ثُمَّ قَسَتْ قُلُوْبُكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ اَوْ اَشَدُّ قَسْوَةً ۗ وَاِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْاَنْهٰرُ ۗ وَاِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاۤءُ ۗوَاِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗوَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ ( البقرة: ٧٤ )
Thumma Qasat Qulūbukum Min Ba`di Dhālika Fahiya Kālĥijārati 'Aw 'Ashaddu Qaswatan Wa 'Inna Mina Al-Ĥijārati Lamā Yatafajjaru Minhu Al-'Anhāru Wa 'Inna Minhā Lamā Yashshaqqaqu Fayakhruju Minhu Al-Mā'u Wa 'Inna Minhā Lamā Yahbiţu Min Khashyati Allāhi Wa Mā Allāhu Bighāfilin `Ammā Ta`malūna. (al-Baq̈arah 2:74)
Artinya:
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar daripadanya. Ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya. Dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. [2] Al-Baqarah : 74)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Ayat-ayat berikut menerangkan respons kaum Yahudi pada masa Nabi Muhammad tentang kisah kakek moyangnya. Kemudian setelah kamu, kaum Yahudi, mendengar kisah dan mengetahui sikap mereka itu, hatimu menjadi keras, sehingga menjadi seperti batu, atau bahkan lebih keras dari batu. Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa mereka tetap tidak mau beriman walaupun telah mengetahui bukti-bukti kekuasaan Allah, seperti yang disebutkan pada ayat sebelumnya, bahkan mereka justru bertambah ingkar kepada Tuhan. Padahal, dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang airnya memancar daripadanya, sementara dari celah hatimu tidak ada setitik cahaya ketakwaan yang memancar. Di antara batu itu ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya, tetapi hatimu tertutup rapat sehingga tidak ada cahaya Ilahi yang terserap. Dan ada pula di antara batu itu yang meluncur jatuh karena tunduk dan takut kepada azab Allah, sedangkan hatimu semakin menunjukkan kesombongan yang tampak dari sikap dan tingkah lakumu. Bila kamu tidak mengubah sikap dan terus dalam keangkuhan, ketahuilah bahwa Allah tidaklah lengah atau lalai terhadap apa yang kamu kerjakan. Allah pasti mengetahui semua yang kamu perbuat, karena Dia selalu mengawasimu setiap saat.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Dalam ayat ini diungkapkan watak orang-orang Yahudi. Sesudah mereka diberi petunjuk ke jalan yang benar dan sudah pula memahami kebenaran, hati mereka keras membatu bahkan lebih keras lagi. Allah mengumpamakan hati orang Yahudi itu dengan batu yang dalam istilah geologi digunakan untuk menyebut segala macam benda yang merupakan spesies dari karang, atau materi seperti karang yang bersifat keras, untuk menunjukkan kekerasan hati mereka untuk menerima petunjuk Allah. Bahkan mungkin lebih keras lagi. Walaupun batu itu keras, tetapi pada suatu saat dan oleh suatu sebab dapat terbelah atau retak. Dari batu yang retak itu memancarlah air, dan kemudian berkumpul menjadi anak-anak sungai. Kadang-kadang batu-batu itu jatuh dari gunung karena patuh kepada kekuasaan Allah. Demikianlah halnya hati orang Yahudi lebih keras dari batu bagaikan tak mengenal retak sedikit pun. Hati mereka tidak terpengaruh oleh ajaran-ajaran agama ataupun nasihat-nasihat yang biasanya dapat menembus hati manusia. Namun demikian, di antara hati yang keras membatu itu terdapat hati yang disinari iman, sehingga hati itu berubah dari keras menjadi lembut karena takut kepada Allah.
Yang demikian itu banyak disaksikan dalam kehidupan sehari-hari. Hati yang tadinya biasa membangkang menentang agama akhirnya menjadi lembut, orang yang biasanya berbuat maksiat menjadi orang yang taat berkat petunjuk Allah.
Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada yang beriman kepada Allah, dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu, dan yang diturunkan kepada mereka, karena mereka berendah hati kepada Allah, dan mereka tidak memperjualbelikan ayat-ayat Allah dengan harga murah. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (Ali 'Imran/3:199)
Demikian pula pada ayat lain, Allah berfirman:
Dan di antara orang-orang Arab Badui itu, ada yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang diinfakkannya (di jalan Allah) sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah dan sebagai jalan untuk (memperoleh) doa Rasul. (at-Taubah/9:99)
Menurut saintis, kata "hati" tidak menunjuk pada organ hati (liver), melainkan umumnya mengacu kepada jantung. Jantung adalah suatu organ bagian dalam, terletak di bagian dada dan berukuran sebesar kepalan tangan. Jantung terbagi dalam dua sisi, yaitu sisi kanan dan sisi kiri. Setiap sisi terbagi lagi menjadi dua ruang, yaitu ruang atas (atrium) dan ruang bawah (Ventrikel). Ruang-ruang itu berdenyut sebanyak 70 kali per menit untuk menjaga aliran darah ke seluruh tubuh. Apabila dihitung, maka jantung akan berdenyut sebanyak lebih dari 30 juta kali dalam setahunnya. Perjalanan darah, apabila diukur dan dimulai dari paru-paru dan jantung, akan mengalir melalui urat darah di seluruh tubuh sepanjang 96.000 km. Jarak tersebut ditempuh dalam 23 detik setiap kali putaran. Terlihat bagaimana pentingnya peran jantung dalam kehidupan manusia.
Kata jantung dalam bahasa Arab adalah 'qalb. Kata tersebut juga digunakan untuk maksud lain, yaitu untuk mengartikan perasaan atau kalbu. Kalbu, sebagaimana jantung, dalam kehidupan juga sangat penting. Nabi Muhammad saw, setelah mencontohkan banyak hal mengenai kebaikan dan keburukan, mengatakan mengenai kalbu dalam artian pusat rasa atau pusat kepekaan, demikian:
" ..... Sesungguhnya dalam diri manusia ada segumpal daging sebesar kunyahan, apabila baik, baiklah seluruh jasad dan apabila rusak, rusaklah seluruh jasad. Ia adalah kalbu." (Riwayat al-Bukhari melalui Nu'man bin Basyir)
Jantung atau kalbu sering juga disandingkan dengan "hati". Seringkali disatukan dan menjadi jantung-hati. Ada beberapa ayat terkait mengenai hati dan kepekaan, dua di antaranya adalah Surah al-Isra'/17: dan Qaf/50: 37 yang artinya sebagai berikut:
"Dan Kami jadikan hati mereka terutup dan telinga mereka tersumbat, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila engkau menyebut Tuhanmu saja dalam Al-Quran, mereka berpaling ke belakang melarikan diri (karena benci)." (al-Isra'/17: 46)
"Sungguh, pada yang demikian itu pasti terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengaran, sedang dia menyangsikannya." (Qaf/50: 37)
Dalam bahasa Al-Qur'an, disebutkan bahwa hati yang ditutup akan menjadikan pemiliknya tidak dapat menerima kebenaran apalagi mengikutinya. Ia hanya dapat mengikuti hal-hal yang tidak sejalan dengan yang hak, yakni hawa nafsu. Penutupan hati yang dilakukan Allah adalah sebagai dampak dari perbuatan mereka sendiri. Mereka enggan menggunakan pendengaran, penglihatan dan hatinya, sehingga pada akhirnya hati berkarat dan tertutup.
Secara tradisional, orang menganggap bahwa komunikasi antara kepala/otak (akal) dan jantung/hati (perasaan) berlangsung satu arah, yaitu bagaimana hati bereaksi terhadap apa yang diperintahkan otak. Akan tetapi, sekarang terungkap bahwa komunikasi antara hati dan otak berlangsung sangat dinamis, terus menerus, dua arah, dan setiap organ tersebut saling mempengaruhi fungsi mereka satu sama lain.
