وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتّٰى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنُ ࣖࣖ ( الحجر: ٩٩ )
Wa A`bud Rabbaka Ĥattaá Ya'tiyaka Al-Yaqīnu (al-Ḥijr 15:99)
Artinya:
Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu. (QS. [15] Al-Hijr : 99)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Dan bersama dengan itu sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan dan menghidupkanmu, dan serahkanlah dirimu sepenuhnya kepadaNya sampai yakin, yaitu ajal, datang kepadamu. Dengan melakukan hal itu maka beban perasaan yang kaupikul akibat ucapan, sikap, dan tingkah laku kaum kafir akan terasa ringan dan jiwamu pun akan merasa tenteram."
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Ayat ini memberi jaminan kepada Nabi Muhammad bahwa Allah swt memeliharanya dari tindakan orang-orang musyrik Mekah yang memperolok-olok dan menyakitinya serta memelihara Al-Qur'an dari usaha-usaha orang-orang yang ingin mengotorinya.
Ath-thabari menyampaikan riwayat dari Sa'id bin Jubair bahwa orang-orang musyrik Mekah yang memperolok-olok Al-Qur'an dan Nabi Muhammad ialah al-Walid bin Mugirah, al-'As bin Wa'il, Al-'Adi bin Qais, Aswad bin Abdu Yaguts, dan Aswad bin Muththalib. Mereka semua terkenal dalam sejarah, dan sebab-sebab kematian mereka adalah akibat tindakan mereka sendiri.
Menurut suatu riwayat diterangkan bahwa suatu ketika Nabi saw berada di hadapan orang-orang kafir Mekah, mereka saling mengedipkan mata tanpa setahu Nabi Muhammad saw, dan berkata sesamanya dengan maksud mengejek Nabi, "Inikah orang yang mendakwakan dirinya nabi?" Pada waktu itu, Jibril a.s. menyertai Nabi, lalu Jibril menusuk punggung orang-orang yang memperolok-olokkan itu dengan jarinya, sehingga menimbulkan bekas, luka, dan borok yang busuk baunya. Tiada seorang pun yang mendekati mereka karena baunya itu. Maka turunlah ayat ini yang menegaskan bahwa Nabi saw dilindungi Allah swt dari gangguan orang-orang kafir.
Allah mengetahui bahwa Nabi saw merasa sedih karena olok-olokan dan tindakan orang-orang kafir. Untuk mengobati kesedihannya itu, Allah memerintahkan Nabi saw untuk bertasbih, mensucikan Allah dari segala sesuatu yang menyekutukan-Nya, salat, rukuk, sujud, banyak melakukan ibadah, berbuat baik, dan mengekang hawa nafsu. Hal ini berlaku pula bagi kaum Muslimin sampai akhir hayat mereka.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
...dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).
Menurut Imam Bukhari, Salim mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah ajal atau maut. Yang dimaksud dengan Salim ialah Salim ibnu Abdullah ibnu Umar.
Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Jarir, bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, dari Sufyan, telah menceritakan kepada kami Tariq ibnu Abdur Rahman, dari Salim ibnu Abdullah sehubungan dengan makna firman-Nya:
...dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).
Menurutnya, yang dimaksud dengan hal yang diyakini ialah maut atau ajal.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, serta lain-lainnya.
Sebagai dalilnya ialah firman Ailah Swt. dalam ayat lain ketika menceritakan perihal ahli neraka. Disebutkan bahwa mereka mengatakan:
Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan salat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang batil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami kematian. (Al Muddastir:43-47)
Di dalam hadis sahih melalui hadis Az-Zuhri, dari Kharijah ibnu Zaid ibnu Sabit, dari Ummul Ala (seorang wanita dari kalangan Ansar) disebutkan:
bahwa ketika Rasulullah Saw. masuk ke tempat Usman ibnu Maz'un yang telah mati, lalu Ummul Ala berkata, "Semoga rahmat Allah terlimpahkan kepadamu, hai Abus Sa'ib (nama julukan Usman ibnu Maz'un). Kesaksianku terhadapmu menyatakan bahwa sesungguhnya Allah telah memuliakanmu." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Apakah yang membuatmu mengetahui bahwa Allah telah memuliakannya?" Ummul Ala berkata, "Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, wahai Rasulullah. Maka siapa lagikah yang mau memberikan kesaksian (untuknya)?" Rasulullah Saw. bersabda: Adapun dia, sesungguhnya dia telah kedatangan hal yang meyakinkan (yakni kematian), dan sesungguhnya saya benar-benar memohon kebaikan (untuknya).
Firman Allah Swt.:
...dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).
Dari makna ayat ini disimpulkan bahwa ibadah seperti salat dan lain-lainnya diwajibkan kepada manusia selagi akalnya sehat dan normal, maka ia mengerjakan salatnya sesuai dengan kondisinya, seperti yang telah disebutkan di dalam kitab Sahih Bukhari, dari Imran ibnu Husain r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
Salatlah sambil berdiri, dan jika kamu tidak mampu (berdiri), maka (salatlah) dengan duduk. Dan jika kamu tidak mampu (duduk), maka (salatlah) dengan berbaring pada lambung.
Keterangan ini dapat dijadikan dalil yang menyalahkan pendapat sebagian orang-orang ateis yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud dengan al-yaqin dalam ayat ini ialah makrifat. Untuk itu, mereka mengatakan bahwa bilamana seseorang dari mereka telah sampai kepada tingkatan makrifat, maka gugurlah taklif atau kewajiban mengerjakan ibadah. Hal ini jelas merupakan kekufuran, kesesatan, dan kebodohan, karena sesungguhnya para nabi dan para sahabatnya adalah orang yang paling makrifat kepada Allah dan paling mengetahui tentang hak-hak Allah serta sifat-sifat-Nya dan pengagungan yang berhak diperoleh-Nya. Akan tetapi, sekalipun demikian mereka adalah orang yang paling banyak mengerjakan ibadah dan paling mengekalkan perbuatan-perbuatan kebaikan sampai ajal menjemput mereka.
Sesungguhnya makna yang dimaksud dengan istilah al-yaqin dalam ayat ini ialah kematian, seperti yang telah dijelaskan di atas. Akhirnya kami panjatkan puja dan puji kepada Allah Swt. atas hidayah yang telah diberikan-Nya, dan hanya kepada-Nyalah memohon pertolongan dan bertawakal. Dialah yang berhak mewafatkan kita dalam keadaan yang paling baik dan paling sempurna, dan sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Mahamulia.
Demikianlah akhir tafsir surat Al-Hijr, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini) yaitu ajal.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Beristikamahlah dalam beribadah kepada Allah yang telah mencipta dan menjagamu hingga datang sesuatu yang pasti, hari kiamat dan hari yang dijanjikan.