Adapun firman Allah Swt.:
(agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu. (Asy-Syu'ara': 137)
Sebagian ulama ada yang membacanya khalqu, bukan khuluqu.
Ibnu Mas'ud telah mengatakan, dan juga Al-Aufi dan Ibnu Abbas, serta Alqamah dan Mujahid, bahwa mereka bermaksud "tiada lain apa yang kamu sampaikan kepada kami hanyalah kebiasaan orang dahulu," seperti yang dikatakan oleh orang-orang musyrik dari kaum Quraisy:
Dan mereka berkata, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang.” (Al-Furqan: 5)
Dan orang-orang kafir berkata, "Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad, dan dia dibantu oleh kaum yang lain; maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar. Dan mereka berkata, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu.” (Al-Furqan: 4-5)
Dan firman Allah Swt.:
Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Apakah yang telah diturunkan Tuhanmu?” Mereka menjawab, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu.” (An-Nahl: 24)
Ulama yang lainnya lagi membacanya khuluqul awwalin, yang artinya agama mereka dan tradisi yang biasa mereka lakukan itu adalah kebiasaan orang dahulu dari kalangan nenek moyang mereka. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa kami mengikuti mereka dan menelusuri jejak mereka; kami hidup sebagaimana mereka hidup, dan kami mati sebagaimana mereka mati, tiada hari berbangkit dan tiada hari akhirat. Karena itulah mereka mengatakan:
dan kami sekali-kali tidak akan diazab. (Asy-Syu 'ara': 138)
Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu. (Asy-Syu'ara': 137) Yaitu agama orang-orang dahulu.
Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah, Ata Al-Khurrasani, Qatadah, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, lalu dipilih oleh Ibnu Jarir.