Suatu penelitian mengungkap bahwa hati melakukan komunikasi ke otak dalam empat jalan, yaitu (1) transmisi melalui syaraf, (2) secara biokimia melalui hormon dan transmiter syaraf, (3) secara biofisik melalui gelombang tekanan, dan (4) secara energi melalui interaksi gelombang elektromagnetik. Semua bentuk komunikasi tersebut mengakibatkan terjadinya aktivitas di otak. Penelitian mengungkapkan bahwa pesan yang disampaikan hati kepada otak akan mempengaruhi perilaku.
Selama ini para ahli mempercayai bahwa medan elektromagnetik hati adalah medan yang paling kuat yang dimiliki manusia. Medan ini tidak hanya mempengaruhi setiap sel yang ada dalam tubuhnya, akan tetapi juga mencakup ke segala arah ruang di sekitarnya. Diduga bahwa medan elektromagnetik adalah pembawa informasi yang sangat penting. Bahkan dapat dibuktikan pula bahwa medan elektromagnetik seseorang dapat mempengaruhi cara kerja otak orang lain.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Allah Swt. berfirman mencemoohkan Bani Israil dan memberikan peringatan kepada mereka melalui tanda-tanda kebesaran Allah Swt. dan penghidupan orang-orang yang telah mati, semuanya itu mereka saksikan dengan mata kepala mereka sendiri. Tetapi ternyata mereka tetap keras, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras.
Artinya, setelah semuanya itu justru hati kalian menjadi keras seperti batu yang tidak pernah lunak selama-lamanya. Karena itulah Allah Swt. melarang kaum mukmin berperilaku seperti mereka, sebagaimana yang dinyatakan di dalam firman-Nya:
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (Al Hadiid:16)
Al-Aufi di dalam kitab tafsirnya meriwayatkan dari Ibnu Abbas: Ketika si terbunuh dipukul dengan salah satu anggota badan sapi betina tersebut, maka si terbunuh duduk, hidup kembali seperti semula. Lalu ditanyakan kepadanya, "Siapakah yang telah membunuhmu?" Ia menjawab, "Anak-anak saudaraku yang telah membunuhku," kemudian ia mati lagi. Selanjutnya anak-anak saudaranya di saat si terbunuh dicabut lagi nyawanya oleh Allah mereka mengatakan, "Demi Allah, kami tidak membunuhnya." Mereka mendustakan perkara yang hak sesudah melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri. Maka Allah berfirman: Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras. (Al Baqarah:74)
Yakni khitab ditujukan kepada anak-anak saudara si terbunuh. Dalam firman selanjutnya disebutkan:
perihalnya sama seperti batu, bahkan lebih keras lagi.
Maka setelah berlalunya masa, jadilah hati kaum Bani Israil keras dan tidak mempan lagi dengan nasihat dan pelajaran, sesudah mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri tanda-tanda kebesaran Allah dan berbagai mukjizat. Kekerasan hati mereka sama dengan batu yang mustahil dapat menjadi lunak, bahkan lebih keras lagi dari batu. Karena sesungguhnya di antara bebatuan terdapat batu yang dapat rnengalirkan mata air darinya hingga membentuk sungai-sungai. Di antaranya lagi ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air darinya, sekalipun tidak mengalir. Di antaranya ada yang meluncur jatuh dari atas bukit karena takut kepada Allah, hal ini menunjukkan bahwa benda mati pun mempunyai perasaan mengenai hal tersebut disesuaikan dengan keadaannya, seperti yang dijelaskan oleh ayat lain, yaitu firman-Nya:
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (Al Israa':44)
Ibnu Abu Nujaih meriwayatkan dari Mujahid bahwa ia pernah mengatakan, "Setiap batu yang memancar darinya air atau terbelah mengeluarkan air, atau meluncur jatuh dari atas bukit, sungguh hal ini terjadi karena takut kepada Allah. Demikian menurut keterangan yang diturunkan oleh Al-Qur'an."
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan, telah menceritakan kepadanya Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya:
Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai darinya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air darinya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah.
