Firman Allah Swt.:
...dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku
Demikian itu karena lidah Musa agak kaku sehingga ucapannya kurang begitu fasih. Hal ini dialaminya ketika ia masih kecil dan disuguhkan kepadanya buah kurma yang merah dan bara api, lalu ia mengambil bara api dan mengunyahnya (sehingga lidahnya terbakar), kisahnya akan diterangkan sesudah ini. Dalam hal ini Musa tidak memohon kepada Allah agar melenyapkan kekakuan lidahnya secara tuntas, melainkan dia hanya meminta agar kekurangfasihannya dalam berbicara dapat di atasi dan mereka yang diajak berbicara dengannya dapat memahami apa yang ia maksudkan, sebatas yang diperlukan. Seandainya Musa meminta kepada Allah agar menyembuhkan secara total kekakuan lidahnya, tentulah kekakuan lidahnya disembuhkan. Akan tetapi, para nabi tidaklah meminta kecuali hanya sebatas yang diperlukannya saja. Karena itulah maka kekakuan lidahnya masih ada padanya, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. yang menceritakan tanggapan Fir'aun terhadap Musa:
Bukankah aku lebih baik daripada orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)? (Az Zukhruf:52)
Yaitu kurang fasih bicaranya karena lidahnya yang pelat (kaku).
Al-Hasan Al-Basri telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
...dan lepaskanlah kekakuan lidahku.
Yakni satu tahap dari kekakuan lidahnya, seandainya Musa meminta agar seluruh kekakuan lidahnya dilenyapkan, tentulah permintaannya dikabulkan.
Ibnu Abbas telah mengatakan bahwa Musa mengadu kepada Tuhannya tentang ketakutannya terhadap pendukung-pendukung Fir'aun sehubungan dengan pembunuhan yang dilakukannya, juga mengadu kepada-Nya tentang kekakuan lidahnya, karena sesungguhnya lidah Musa mengalami kekakuan sehingga ia tidak dapat berbicara banyak. Lalu ia meminta kepada-Nya agar saudaranya (yaitu Harun) diangkat menjadi pembantunya yang kelak akan menjadi juru terjemahnya terhadap apa yang tidak fasih dari perkataan yang diungkapkannya. Lalu Allah mengabulkan permintaannya dan melenyapkan sebagian dari kekakuan lidahnya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan dari Umar ibnu Usman bahwa telah menceritakan kepada kami Baqiyyah, dari Artah ibnul Munzir, telah menceritakan kepadaku salah seorang teman Muhammad ibnu Ka'b, dari Muhammad ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa pada suatu hari salah seorang kerabatnya datang kepadanya dan berkata kepadanya, "Tidak menjadi masalah bagimu seandainya kamu tidak kaku dalam bicaramu dan kurang jelas (fasih) bila melakukan bacaan." Maka Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi menjawab, "Hai anak saudaraku, bukankah aku dapat memberikan pengertian kepadamu jika aku berbicara kepadamu?" Ia menjawab, "Ya". Ka'b berkata, "Sesungguhnya Musa pun hanya meminta kepada Tuhannya agar melenyapkan sebagian dari kekakuan lidahnya agar ia dapat memberikan pengertian dan pemahaman kepada Bani Israil melalui pembicaraannya. Ia tidak meminta lebih dari itu." Demikianlah menurut teks yang dikemukakan oleh Ibnu Abu Hatim.