يٰٓاَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبٰتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحًاۗ اِنِّيْ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ ۗ ( المؤمنون: ٥١ )
Yā 'Ayyuhā Ar-Rusulu Kulū Mina Aţ-Ţayyibāti Wa A`malū Şāliĥāan 'Innī Bimā Ta`malūna `Alīmun. (al-Muʾminūn 23:51)
Artinya:
Allah berfirman, “Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. [23] Al-Mu'minun : 51)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Usai menguraikan kisah para rasul, Allah lalu berbicara tentang para rasul secara umum. “Wahai para rasul! Makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan sesuai dengan syariat, baik amalan wajib maupun sunah. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan, karena tidak ada satu pun yang tersembunyi dari-Ku.”
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Allah memerintahkan kepada para nabi supaya memakan rezeki yang halal dan baik yang dikaruniakan Allah kepadanya dan sekali-kali tidak dibolehkan memakan harta yang haram, selalu mengerjakan perbuatan yang baik, dan menjauhi perbuatan yang keji dan mungkar. Para nabi itulah orang yang pertama yang harus mematuhi perintah Allah, karena mereka akan menjadi teladan bagi umat di mana mereka diutus untuk menyampaikan risalah Tuhannya. Perintah ini walaupun hanya ditunjukkan kepada para nabi, tetapi ia berlaku pula terhadap umat mereka tanpa terkecuali, karena para nabi itu menjadi panutan bagi umatnya kecuali dalam beberapa hal yang dikhususkan untuk para nabi saja, karena tidak sesuai jika diwajibkan pula kepada umatnya. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
Hai manusia, sesungguhnya Allah Ta'ala adalah baik, Dia tidak menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah Ta'ala memerintahkan kepada orang-orang yang beriman apa yang diperintahkan-Nya kepada Rasul-rasul-Nya. Maka Rasulullah saw membaca ayat ini (ya ayyuhar-rusulu kulu minath-thayyibati wa'malu saliha inni bima ta'malu 'alim, "Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.). Kemudian Rasulullah saw membaca lagi ayat ya ayyuhalladzina amanu kulu min thayyibati ma razaqnakum¦Kemudian Nabi menerangkan keadaan seseorang yang telah melakukan perjalanan panjang (lama), rambutnya tidak teratur dan penuh debu, dan makanannya dari yang haram, minumannya dari yang haram dan pakaiannya dari yang haram pula. Orang itu berkata sambil menadahkan tangan ke langit, "Ya Tuhanku! Ya Tuhanku! Bagaimana mungkin doanya itu akan terkabul?" (Riwayat Muslim dan at-Tirmidzi)
Pada ayat ini Allah mendahulukan perintah memakan makanan yang halal dan baik baru beramal saleh. Hal ini berarti amal yang saleh itu tidak akan diterima oleh Allah kecuali bila orang yang mengerjakannya memakan harta yang halal dan baik dan menjauhi harta yang haram. Menurut riwayat yang diterima dari Rasulullah, beliau pernah bersabda:
Sesungguhnya Allah tidak menerima ibadah orang yang dalam perutnya terdapat sesuap makanan yang haram. Dan diriwayatkan dengan sahih pula bahwa Nabi saw bersabda, "Setiap daging yang tumbuh dari makanan yang haram maka neraka lebih berhak membakarnya." (Riwayat Muslim dan at-Tirmizi)
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi hatim dan Ibnu Mardawaih dari Ummi Abdillah saudara perempuan Syaddad bin Aus ra:
Bahwa Ummi Abdillah mengirimkan seteko susu kepada Rasulullah ketika beliau akan berbuka puasa. Susu itu ditolak oleh Rasulullah dan beliau menyuruh pembawa susu itu kembali dan menanyakan kepadanya dari mana susu itu didapatnya. Ummi Abdillah menjawab, "Itu susu dari kambingku sendiri." Kemudian susu itu ditolak lagi dan pesuruh Ummi Abdillah disuruh lagi menanyakan dari mana kambing itu didapat. Ummi Abdillah menjawab, ' saya beli kambing itu dengan uangku sendiri." Kemudian barulah Rasulullah menerima susu itu. Keesokan harinya Ummi Abdillah datang menemui Rasulullah dan bertanya, "Wahai Rasulullah, mengapa engkau selalu menolak susu itu?" Rasulullah menjawab, "Para rasul diperintahkan supaya jangan memakan kecuali yang baik-baik dan jangan berbuat sesuatu kecuali yang baik-baik pula." (Riwayat Ibnu Abi hatim dan Ibnu Mardawaih)
Demikianlah perintah Allah kepada para Rasul-Nya yang harus dipatuhi oleh umat manusia karena Allah Maha Mengetahui amal perbuatan manusia, tak ada satu pun yang tersembunyi bagi-Nya. Dia akan membalas perbuatan yang baik dengan berlipat ganda dan perbuatan jahat dengan balasan yang setimpal.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Allah Swt. memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang menjadi rasul, agar mereka memakan makanan yang baik (halal) dan mengerjakan amal saleh. Hal ini menunjukkan bahwa perkara yang halal itu membantu mengerjakan amal saleh. Maka para nabi mengerjakan perintah ini dengan sebaik-baiknya, dan mereka menggabungkan semua kebaikan, baik yang berupa ucapan maupun perbuatan, baik sebagai pembuktian dari diri maupun dalam bernasehat. Semoga Allah membalas mereka atas jasa-jasa mereka kepada semua hamba Allah dengan balasan yang sebaik-baiknya.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik.