(Al Baqarah:74)
Yakni sesungguhnya di antara batu-batu itu terdapat batu yang lebih lunak daripada hati kalian, keadaannya tidaklah seperti kebenaran yang kalian dakwakan itu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kalian kerjakan. (Al Baqarah:74)
Abu Ali Al-Jayyani di dalam kitab tafsirnya mengatakan sehubungan dengan tafsir firman-Nya:
Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah.
Maksudnya, jatuh meluncur seperti jatuhnya salju dari awan.
Menurut Al-Qadi Al-Baqilani takwil ini jauh dari kebenaran, pendapatnya itu diikuti oleh Ar-Razi. Memang demikian kenyataannya, mengingat makna yang menyimpang dari lafaz tanpa dalil tidaklah dibenarkan.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Hisyam As-Saqafi, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Abu Talib (yakni Yahya ibnu Ya'qub) sehubungan dengan firman-Nya: Dan sesungguhnya di antara batu-batu itu ada yang mengalir sungai-sungai darinya. (Al Baqarah:74) Artinya yaitu banyak menangis. Dan sesungguhnya di antara batu-batu itu ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air. (Al Baqarah:74) Makna yang dimaksud ialah sedikit menangis. Dan sesungguhnya di antara batu-batu itu ada yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. (Al Baqarah:74) Yakni tangisan hati tanpa air mata.
Sebagian ulama menduga bahwa makna ayat ini termasuk ke dalam Bab "Majaz", yaitu menyandarkan khusyuk kepada batu-batuan, seperti halnya makna menyandarkan kehendak kepada tembok yang ada dalam firman-Nya: hendak runtuh (roboh).(Al Kahfi:77)
Al-Razi dan Al-Qurtubi serta selain keduanya dari kalangan para imam ahli tafsir mengatakan bahwa takwil seperti ini tidak diperlukan, karena sesungguhnya Allah Swt. menciptakan watak tersebut pada diri batu, seperti halnya yang disebutkan di dalam ayat lainnya, yaitu firman-Nya:
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya. (Al Ahzab:72)
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. (Al Israa':44)
Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya. (Ar Rahmaan:6)
Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik. (An Nahl:48)
keduanya (langit dan bumi) menjawab, "Kami datang dengan suka hati." (Al Fushilat:11)
Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung. (Al Hasyr:21)
Dan mereka berkata kepada kulit mereka, "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" Kulit mereka menjawab, "Allah yang telah menjadikan kami dapat berbicara ...." (Al Fushilat:21)
Di dalam sebuah hadis disebutkan:
Gunung ini (yakni Gunung Uhud) adalah gunung yang mencintai kami dan kami mencintainya.
Hadis lainnya ialah seperti hadis yang menceritakan rintihan dan tangisan batang pohon kurma ketika ditinggalkan oleh Nabi Saw., seperti yang dijelaskan di dalam hadis yang mutawatir.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan sebuah hadis:
Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui sebuah batu di Mekah yang pernah mengucapkan salam penghormatan kepadaku sebelum aku diangkat menjadi utusan (rasul), sesungguhnya aku sekarang benar-benar masih mengetahui tempatnya
Demikian pula hadis yang menceritakan tentang sifat hajar aswad. Di dalamnya disebutkan bahwa di hari kiamat kelak hajar aswad akan menjadi saksi yang membela orang yang pernah mengusapnya. Masih banyak hadis lainnya yang menceritakan hal yang semakna.
Imam Qurtubi mengetengahkan sebuah pendapat yang mengatakan bahwa huruf 'ataf dalam ayat ini (Al Baqarah:74) mengandung makna takhyir, yakni misal untuk ini dan misal untuk itu. Contohnya dalam perkataan orang-orang Arab, "Jalisil hasana au Ibnu Sinn" (duduklah dengan Hasan atau Ibnu Sirin). Demikian pula yang diriwayatkan oleh Ar-Razi di dalam kitab tafsirnya. Tetapi Ar-Razi menambahkan pendapat yang lain, yaitu yang mengatakan bahwa huruf 'ataf yang ada dalam ayat ini menunjukkan makna ibham bila dihubungkan dengan mukhatab (lawan bicara). Perihalnya sama dengan ucapan seseorang kepada lawan bicaranya, "Kamu telah makan roti atau kurma," padahal si pembicara mengetahui mana yang dimakan oleh si lawan bicara.
