bahwa pihak kaisar diperbolehkan mengajukan persyaratan menurut apa yang disukainya. Permintaan kaisar disetujui oleh Kisra, lalu Kisra meminta harta yang banyak sekali jumlahnya kepada kaisar sehingga tiada seorang raja pun di dunia ini yang mampu memenuhinya. Harta tersebut berupa emas, perhiasan, pakaian, pelayan-pelayan wanita dan pria, serta berbagai macam permintaan lainnya. Semuanya itu disetujui oleh kaisar, dan kaisar memberikan jaminan dengan pura-pura bahwa semua yang diminta oleh Kisra itu dimilikinya. Sedangkan kenyataannya ketika Kisra mengajukan apa yang dia minta itu, dalam benak kaisar terbayangkan bahwa seandainya dia dan Kisra mengumpulkan semua harta kekayaannya, tentulah tidak akan mencapai sepersepuluh dari apa yang diminta oleh Kisra.
Kaisar meminta kepada Kisra untuk memberinya kesempatan keluar dari benteng menuju negeri Syam dan kawasan-kawasan kerajaan Romawi lainnya dengan alasan akan menghimpun dana tersebut dari harta simpanannya yang terdapat di daerah-daerah tersebut.
Kisra memberinya izin untuk keluar dari benteng. Ketika kaisar telah siap untuk keluar dari benteng Konstantinopel, terlebih dahulu ia mengumpulkan semua orang yang seagama dengannya, lalu berkata, "Sesungguhnya aku akan keluar untuk melakukan apa yang telah kurencanakan sebelumnya dengan membawa sejumlah pasukan yang telah terlatih. Jika aku dapat kembali kepada kalian sebelum masa satu tahun, berarti aku masih tetap menjadi raja kalian. Tetapi jika aku tidak kembali kepada kalian sesudahnya, maka kalian boleh memilih: Jika kalian suka, boleh tetap menjadikanku sebagai raja kalian, dan jika kalian lebih suka memilih selainku, aku persilakan." Maka mereka menjawab bahwa mereka tetap berbaiat kepada Konstantin sebagai raja mereka seumur hidup, sekalipun ia pergi meninggalkan mereka selama sepuluh tahun.
Ketika Kaisar Konstantin keluar dari bentengnya, ia diiringi oleh sejumlah pasukannya. Sedangkan Kisra saat itu berkemah di Konstantinopel bersama pasukannya menunggu kedatangan kaisar kembali ke Konstantinopel.
Setelah mendapat kesempatan itu kaisar segera membawa pasukannya bergerak cepat menuju negeri Persia. Sesampainya di negeri Persia, ia dan pasukannya membuat kerusakan padanya dan membunuhi para penduduknya yang laki-laki dan bala tentara Persia yang tertinggal. Dia terus melakukan pembunuhan sepanjang jalan yang dilaluinya hingga sampailah di ibu kota kerajaan Persia. Lalu ia membunuh semua orang yang ada padanya, merampas semua penghasilan serta harta bendanya, dan menahan kaum wanitanya, bahkan juga permaisuri Kisra. Kemudian kaisar mencukur gundul anak Kisra dan menaikkannya di atas keledai, lalu mengirimkannya bersama sejumlah tawanan lainnya dalam keadaan sangat hina dan direndahkan ke Kisra dengan membawa pesan darinya, "Inilah yang kamu minta, silakan ambil."
Ketika berita tersebut sampai kepada Kisra, tiada yang dapat menggambarkan kesedihannya selain hanya Allah Swt., dan amarahnya makin bertambah meluap terhadap ibu kota kerajaan Romawi. Lalu ia melancarkan serangannya dengan semua kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya, tetapi usahanya itu kandas dan sia-sia.
Setelah tidak mampu menjatuhkan benteng Konstantinopel, maka ia berangkat bersama pasukannya untuk mencegat kaisar dan pasukannya di celah Jaihun yang merupakan satu-satunya jalan bagi kaisar untuk mencapai Konstantinopel.
