Pada ayat-ayat ini, Allah menegaskan kepada Musa a.s. bahwa semua yang dikhawatirkannya itu tidak akan terjadi. Dia tidak akan dapat dibunuh oleh Fir'aun karena Fir'aun tidak akan dapat berlaku sewenang-wenang terhadapnya. Adapun permintaan Musa agar saudaranya, Harun, diangkat menjadi rasul telah dikabulkan oleh Allah. Dengan begitu, perintah untuk pergi berdakwah kepada Fir'aun dan kaumnya dibebankan kepada Musa dan Harun. Di dalam ayat lain, Allah menegaskan bahwa permintaan Musa itu dikabulkan yaitu:
Dia (Allah) berfirman, "Sungguh, telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa! (thaha/20: 36).
Allah menceritakan kepergian Musa dan Harun menyeru Fir'aun dan kaumnya kepada agama tauhid dengan membawa mukjizat yang akan menguatkan seruannya yaitu tongkat Musa yang dapat menjadi ular, dan tangannya bila dimasukkan ke ketiaknya akan menjadi putih bercahaya. Untuk menghilangkan segala was-was dan kekhawatiran dalam hati Musa dan Harun, Allah menegaskan bahwa Ia selalu akan mendengar dan memperhatikan apa yang akan terjadi di kala keduanya telah berhadapan dengan Fir'aun. Hal ini dengan jelas diterangkan pada ayat lain yaitu:
Dia (Allah) berfirman, "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku bersama kamu berdua, Aku mendengar dan melihat. (thaha/20: 46).
Allah menyuruh Musa dan Harun agar mengatakan dengan tegas kepada Fir'aun bahwa mereka datang menghadap kepadanya untuk menyampaikan bahwa mereka berdua adalah rasul yang diutus Allah, Tuhan semesta alam, kepadanya dan kaumnya. Selain itu keduanya harus meminta kepada Fir'aun agar membebaskan Bani Israil yang telah diperbudak selama ini. Keduanya ingin membawa mereka kembali ke tanah suci Baitul Makdis, tanah tumpah darah mereka, di mana nenek moyang mereka semenjak dahulu kala telah berdiam di sana. Hal ini bertujuan agar mereka dapat dengan bebas memeluk agama tauhid tanpa ada tekanan atau hambatan dari siapa pun.
Dalam Tafsir al-Maragi diterangkan bahwa menurut riwayat, Bani Israil yang tinggal di Mesir diperbudak oleh Fir'aun dan kaumnya dalam waktu yang lama, yaitu selama 400 tahun. Fir'aun memang sangat berkuasa dan berbuat sewenang-wenang terhadap rakyatnya, terutama Bani Israil. Menurut al-Qurtubi, sebagaimana dikutip oleh al-Maragi, Musa dan Harun harus menunggu satu tahun untuk dapat menghadap Fir'aun.