Pendapat lain mengatakan bahwa huruf 'ataf dalam ayat ini semakna dengan ucapan seseorang, "Makanlah manisan atau asam-asaman." Dengan kata lain, tidak dapat makan selain dari salah satu di antara keduanya. Yakni hati kalian telah menjadi keras seperti batu atau lebih keras lagi daripada itu. Dengan kata lain, keadaan hati mereka tidak keluar dari salah satu di antara kedua pengertian tersebut.
Para ulama bahasa Arab berbeda pendapat mengenai makna firman-Nya, maka hati mereka keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. sesudah adanya kesepakatan di antara mereka bahwa mustahil huruf 'ataf’ ini bermakna syak (ragu). Sebagian dari mereka mengatakan bahwa huruf au dalam ayat ini bermakna sama dengan huruf wawu (bermakna dan). Bentuk lengkapnya adalah seperti berikut: Fahiya kal hijarati wa asyaddu qaswah (maka hati mereka keras seperti batu dan lebih keras lagi). Perihalnya sama dengan makna yang terkandung di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka. (Al Insaan:24)
untuk menolak alasan-alasan dan memberi peringatan. (Al Mursalaat:6)
Menurut Ibnu Jarir, makna yang dimaksud ialah 'mereka menghendaki burung merpati itu, juga separo dari merpati miliknya'.
Ibnu Jarir mengatakan, makna yang dimaksud ialah bahwa si Mamduh memperoleh kekhalifahan yang sudah merupakan kepastian baginya.
Ulama lainnya mengatakan bahwa huruf au dalam ayat ini (Al Baqarah:74) bermakna bal (bahkan), hingga bentuk lengkapnya ialah seperti berikut: Fahiya kal hijarati bal asyaddu qaswah (maka hati mereka keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi). Perihalnya sama dengan pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:
tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat takut dari itu. (An Nisaa:77)
Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang, bahkan lebih. (Ash Shaaffat:147)
Maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah, bahkan lebih dekat (lagi). (An Najm:9)
Ulama lainnya mengatakan bahwa makna au adalah menurut aslinya, yaitu: Maka hatinya keras seperti batu atau lebih keras lagi daripada batu yang biasa kalian lihat. Demikian menurut riwayat Ibnu Jarir.
Ibnu Jarir mengatakan, para ulama berpendapat bahwa Abul Aswad sama sekali tidak meragukan bahwa cinta kepada orang-orang yang telah dia sebut namanya itu dianggap sebagai jalan menuju ke arah petunjuk (hidayah), tetapi dia ungkapkan hal ini secara mubham (menyamarkan) terhadap lawan bicaranya.
Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa telah disebutkan suatu riwayat dari Abul Aswad sendiri ketika dia mengatakan bait-bait syair ini ada orang yang bertanya kepadanya, "Apakah engkau merasa ragu?" Maka ia menjawab, "Sama sekali tidak, demi Allah." Kemudian ia membantahnya dengan membacakan firman-Nya:
dan sesungguhnya kami atau kalian (orang-orang musyrik) pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata.
(Saba': 24)
Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa orang yang diberitakan hal ini berada dalam keraguan, siapakah di antara mereka yang mendapat petunjuk dan siapa pula yang sesat?
Sebagian ulama mengatakan bahwa makna ayat ini ialah hati kalian tidak terlepas dari kedua misal ini, adakalanya keras seperti batu, dan adakalanya lebih keras lagi dari itu. Ibnu Jarir mengatakan, be-dasarkan takwil ini berarti makna yang dimaksud ialah bahwa sebagian dari hati mereka ada yang keras seperti batu, dan sebagian yang lain ada yang lebih keras daripada batu. Pendapat inilah yang dinilai rajih (kuat) oleh Ibnu Jarir disertai pengarahan lainnya.