Kaisar mengetahui siasat itu, maka ia membuat tipu muslihat yang sangat hebat, belum pernah siasat itu dilakukan oleh seorang panglima perang pun. Untuk itu ia menempatkan pasukannya dan semua perbekalan yang berhasil mereka peroleh dari rampasan perang di mulut celah Jaihun. Kemudian ia memerintahkan kepada sebagian pasukannya untuk membawa makanan hewan kendaraan, kotoran serta isi perut hewan ternak. Kemudian ia membawa pasukannya itu melalui jalan atas yang mendaki hingga sampai di tempat yang dekat dengan celah Jaihun kurang lebih jarak perjalanan satu hari. Sesampainya di atas, ia memerintahkan kepada pasukannya untuk melemparkan semua beban yang mereka bawa ke dalam sungai (yang melalui celah Jaihun).
Ketika kotoran dan makanan ternak itu terbawa hanyut oleh arus Sungai Sam sampai di tempat Kisra, maka Kisra menduga bahwa pasukan yang dibawa kaisar melalui jalan atas. Maka dengan segera ia memerintahkan seluruh pasukannya bergerak mengejar mereka sehingga celah Jaihun kosong, tidak dijaga oleh pasukan Persia.
Kaisar kembali kepada induk pasukannya, lalu memerintahkan mereka untuk bergerak dan memasuki celah Jaihun dengan langkah yang cepat. Akhirnya selamatlah kaisar dari kejaran Kisra dan pasukannya, lalu sampai di benteng Konstantinopel dengan selamat.
Kemudian hari itu dijadikan oleh orang-orang Nasrani sebagai hari raya. Sedangkan Kisra dan pasukannya kebingungan, mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Negeri-negeri kaisar tidak dapat mereka taklukkan, sementara negeri mereka sendiri telah dihancur-berantakkan oleh pasukan Romawi, semua kekayaan mereka telah diboyong ke kerajaan Romawi dan anak-anak mereka serta kaum wanita mereka telah dijadikan tawanan.
Demikianlah kisah kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia, dan peristiwa ini terjadi setelah berlalu masa sembilan tahun sejak kemenangan bangsa Persia atas bangsa Romawi.
Perang besar antara pasukan Romawi dan pasukan Persia —di mana pasukan Romawi mengalami kekalahan— terjadi di antara Azri'at dan Basra. Demikianlah menurut apa yang disebutkan oleh Ibnu Abbas dan Ikrimah serta selain keduanya. Tempat tersebut merupakan pinggiran negeri Syam yang berdekatan letaknya dengan negeri Hijaz.
Mujahid mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi di Jazirah, yaitu bagian kerajaan Romawi yang letaknya paling berdekatan dengan perbatasan negeri Persia. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia terjadi setelah sembilan tahun dari kekalahannya. Hal ini diungkapkan oleh Al-Qur'an dengan kata-kata "beberapa tahun," yang menurut bahasa Arab pengertiannya menunjukkan antara tiga sampai sembilan.
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Ibnu Jarir serta selain keduanya melalui riwayat Abdullah ibnu Abdur Rahman Al-Jumahi, dari Az-Zuhri, dari Ubaidillah ibnu Abdullah Muhammad ibnu Abbas disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepada Abu Bakar sehubungan dengan makna firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi. (Ar Ruum:1-2), hingga beberapa ayat berikutnya.
"Hai Abu Bakar, mengapa engkau tidak hati-hati dalam mengambil keputusan? Sesungguhnya pengertian beberapa tahun itu antara tiga sampai sembilan tahun."
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib bila ditinjau dari segi jalurnya. Ibnu Jarir telah meriwayatkan hal yang semisal melalui Abdullah ibnu Amr, kemudian ia mengatakan hal yang semisal dengan apa yang dikatakan oleh Imam Turmuzi. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
4 Tafsir Al-Jalalain
Telah dikalahkan bangsa Romawi) mereka adalah ahli kitab yang dikalahkan oleh kerajaan Persia yang bukan ahli kitab, bahkan orang-orang Persia itu penyembah berhala. Dengan adanya berita ini bergembiralah orang-orang kafir Mekah, kemudian mereka mengatakan kepada kaum Muslimin, "Kami pasti akan mengalahkan kalian, sebagaimana kerajaan Persia telah mengalahkan kerajaan Romawi."
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Persia mengalahkan Romawi pada tempat terdekat dengan orang-orang Arab, yaitu perbatasan Syam. Setelah kekalahan ini, mereka akan mengalahkan Persia.