ثُمَّ اَغْرَقْنَا بَعْدُ الْبٰقِيْنَ ( الشعراء: ١٢٠ )
Thumma 'Aghraqnā Ba`du Al-Bāqīna. (aš-Šuʿarāʾ 26:120)
Artinya:
Kemudian setelah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal. (QS. [26] Asy-Syu'ara' : 120)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Kemudian setelah penyelamatan itu, Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal yaitu mereka yang durhaka.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Dalam Al-Qur'an dilukiskan bagaimana besarnya gelombang itu dan bagaimana Nabi Nuh berusaha menyelamatkan anaknya yang kafir. Ia memanggilnya agar naik ke kapal bersama-sama orang-orang yang beriman. Akan tetapi, ajakan itu tidak diindahkannya sehingga putra Nabi Nuh itu tenggelam bersama orang-orang kafir yang lain. Kisah itu disebutkan dalam firman Allah:
Dan kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang laksana gunung-gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, ketika dia (anak itu) berada di tempat yang jauh terpencil, "Wahai anakku! Naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir." Dia (anaknya) menjawab, "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah!" (Nuh) berkata, "Tidak ada yang melindungi dari siksaan Allah pada hari ini selain Allah yang Maha Penyayang." Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka dia (anak itu) termasuk orang yang ditenggelamkan. (Hud/11: 42-43).
Kapal Nabi Nuh berlayar ke arah yang tidak diketahui oleh penumpang-penumpangnya. Hanya Allah yang mengetahui tujuannya itu.
Pada saat yang telah ditentukan Allah, topan itu berhenti dan banjir pun surut, seakan-akan airnya ditelan bumi. Kapal Nabi Nuh terdampar di puncak bukit yang bernama Judi. Kebanyakan ahli tafsir berpendapat bahwa Bukit Judi itu terletak di Armenia Selatan yang berbatasan dengan Mesopotamia yang terkenal dengan Bukit Arafat.
Dengan berakhirnya topan dan banjir besar itu, serta berlabuhnya kapal Nabi Nuh dengan selamat di atas Bukit Judi, berarti Allah telah menepati janji-Nya. Dia menyelamatkan orang-orang yang beriman, yang mengikuti seruan Nabi Nuh, dan menghancurkan orang-orang kafir, yang mengingkari seruannya.
Setelah kapal itu berlabuh, Nabi Nuh ingat kembali kepada putranya yang tenggelam. Ia memohonkan keselamatan untuk putranya karena termasuk keluarganya. Akan tetapi, Allah mengingatkan Nabi Nuh bahwa putranya itu bukan lagi keluarganya karena telah menjadi orang kafir. Allah berfirman:
Dan Nuh memohon kepada Tuhannya sambil berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku adalah termasuk keluargaku, dan janji-Mu itu pasti benar. Engkau adalah hakim yang paling adil." Dia (Allah) berfirman, "Wahai Nuh! Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu, karena perbuatannya sungguh tidak baik, sebab itu jangan engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui (hakikatnya). Aku menasihatimu agar (engkau) tidak termasuk orang yang bodoh." (Hud/11: 45-46).
Orang-orang yang beriman bersama Nabi Nuh yang selamat dari topan dan banjir lalu berkembang biak, sampai kepada manusia sekarang. Di antara mereka ada yang mukmin dan ada pula yang kafir. Ada yang ditimpa azab di dunia ini sehingga musnah, dan ada pula yang diselamatkan. Ada yang bahagia dan ada yang sengsara, ada yang kaya dan ada pula yang miskin. Allah berfirman:
Difirmankan, "Wahai Nuh! Turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkahan dari Kami, bagimu dan bagi semua umat (mukmin) yang bersamamu. Dan ada umat-umat yang Kami beri kesenangan (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab Kami yang pedih." (Hud/11: 48).
3 Tafsir Ibnu Katsir
Setelah Nuh a.s. tinggal lama di kalangan mereka seraya menyeru mereka untuk menyembah Allah siang dan malam, baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan, dan setiap kali Nuh a.s. menyeru mereka untuk menyembah Allah, maka semakin nekad pula sikap mereka dalam kekafirannya dan makin sengit pula penolakan mereka terhadap seruannya. Pa'da akhirnya mereka mengatakan:
Sungguh jika kamu tidak (mau) berhenti, hai Nuh, niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang dirajam. (Asy-Syu'ara': 116)
Yakni sungguh jika kamu tidak mau berhenti dari seruanmu itu yang mengajak agar memeluk agamamu.
niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang dirajam. (Asy-Syu'ara': 116)
Artinya, sungguh kami akan merajammu. Maka pada saat itulah Nabi Nuh a.s. berdoa kepada Allah untuk kebinasaan mereka, yaitu dengan suatu doa yang diperkenankan oleh Allah Swt.
Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah mendustakan aku; maka itu adakanlah suatu keputusan antaraku dan antara mereka. (Asy-Syu'ara': 117-118), hingga akhir ayat.
Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Maka dia mengadu kepada Tuhannya, "Bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan. Oleh sebab itu, tolonglah (aku).”(Al-Qamar: 10), hingga akhir ayat.
Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan. Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal. (Asy-Syu'ara': 119-120)
Al-masyhun artinya penuh dengan muatan barang dan berbagai macam binatang yang dimuat di dalamnya, masing-masing jenis satu jodoh. Yakni Kami selamatkan Nuh beserta semua pengikutnya dan Kami tenggelamkan semua orang yang kafir kepadanya dan menentang perintahnya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Asy-Syu'ara': 121-122)
4 Tafsir Al-Jalalain
(Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan) sesudah Nabi Nuh dan orang-orang yang besertanya diselamatkan (orang-orang yang tertinggal) di antara kaumnya.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Setelah menyelamatkan Nûh dan orang-orang Mukmin, Kami menenggelamkan sisa kaumnya yang tidak beriman.