Menurut kami, pendapat terakhir ini mirip dengan beberapa pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya, yaitu:
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api. (Al Baqarah:17)
atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit. (Al Baqarah:19)
Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana. (An-Nur. 39)
Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam. (An Nuur:40)
Dengan kata lain, di antara mereka ada yang seperti ini dan ada yang seperti itu.
Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ayyub, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Abus-Salj, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Hafs, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Abdullah ibnu Hatib, dari Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Janganlah kalian banyak bicara selain zikir kepada Allah, karena sesungguhnya banyak bicara selain zikir kepada Allah mengakibatkan hati menjadi keras. Sesungguhnya sejauh-jauh manusia dari Allah ialah orang yang berhati keras.
Imam Turmuzi meriwayatkan pula hadis ini di dalam Kitabuz Zuhdi di dalam kitab Jami'-nya. dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Abus Salj (murid Imam Ahmad) dengan lafaz yang sama. Ia meriwayatkannya pula dari jalur yang lain melalui Ibrahim ibnu Abdullah ibnul Haris ibnu Hatib dengan lafaz yang sama. Selanjutnya ia mengatakan bahwa hadis ini berpredikat garib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur Ibrahim.
Al-Bazzar meriwayatkan sebuah hadis melalui Anas secara marfu’ yaitu:
Ada empat pekerti yang menyebabkan kecelakaan, yaitu kerasnya mata (tidak pernah menangis karena Allah), hati yang keras. panjang angan-angan, dan rakus terhadap keduniawian.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Kemudian hatimu menjadi keras) ditujukan kepada orang-orang Yahudi hingga tak dapat dimasuki kebenaran (setelah itu) yakni setelah peristiwa dihidupkannya orang yang telah mati dan kejadian-kejadian sebelumnya, (maka ia adalah seperti batu) dalam kerasnya (atau lebih keras lagi) daripada batu. (Padahal di antara batu-batu itu sesungguhnya ada yang mengalir anak-anak sungai daripadanya dan di antaranya ada pula yang terbelah) asalnya 'yatasyaqqaqu' lalu ta diidgamkan pada syin hingga menjadi 'yasysyaqqaqu' (lalu keluarlah air daripadanya dan sesungguhnya di antaranya ada pula yang jatuh meluncur) dari atas ke bawah (karena takut kepada Allah) sebaliknya hatimu tidak terpengaruh karenanya serta tidak pula menjadi lunak atau tunduk. (Dan Allah sekali-kali tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan) hanya ditangguhkan-Nya menjatuhkan hukuman hingga saatnya nanti. Menurut satu qiraat bukan 'ta`maluun' tetapi 'ya`maluun', artinya 'yang mereka kerjakan,' sehingga berarti mengalihkan arah pembicaraan.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Kemudian, setelah terlihat bukti-bukti ini semuanya, kalian masih juga tidak mau memenuhi panggilan dan seruan Mûsâ. Kalian masih juga tidak mau berjalan di jalan yang benar. Masih belum lunak dan belum tunduk juga hati kalian. Bahkan sebaliknya, hati kalian menjadi semakin keras bagai batu atau bahkan lebih keras dari batu. Batu terkadang masih bisa terpengaruh dan berubah oleh benda lain. Ada bebatuan yang memancarkan air sehingga membentuk sungai. Ada pula batu yang terbelah kemudian memancarkan mata air yang menyembur. Ada pula batu yang terpengaruh di bawah kekuasaan Allah dan tunduk pada kehendak-Nya, sehingga meluncur jatuh dari puncak gunung untuk memenuhi kehendak Allah. Sedangkan hati kalian, wahai orang-orang Yahudi, tidak terpengaruh dan tidak menjadi lunak sedikit pun. Sungguh celaka kalian karena perbuatan itu. Allah tidak akan lengah dari perbuatan kalian. Dia akan memberikan pelajaran bagi kalian dengan berbagai macam musibah, apabila kalian tidak mau bersyukur atas nikmat- nikmat-Nya