Ingatlah, demi Allah, Dia tidak memerintahkan kepada kalian agar memakan, makanan yang merah, tidak makanan yang kuning, tidak makanan yang manis, tidak pula makanan yang masam. Akan tetapi, Dia berfirman bahwa makanlah oleh kalian dari makanan-makanan itu hanya yang halalnya saja.
Sa'id ibnu Jubair dan Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
makanlah dari makanan yang baik-baik.
Yang dimaksud dengan tayyibat ialah yang halal-halal.
Abu Ishaq As-Subai'i telah meriwayatkan dari Abu Maisarah Amr ibnu Syurahbil, bahwa Isa putra Maryam makan dari hasil kerajinan tenunan yang dilakukan oleh ibunya.
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan:
"Tiada seorang nabi pun melainkan pernah menggembalakan kambing.” Mereka (para sahabat) bertanya, "Juga engkau, wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw. bersabda, "Ya, aku pun pernah menggembalakannya dengan imbalan beberapa qirat milik penduduk Mekah.”
Di dalam hadis sahih lainnya disebutkan:
Sesungguhnya Daud a. s. makan dari hasil perasan keringatnya sendiri.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
Sesungguhnya puasa yang paling disukai oleh Allah ialah puasanya Daud, dan qiyam (salat) yang paling disukai oleh Allah ialah qiyamnya Daud, dia tidur sampai tengah malam, dan bangun pada sepertiganya, lalu tidur pada seperenamnya, dia puasa sehari dan berbuka sehari, dan apabila perang, ia tidak pernah lari dari medan perang.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman Al-Hakam ibnu Nafi', telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Maryam, dari Damrah ibnu Habib, bahwa Ummu Abdullah binti Syaddad ibnu Aus pernah mengatakan bahwa ia pernah mengirim Nabi Saw. sepanci laban (yoghurt) saat beliau sedang puasa untuk bukanya nanti. Ia mengirimkannya sejak hari masih siang dan matahari sedang terik-teriknya, kemudian pesuruhnya kembali kepadanya seraya menyampaikan pesan Nabi Saw., "Dari manakah engkau mempunyai kambing?”Ia menjawab, "Saya membelinya dengan uang saya." Maka (setelah pesuruh itu kembali kepada Nabi Saw. dan menyampaikan jawaban majikannya) barulah Rasulullah Saw. mau meminumnya.
Pada keesokan harinya Ummu Abdullah binti Syaddad datang menghadap kepada Nabi Saw. dan bertanya, "Wahai Rasulullah, kemarin saya mengirimkan kepadamu laban yang segar, sejak hari masih siang dan panas matahari sedang terik-teriknya, lalu Engkau menyuruh kembali pesuruhku untuk mempertanyakan dari mana laban itu," Rasulullah Saw. menjawab:
Demikianlah para rasul diperintahkan. Mereka tidak boleh makan kecuali makanan yang halal, dan tidak boleh beramal kecuali amal yang saleh.
Di dalam kitab Sahih Imam Muslim dan kitab Jami' Imam Turmuzi serta kitab Musnad Imam Ahmad, hadis ini berdasarkan apa yang ada pada kitab Imam Ahmad. melalui riwayat Fudail ibnu Marzuq. dari Addi ibnu Sabit, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan" bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Hai manusia, sesungguhnya Allah itu Mahabaik, Dia tidak mau menerima kecuali, yang baik-baik (halal). Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman seperti apa yang Dia perintahkan kepada para rasul-(Nya). Kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan. (Al Mu’minun: 51) Dan firman Allah Swt.: Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian. (Al Baqarah:172)
Kemudian Rasulullah Saw. menyebutkan perihal seorang lelaki yang lama dalam perjalanannya, dalam keadaan rambut yang awut-awutan lagi penuh dengan debu, sedangkan makanannya dari hasil yang haram, minumannya dari hasil yang haram, pakaiannya dari hasil yang haram dan diberi makan dari hasil yang haram, lalu ia menengadahkan kedua tangannya seraya berdoa, "Hai Tuhanku, hai Tuhanku," maka bagaimanakah doanya dapat diterima bila keadaannya demikian.
Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib, kami tidak mengenalnya kecuali hanya melalui hadis Fudail ibnu Marzuq.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Hai Rasul-rasul! Makanlah dari makanan yang baik-baik) makanan-makanan yang halal (dan kerjakanlah amal yang saleh) amal-amal yang fardu dan sunah. (Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan) maka kelak Aku akan memperhitungkannya atas kalian.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Kami katakan kepada rasul-rasul Kami untuk disampaikan kepada pengikut-pengikut mereka, "Makanlah dan nikmatilah aneka ragam makanan yang halal dan baik. Syukurilah karunia itu dengan melakukan amal saleh. Sesungguhnya Aku Mahatahu apa yang kalian lakukan dan akan memberi balasannya."